Tag: Benjamin Netanyahu

  • AS Dicurigai Menutupi Jumlah Korban Militernya dalam Operasi Rough Rider Melawan Houthi Yaman – Halaman all

    AS Dicurigai Menutupi Jumlah Korban Militernya dalam Operasi Rough Rider Melawan Houthi Yaman – Halaman all

    AS Dicurigai Tutupi Jumlah Korban Militernya dalam Operasi Rough Rider Lawan Houthi Yaman

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dilaporkan menghadapi pengawasan yang semakin ketat dari lembaga-lembaga di negara tersebut.

    Hal itu karena pemeritahan AS saat ini dinilai menyembunyikan informasi tentang korban militer AS akibat operasi militer yang sedang berlangsung di Yaman.

    Menurut laporan The Intercept yang diterbitkan pada Sabtu, 3 Mei 2023, Komando Pusat AS (CENTCOM), Kantor Menteri Pertahanan, dan Gedung Putih menolak untuk mengungkapkan berapa banyak anggota angkatan bersenjata AS yang tewas atau terluka sejak peluncuran Operasi Rough Rider pada Maret 2025.

    Operasi tersebut melibatkan lebih dari 1.000 serangan udara AS terhadap Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang terafiliasi kelompok Ansarallah (Houthi).

    Serangan yang menurut AS menyasar fasilitas Houthi ini dikabarkan telah menewaskan ratusan warga Yaman, termasuk banyak warga sipil.

    Atas ketidaktransparanan jumlah korban militer AS, anggota dewan, Ro Khanna dari California mengkritik Gedung Putih dan menyerukan pengungkapan penuh. 

    “Pemerintah harus transparan tentang jumlah korban AS dari serangan terhadap Houthi,” katanya, mengacu pada operasi militer AS ke Houthi.

    Rekannya, Pramila Jayapal, perwakilan dari Washington, menyuarakan sentimen yang sama, memperingatkan kalau pasukan AS seharusnya tidak pernah berada dalam bahaya melalui tindakan militer yang tidak konstitusional tanpa persetujuan Kongres.

    Gambar representasional yang dihasilkan AI mengilustrasikan jet tempur F-18 Super Hornet AS ditembaki teman sendiri Kapal Perang USS Gettysburg dalam sebuah insiden friendly fire di Laut Merah, Sabtu (21/12/2024). (tangkap layar/twitter)

    Jet Tempur F-18 Jatuh

    Satu insiden baru-baru ini menggarisbawahi risikonya: sebuah jet tempur F/A-18 Super Hornet jatuh dari kapal induk USS Harry S Truman awal minggu ini setelah kapal tersebut dilaporkan berbelok tajam untuk menghindari rudal Yaman.

    Seorang pelaut terluka, dan jet senilai 60 juta dolar AS itu jatuh.

    Ketika The Intercept meminta Pentagon untuk memberikan angka korban, para pejabat mengalihkan dan mengarahkan penyelidikan ke CENTCOM.

    CENTCOM kemudian merujuk permintaan tersebut ke Gedung Putih, yang tetap bungkam.

    Di bawah pemerintahan Joe Biden sebelumnya, data korban dan serangan terperinci dari seluruh Asia Barat dirilis secara berkala, catat The Intercept .

    Sikap kontras pemerintah AS ini telah membuat khawatir kelompok-kelompok advokasi negara tersebut. 

    Erik Sperling dari Just Foreign Policy menyatakan, “Menyembunyikan informasi dasar dari publik membuat media semakin sulit untuk menyoroti bagaimana para pejabat ini melanggar salah satu janji kampanye Trump yang paling populer.”

    Laporan Intercept menyusul perintah yang dikeluarkan oleh Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada tanggal 2 Mei agar kapal induk USS Harry S. Truman tetap berada di Asia Barat selama seminggu lagi, menandai kedua kalinya penempatannya diperpanjang di tengah operasi militer yang sedang berlangsung terhadap Yaman.

    Sementara itu, mantan penasihat keamanan nasional Trump, Michael Waltz, diberhentikan minggu ini sebagian karena melibatkan seorang jurnalis dalam diskusi sensitif tentang serangan Yaman.

    Waltz juga mendorong tindakan militer yang lebih besar terhadap Iran dan dilaporkan berkoordinasi erat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu — tindakan yang bertentangan dengan pendekatan Trump yang lebih hati-hati, menurut sumber-sumber pemerintahan.

     

    (oln/tc/*)

  • Investigasi Israel: Tentara IDF Justru Melarikan Diri dari Serangan Petempur Hamas pada 7 Oktober – Halaman all

    Investigasi Israel: Tentara IDF Justru Melarikan Diri dari Serangan Petempur Hamas pada 7 Oktober – Halaman all

    Investigasi Israel: Tentara IDF Melarikan Diri dari Serangan Petempur Hamas pada 7 Oktober

     

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara pendudukan Israel (IDF) menerbitkan penyelidikannya terhadap peristiwa hari pertama pertempuran “Banjir Al-Aqsa” pada 7 Oktober 2023.

    Satu di antara penyelidikan IDF berfokus pada serangan para petempur milisi perlawanan Palestina, termasuk anggota gerakan Hamas, yang menyerbu Pantai Zikim.

    Pantai yang terletak di utara Jalur Gaza dan selatan Tel Aviv ini menjadi satu di antara ‘titik jebol’ pertahanan Israel dalam operasi penyerangan tersebut.

    “Penyelidikan IDF mengungkapkan kegagalan nyata pasukan pendudukan dalam menghadapi serangan itu,” tulis laporan Khaberni, Minggu (4/5/2025), mengutip pernyataan IDF. 

    Penyidikan IDF itu mengungkap kalau, “Pasukan (Israel) yang dikerahkan di dekat pantai tidak menunjukkan tekad yang cukup untuk memisahkan orang Israel dari pejuang milisi  perlawanan, meskipun ada kehadiran pasukan militer di dekat lokasi infiltrasi,” kata pernyataan itu.

    Itu berarti, para petempur Hamas menyerang di dekat titik konsentrasi pasukan IDF. 

    “Hasil investigasi mengungkapkan tidak adanya informasi akurat mengenai jumlah pejuang yang menyusup dan jumlah pasukan lapangan yang hadir di daerah tersebut pada saat itu,” tambah laporan tersebut.

    Penyelidikan IDF juga menunjukkan kalau Divisi Gaza, satu di antara satuan di ketentaraan Israel, mengetahui penyusupan tersebut, tetapi tidak dapat mengirim bala bantuan untuk mendukung prajurit Brigade Golani Israel yang ditempatkan di dekat Pantai Zikim. 

    “Peringatan penyusupan dilaporkan sampai ke Brigade Golani, tetapi para prajurit tetap diam sementara komandan mereka bersembunyi di tempat perlindungan,” kata laporan tersebut. 

    Laporan bahkan menyebut, kamera pengintai menunjukkan beberapa tentara Israel bersembunyi saat serangan petempur milisi Palestina.

    “Yang lainnya melarikan diri dari lokasi pertempuran,” kata laporan itu.

    BRIGADE AL-QASSAM – Foto ini diambil pada Jumat (28/2/2025) dari Telegram Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, pada Sabtu (7/10/2023) memperlihatkan seorang pejuang Hamas meluncur dengan parasut ketika melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa. Pada Jumat (28/2/2025), Hamas mengomentari investigasi militer Israel yang mengungkap kegagalannya mencegah serangan Hamas. (Telegram Brigade Al-Qassam)

    Kegagalan Terbesar

    Penyelidikan IDF tersebut menegaskan kalau kaburnya para prajurit Brigade Golani dari pertempuran dengan para pejuang milisi perlawanan Palestina merupakan salah satu kegagalan terbesar yang pernah dicatat oleh Israel dalam insiden Pantai Zikim.

    “Sejumlah jenazah dari mereka yang tewas ditinggalkan di lokasi tersebut selama seminggu setelah serangan tanpa ditemukan,” kata laporan menjelaskan kondisi para tentara Israel yang diserang petempur Palestina.

    Selain itu, penyelidikan IDF mengungkapkan kalau, dua bulan sebelum serangan Hamas, pasukan Israek telah melakukan pelatihan militer ekstensif untuk Brigade Utara Divisi Gaza dan Angkatan Laut di daerah yang sama.

    Namun, 38 pejuang Palestina berhasil menyusup ke pantai dengan menaiki tujuh perahu, tiga di antaranya berhasil mencapai sekitar pembangkit listrik Ashkelon.

    Operasi tersebut mengakibatkan tewasnya 17 warga Israel dan tentara IDF.

    Investigasi ini muncul dalam konteks serangkaian laporan yang diterbitkan oleh pendudukan Israel mengenai kegagalannya dalam menanggapi serangan 7 Oktober, termasuk satu laporan yang diterbitkan akhir bulan lalu mengenai kejadian di dalam pangkalan militer Zikim.

    Penyelidikan tersebut mengungkap kalau  lima komandan unit, bersama seorang tentara Israel dan seorang tentara wanita, tewas dalam serangan itu.

    Serangan mendadak itu membuat para tentara Brigade Golani panik.

    “(Serangan membuat) Prajurit Brigade Golani dalam kondisi keruntuhan psikologis, yang mendorong beberapa dari mereka melarikan diri menuju pantai dekat pangkalan militer,” kata laporan itu.

    Laporan itu juga menunjukkan, bala bantuan militer tidak tiba di pangkalan sampai beberapa jam setelah serangan dimulai, sementara komandan pangkalan menahan diri untuk tidak menuju ke lokasi, lebih memilih untuk tetap berada di tempat perlindungan yang dibentengi di dalam rumahnya bersama keluarganya.

    KABUR SAAT DISERANG – Kolase foto lansiran Khaberi, Minggu (4/5/2025) menunjukkan Tentara Israel (IDF) dan Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan perlawanan Palestina, Hamas. Penyidikan IDF atas Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023 menunjukkan kalau prajurit mereka justru melarikan diri saat muncul serangan infiltrasi dari Brigade Al-Qassam di sejumlah titik.

    Potret Keruntuhan Komando Militer IDF

    Pada bulan Maret, rincian tambahan diterbitkan mengenai kegagalan pasukan Israel untuk melawan serangan perlawanan Palestina di Kibbutz (sebutan buat kampung/pemukiman warga Yahudi Israel) Nir Oz, yang mengakibatkan kematian dan penangkapan hampir seperempat penduduk kibbutz.

    Para analis militer menilai insiden itu merupakan kegagalan terbesar aparat keamanan dan militer Israel selama pertempuran tersebut.

    Amos Harel, seorang analis militer untuk surat kabar berbahasa Ibrani Haaretz, menggambarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Mayor Jenderal Eran Niv, kepala tim investigasi militer terhadap serangan Nir Oz, dengan menyatakan hal itu gambaran “Keruntuhan total dalam rantai komando militer dan kurangnya respons efektif oleh pendudukan Israel di lapangan.”

    Investigasi ini disertai dengan ketegangan dan pertengkaran di antara pejabat politik dan keamanan Israel mengenai siapa yang harus bertanggung jawab atas kegagalan 7 Oktober.

    Konflik ini memuncak saat kepala Shin Bet Ronen Bar mengumumkan pengunduran dirinya pada 15 Juni.

    Pengumuman ini muncul setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan keputusan pemecatannya bulan lalu, yang kemudian ditangguhkan sementara oleh Mahkamah Agung Israel.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     
     
     

  • 2 Personel Elite IDF Tewas Kena Ranjau Terowongan Rafah, Israel Kirim 60 Ribu Tentara Perluas Agresi – Halaman all

    2 Personel Elite IDF Tewas Kena Ranjau Terowongan Rafah, Israel Kirim 60 Ribu Tentara Perluas Agresi – Halaman all

    Dua Personel Unit Elite IDF Tewas Kena Ranjau Terowongan Rafah, Israel Kirim 60 Ribu Tentara Perluas Agresi di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Media Israel, Sabtu (3/5/2025) melaporkan kalau dua tentara pendudukan Israel (IDF), tewas dan sedikitnya empat lainnya terluka dalam ledakan ranjau di sebuah terowongan di Rafah, selatan Jalur Gaza.

    Dikutip dari lansiran Khaberni, laporan tersebut mencatat kalau kedua prajurit IDF yang tewas tersebut berasal dari unit elite “Yahalom”.

    Pasukan elite Israel ini diketahui berspesialisasi dalam mendeteksi dan menghancurkan terowongan.

    INFANTERI IDF – Pasukan Israel (IDF) dari Divisi Infanteri, berjalan memasuki sebuah pemukiman di Jalur Gaza. IDF dilaporkan mengerahkan 60 ribu personel dalam rencana perluasan agresi militer di Gaza setelah buntunya perundingan pembebasan sandera dengan gerakan Hamas Palestina.

    Kerahkan 60 Ribu Tentara untuk Perluas Agresi Militer di Gaza

    Laporan tewasnya dua personel elite IDF ini muncul saat Israel menyatakan hampir menguasai seluruh wilayah Jalur Gaza.

    Cara pendudukan wilayah (mendiami Gaza), diambil Israel demi memberangus gerakan perlawanan Palestina, Hamas, yang meski diklaim melemah namun masih aktif menimbulkan kerugian bagai IDF.

    Untuk itu, Channel 14 Israel bahkan melaporkan kalau IDF sedang bersiap untuk mengirimkan perintah panggilan tugas, Minggu (4/5/2025) dini hari ke sekitar 60.000 wajib militer dengan status reserve divisin (tentara cadangan).

    “Pemanggilan besar-besaran wajib bertugas ini sebagai bagian dari persiapan untuk memperluas operasi militer IDF di Jalur Gaza,” tulis laporan Khaberni.

    IDF PERLUAS AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari Divisi Tank Tempur, berkumpul di Jalur Gaza. IDF dilaporkan mengerahkan 60 ribu personel dalam rencana perluasan agresi militer di Gaza setelah buntunya perundingan pembebasan sandera dengan gerakan Hamas Palestina.

    Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan di berbagai bidang, terutama setelah upaya pembebasan tahanan Israel yang ditahan Hamas menemui jalan buntu.

    Menurut media Israel tersebut, tentara Israel akan mendistribusikan kembali pasukannya, dengan unit-unit reguler akan dipindahkan dari Tepi Barat dan utara ke Jalur Gaza.

    Adapun divisi tentara cadangan akan mengemban tugas mengamankan garis depan lainnya, seperti Lebanon, Suriah, dan Tepi Barat. 

    Menurut saluran tersebut, tujuan dari langkah ini adalah untuk memusatkan kekuatan tempur di Jalur Gaza guna meningkatkan tekanan terhadap Hamas.

    PENGUNGSI GAZA – Tangkap layar Khaberni, Rabu (26/3/2025) menunjukkan pengungsi warga Gaza yang berpindah mencari lokasi aman dari serangan Israel. Pemerintah Israel menindaklanjuti usulan Amerika Serikat yang mengusulkan pemindahan warga Gaza ke negara ketiga dengan membentuk Direktorat Urusan Pemindahan Sukarela warga Palestina yang ingin ke luar dari Gaza. Media Israel melaporkan, sebagai proyek percontohan, sebanyak 100 warga Gaza akan dikirim ke Indonesia. (khaberni/tangkap layar)

    Tiru Model Rafah dengan Pengusiran Besar-besaran

    Dalam konteks perluasan agresi militer IDF di Gaza, Channel 10 Israel dan Lembaga Penyiaran Publik Israel, KAN, mengungkapkan rincian rencana yang baru-baru ini disampaikan oleh Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz.

    Rencana tersebut mencakup langkah-langkah eskalasi yang menentukan, terutama evakuasi (pengusiran) penduduk Kota Gaza dan wilayah utara dan tengah Jalur Gaza.

    “Pengusiran ini dalam upaya untuk meniru “model Rafah” yang baru-baru ini diterapkan di Jalur Gaza selatan,” tulis laporan tersebut.

    Rencana tersebut meliputi upaya tentara IDF untuk menguasai wilayah-wilayah tertentu di Gaza dan menyisirnya secara sistematis, sambil mempertahankan kehadiran permanen di sana.

    “Langkah ini dijuluki sebagai “Rencana Gaza Kecil” oleh IDF,” kata laporan tersebut. 

    Rencana ini bertujuan untuk mempersempit wilayah geografis dan politik Jalur Gaza jika para tahanan tidak dibebaskan.

    “Rencana tersebut mencakup pendirian kompleks kemanusiaan, serupa dengan yang didirikan di selatan Gaza antara poros Morag dan Philadelphi, untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk yang dusir dari zona pertempuran,” kata lapora tersebut seperti dikutip dari Khaberni.

     

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

     
     

  • Dihantam 2 Kali, Sandera Israel Nyaris Tewas Akibat Bom Zionis di Gaza – Halaman all

    Dihantam 2 Kali, Sandera Israel Nyaris Tewas Akibat Bom Zionis di Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, merilis video seorang sandera Israel yang mengaku sebagai sandera nomor 24. Dalam rekaman itu, ia mengungkap telah dua kali menjadi korban serangan udara Israel sejak gencatan senjata dilanggar sekitar dua bulan lalu.

    Sandera pria dalam video itu diidentifikasi sebagai Maxim Herkin, menurut laporan media Israel The Times of Israel. 

    Dalam rekaman tersebut, Maxim tampak mengalami luka serius di wajah dan lengan kirinya. 

    Ia menyatakan nyaris tewas akibat pemboman pertama yang terjadi usai berakhirnya gencatan senjata tahap pertama, ketika Israel kembali melancarkan serangan di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025.

    Demi keselamatannya, ia lalu dipindahkan ke terowongan bawah tanah oleh Al-Qassam.

    Namun, serangan kedua terjadi saat ia berada di bawah tanah.

    Lagi-lagi, nyawanya hampir melayang akibat pemboman tersebut.

    Maxim menyebut serangan yang menimpanya merupakan bagian dari tekanan militer yang diklaim oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai cara untuk membebaskan para sandera.

    Ia juga menggambarkan kondisi hidupnya yang sangat memprihatinkan—tanpa akses ke pengobatan dan mustahil untuk dievakuasi ke rumah sakit.

    Maxim mengaku tidak mengetahui nasib rekannya yang berada di tempat yang sama saat pemboman terjadi. 

    Ia menegaskan perang bisa segera berakhir jika saja putra Netanyahu atau anak pejabat Israel lainnya turut berada di Jalur Gaza, menyindir bahwa nyawa para sandera tampaknya dianggap tak sepenting keluarga para pemimpin Israel.

    Dalam video tersebut, ia juga menceritakan seorang rekannya bernama Bar yang berada di dalam terowongan, meminta agar pencarian dan penyelamatan dilakukan untuknya.

    Ia mencatat bahwa Israel mendekati peringatan Hari Kemerdekaan—menunjukkan bahwa video ini direkam sebelum malam 30 April.

    “Bagaimana kalian bisa merayakan dengan pesta barbekyu dan mengibarkan bendera, sementara 59 sandera masih tertahan di Gaza?” tanyanya dalam video, menyerukan kepada warga Israel untuk turun ke jalan menuntut pembebasan sandera.

    Ia menuduh pemerintah dan perdana menteri Israel telah mengabaikan keselamatan para tawanan.

    “Kami bukan prioritas mereka. Tidak ada yang peduli di mana kami berada atau apa yang terjadi pada kami. Kalian sendiri bisa melihatnya,” katanya, sambil meminta rakyat Israel tidak tinggal diam.

    Maxim menegaskan bahwa hanya tekanan dari masyarakat yang dapat mengubah keadaan.

    “Tanpa kalian, tak ada harapan,” ujarnya.

    Ia juga menuding Netanyahu mencoba menutupi kondisi para sandera dengan menyebutnya sebagai bagian dari perang psikologis. 

    “Tapi perang psikologis yang nyata adalah yang sedang saya alami sekarang,” tambahnya.

    Ia menutup dengan pernyataan bahwa video ini mungkin menjadi satu-satunya kenangan yang tersisa untuk keluarganya.

    Di akhir video, Brigade Al-Qassam menampilkan pesan bahwa para sandera hanya akan dibebaskan melalui kesepakatan, dan waktu semakin menipis.

    Video ini dirilis menjelang keputusan kabinet Israel untuk memperluas operasi militer di Gaza.

    Meski ada penolakan dari sebagian pihak di dalam negeri, Netanyahu tetap menegaskan bahwa perang akan berlanjut hingga semua sandera, baik yang hidup maupun meninggal, kembali, dan Hamas dihancurkan.

    Sementara itu, mediator dari Qatar dan Mesir terus mencoba menjembatani perbedaan pandangan antara Hamas dan Israel guna mencapai gencatan senjata tahap kedua.

    Gencatan senjata pertama sebelumnya disepakati pada 19 Januari 2025, berlangsung 42 hari, dan menghasilkan pembebasan 33 sandera Israel serta ribuan tahanan Palestina.

    Namun, pada 18 Maret 2025, Israel kembali meluncurkan serangan ke Gaza, melanggar perjanjian tersebut.

  • Cerita Sandera Israel Hampir Tewas, Diselamatkan Al-Qassam ke Terowongan Hamas, Kutuk Netanyahu – Halaman all

    Cerita Sandera Israel Hampir Tewas, Diselamatkan Al-Qassam ke Terowongan Hamas, Kutuk Netanyahu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas, merilis video baru yang menunjukkan seorang tahanan Israel yang mengatakan dia telah dibom dua kali sejak Israel melanggar perjanjian gencatan senjata hampir dua bulan lalu.

    Sandera Israel, yang mengidentifikasi dirinya sebagai nomor 24, muncul dengan luka yang terlihat di wajah dan lengan kirinya.

    Dalam rekaman itu, sandera nomor 24 menceritakan bagaimana dia selamat dari pemboman yang dilakukan Pasukan Zionis Israel.

    Usai diserang, pejuang Al-Qassam berupaya memindahkannya ke terowongan untuk perlindungan.

    Dia mengatakan dia dibom lagi saat berada di bawah tanah dan sekali lagi nyaris tidak lolos dengan hidupnya.

    “Ini adalah jenis tekanan militer yang Netanyahu dan klaim pemerintahnya akan membawa kita pulang,” kata tahanan itu.

    Sandera Israel itu menggambarkan kondisinya saat ini sangat mengerikan, dilansir Palestine Chronicle, Minggu (4/5/2025).

    Dia menyatakan dia tidak memiliki akses ke obat-obatan dan evakuasi ke rumah sakit bukanlah pilihan.

    Seminggu sebelumnya, Brigade Al-Qassam telah merilis video lain yang menunjukkan pejuang berusaha menyelamatkan tawanan Israel selama pemboman yang sedang berlangsung.

    Dalam video terbaru, tahanan menyebutkan seorang rekan tawanan bernama Bar, mendesak pejuang Qassam untuk menemukan dan membantunya.

    Dia juga mempertanyakan bagaimana Israel dapat merayakan Hari Kemerdekaan, sementara 59 tawanan tetap berada di Gaza.

    Dia meminta publik Israel untuk turun ke jalan dan menuntut tindakan pembebasan para tawanan yang masih ada di jalur Gaza.

    “Tidak ada yang peduli di mana kita berada atau apa yang terjadi pada kita. Bukan pemerintah, bukan perdana menteri. Kami bahkan tidak ada di radar mereka,” ujarnya mengkritik pemerintah Israel,

    “Tolong bantu kami. Aku mohon padamu. Jangan tinggal diam. Jangan biarkan pemerintah menjebak Anda dalam situasi ini. Kebebasan kita tergantung pada Anda,” lanjutnya.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Dihantam 2 Kali, Sandera Israel Nyaris Tewas Akibat Bom Zionis di Gaza – Halaman all

    Sandera Israel Luka Parah, Hampir Tewas Akibat 2 Pemboman Zionis di Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), merilis rekaman video seorang sandera Israel di mana ia mengatakan adalah sandera bernomor 24 dan telah dibom dua kali sejak Israel melanggar perjanjian gencatan senjata sekitar dua bulan lalu.

    Media Israel The Times of Israel mengidentifikasi sandera tersebut sebagai Maxim Herkin.

    Dalam video yang dirilis Brigade Al-Qassam, sandera bernama Maxim Herkin itu terlihat menderita luka parah di wajah dan lengan kirinya.

    Maxim Herkin mengatakan ia dibom setelah pertempuran kembali terjadi ketika perjanjian gencatan senjata tahap pertama berakhir dan Israel memulai kembali serangannya di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025.

    Ia bercerita bahwa ia hampir tewas akibat pemboman tersebut, sehingga memaksa Brigade Al-Qassam untuk menempatkannya di dalam terowongan demi keselamatannya. 

    Setelah pemboman itu, ia mengatakan dia dibom lagi ketika berada di bawah tanah, dan sekali lagi dia hampir tewas akibat serangan tersebut.

    Ia mengatakan ini adalah tekanan militer yang diklaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya akan membawa kembali para sandera.

    Maxim kemudian menceritakan kehidupannya yang sangat sulit, kekurangan obat-obatan, dan tidak mungkin untuk mengevakuasi dirinya yang terluka ke rumah sakit.

    Sandera itu menjelaskan dia tidak tahu apa pun tentang rekannya yang berada bersamanya di tempat yang sama pada saat pengeboman itu.

    Ia mengatakan perang ini akan segera berhenti jika putra Netanyahu atau putra salah satu menterinya ada di Jalur Gaza, sambil menekankan bahwa nyawa para sandera seolah tidak lebih berharga daripada mereka.

    Ketika para pejuang Brigade Al-Qassam mencoba menyelamatkan tawanan dari dalam terowongan, ia bercerita tentang seorang rekannya yang bernama Bar dan meminta mereka untuk mencarinya dan menyelamatkannya.

    Sandera tersebut mencatat bahwa Israel sedang mendekati Hari Kemerdekaan, yang artinya video tersebut direkam sebelum malam tanggal 30 April, dan ia tidak tahu bagaimana mereka akan merayakannya sementara 59 sandera masih berada di Jalur Gaza.

    “Bagaimana Anda akan mengibarkan bendera dan mengadakan pesta barbekyu? Bagaimana Anda akan merayakannya?” lanjutnya sambil menyerukan seluruh warga Israel untuk segera turun ke jalan demi para sandera, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Tahanan itu berbicara kepada masyarakat Israel, dengan mengatakan semua orang di pemerintahan Israel menentang keselamatan para sandera, sedangkan mereka tidak peduli pada nasib para sandera.

    “Semua orang menentang kami, pemerintah dan perdana menterinya. Kami tidak menjadi incaran mereka. Tidak seorang pun peduli di mana kami berada atau apa yang terjadi pada kami. Kalian menyaksikannya sendiri,” katanya.

    “Tolong bantu kami. Saya mohon. Jangan berdiam diri di rumah. Jangan biarkan pemerintah memaksakan situasi ini kepada Anda,” ujarnya.

    “(Pembebasan mereka) ini dapat terjadi dengan bantuan Anda. Tanpa Anda, tidak ada harapan,” imbuhnya.

    Ia mengatakan ini adalah perang psikologis, bukan sekedar klaim militer seperti apa yang dipromosikan oleh Netanyahu.

    “Netanyahu akan berkata lagi, ‘Ini adalah perang psikologis,’ tetapi perang psikologis yang sebenarnya ada di dalam diri saya, situasi yang saya alami,” katanya.

    Ia menyimpulkan bahwa video tersebut mungkin merupakan momen terakhir yang akan dilihat keluarganya, dan mungkin itu satu-satunya yang tersisa darinya bagi orang tua dan anak-anaknya. 

    Sementara itu, Brigade Qassam mengakhiri video tersebut dengan sebuah pesan yang berbunyi, “Mereka tidak akan dibebaskan kecuali melalui kesepakatan. Waktu hampir habis.”

    Video tersebut muncul saat kabinet keamanan Israel bersiap menyetujui keputusan untuk memperluas operasi militer di Jalur Gaza, meskipun adanya penentangan di dalam Israel.

    Selama perayaan Hari Kemerdekaan, Netanyahu menegaskan ia akan melanjutkan perang hingga kembalinya semua tawanan, baik yang hidup maupun yang mati, dan hingga Hamas dihancurkan. 

    Sementara itu, Kepala Staf tentara Israel Eyal Zamir mengatakan tentara siap mengaktifkan kekuatan di Jalur Gaza.

    Mediator Qatar dan Mesir masih berupaya untuk menengahi perbedaan pandangan antara Israel dan Hamas untuk mencapai perjanjian gencatan senjata tahap kedua.

    Sebelumnya, sencatan senjata tahap pertama disetujui pada 19 Januari 2025, yang berlangsung selama 42 hari dan berhasil membebaskan 33 sandera Israel dan ribuan warga Palestina.

    Namun, di tengah upaya pembicaraan untuk tahap kedua, Israel melanggar perjanjian tersebut dengan kembali meluncurkan serangan ke Jalur Gaza mulai 18 Maret 2025.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Penyebab Kebakaran dan Badai Pasir Mengerikan Israel Masih Dicari, Ini Beberapa Teorinya

    Penyebab Kebakaran dan Badai Pasir Mengerikan Israel Masih Dicari, Ini Beberapa Teorinya

    Jakarta

    Selain dilanda kebakaran hutan hebat, Israel juga diterjang badai pasir (sand storm) mengerikan. Usai ribuan hektar lahan dekat wilayah Yerusalem hangus, badai pasir hebat menerjang wilayah selatan Israel.

    Otoritas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel mengumumkan kebakaran di wilayah Yerusalem berhasil dikendalikan setelah hampir 30 jam pada Kamis (1/5). Kebakaran tersebut merusak 4.942 hektar lahan. Tim investigasi khusus telah dibentuk untuk mencari penyebabnya.

    Kebakaran Hutan Terbesar di Israel

    Kebakaran hutan yang telah terjadi selama tiga hari di Israel membuat negara ini berada dalam keadaan darurat nasional. Beberapa dampak dari kejadian itu antara lain kesehatan masyarakat terganggu karena asap kebakaran, ekosistem hutan rusak, hingga risiko banjir dan tanah longsor akibat ketiadaan pepohonan yang mengikat air.

    Kebakaran yang telah berlangsung sejak pukul 10 pagi pada Rabu (30/4) itu dianggap sebagai salah satu kebakaran hutan terbesar dalam sejarah Israel. Petugas penyelamat Israel dilaporkan mengevakuasi penduduk dari beberapa kota di Israel di tengah kebakaran hutan yang meluas yang dipicu oleh suhu yang tinggi dan angin kencang.

    Untuk memadamkan kebakaran, Israel meminta bantuan internasional. Laporan Sky News menyebutkan bahwa sejumlah negara telah mengirimkan bantuan pesawat antara lain Spanyol, Italia, Prancis, Kroasia, Ukraina, dan Rumania.

    Investigasi Penyebab Kebakaran

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh bahwa kebakaran di Israel adalah disengaja. “Saat ini kami menahan 18 orang yang diduga sengaja membakar, satu orang tertangkap basah,” ujar Netanyahu yang dikutip dari Anadolu.

    Namun Channel 12 melaporkan bahwa kebakaran utama di Jerusalem Hills tidak terjadi dengan sengaja. Berdasarkan penyelidikan, kebakaran tersebut disebabkan oleh kelalaian. Radio Angkatan Darat Israel pun membantah klaim Netanyahu terkait 18 orang yang ditahan. “Hanya tiga orang yang ditangkap atas dugaan pembakaran,” kata mereka.

    Badan keamanan internal Israel, Shin Bet, terlibat dalam investigasi penyebab kebakaran. Mereka menyatakan masih terlalu dini untuk menentukan apakah kebakaran tersebut merupakan hasil dari ‘motif nasionalis’.

    Kelalaian Manusia hingga Perubahan Iklim

    Surat kabar Times of Israel melaporkan bahwa sebagian besar kebakaran hutan di Israel disebabkan oleh manusia, yang sering kali disebabkan oleh kelalaian. Laporan mereka juga menunjukkan bahwa Israel sedang mengalami musim panas yang panjang, panas, dan kering, kondisi yang menyebabkan kebakaran hutan. Insiden kebakaran hutan yang signifikan dilaporkan terjadi di Israel pada 1989, 1995, 2010, 2015, 2019, 2021, dan 2023.

    Sejumlah ahli lingkungan juga menyoroti penanaman pohon pinus Eropa dalam skala besar oleh Israel yang bukan merupakan tanaman asli wilayah tersebut. Wilayah itu sebelumnya merupakan habitan asli pohon zaitun. Program penanaman pohon pinus Eropa secara besar-besaran dilakukan Israel sebagai salah satu upaya menghilangkan jejak desa-desa Palestina yang tidak berpenghuni ini. Hal ini telah secara signifikan meningkatkan kerentanan wilayah tersebut terhadap kebakaran hutan.

    Pasalnya, tidak seperti tanaman asli Mediterania, pohon pinus sangat mudah terbakar, terutama dengan kayu yang mengandung resin dan daun berbentuk serasah jarum padat yang mudah terbakar dalam kondisi kering dan panas. Dengan perubahan iklim yang memperburuk gelombang panas dan kekeringan, pohon pinus menambah kerentanan hutan menjadi mudah terbakar dan memicu kebakaran yang sulit dikendalikan.

    Badai Pasir Menerjang

    Usai ribuan hektar lahan dekat wilayah Yerusalem hangus, badai pasir menerjang wilayah Gurun Negev dan Kota Beersheba. Embusan angin yang sangat kuat membuat jarak pandang nyaris nol. Badai pasir yang melanda pada Rabu (30/4) membuat kawasan tersebut dipenuhi kabut tebal dan menjadikan langit berwarna jingga gelap.

    Belum ada rincian apakah badai ini menyebabkan korban jiwa, namun mengutip Anadolu, badai pasir membuat jarak pandang menjadi minim. Orang-orang yang sudah berada di jalan, memilih untuk meninggalkan mobil mereka di jalanan dan mencari perlindungan. Masyarakat pun diminta untuk tidak keluar rumah.

    Selain itu badai pasir dan debu yang terus menerus terjadi dikhawatirkan mengubur vegetasi, mencemari air, dan menurunkan kesuburan tanah. Badai pasir mengerikan ini menunjukkan bagaimana perubahan iklim memperparah bencana alam dan dampaknya pada semua aspek kehidupan.

    (rns/rns)

  • Berita Internasional Terpopuler: Di Sidang ICJ, Inggris Minta Israel Patuhi Hukum – Perang Dagang AS – Halaman all

    Berita Internasional Terpopuler: Di Sidang ICJ, Inggris Minta Israel Patuhi Hukum – Perang Dagang AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer internasional Tribunnews dapat disimak di sini.

    Dalam sidang ICJ, Inggris meminta Israel agar mematuhi hukum, termasuk mencabut pembatasan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan memastikan perlindungan warga sipil.

    Sementara itu, China mengumumkan daftar produk AS yang bebas tarif 125 persen.

    Langkah ini disinyalir sebagai pintu negosiasi perang dagang antara AS dan China.

    Berikut berita selengkapnya.

    1. Inggris Meminta ICJ Agar Israel Patuhi Hukum Internasional, Cabut Pembatasan Bantuan Kemanusiaan

    Ruang Pengadilan ICJ (CIJ_ICJ)

    Inggris menyampaikan kepada Mahkamah Internasional (ICJ) pada hari Kamis bahwa Israel harus mencabut pembatasan bantuan kemanusiaan ke Gaza, memastikan perlindungan warga sipil, dan sepenuhnya mematuhi hukum humaniter internasional.

    Inggris menganggap UNRWA sebagai ‘organisasi kemanusiaan yang tidak memihak’ dan mendukung mandatnya.

    “Tidak dapat diterima bahwa Israel telah memblokir dukungan kemanusiaan untuk memasuki Gaza selama hampir dua bulan, yang berarti bahwa warga sipil Palestina, termasuk satu juta anak-anak, menghadapi kelaparan, penyakit, dan kematian,” kata perwakilan Inggris Sally Langrish, mengingat pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy baru-baru ini kepada Dewan Keamanan PBB di mana ia mendesak kembalinya gencatan senjata “untuk mengakhiri kematian dan kehancuran tanpa henti yang dihadapi warga Palestina setiap hari.”

    Langrish menekankan seruan konsisten Inggris kepada Israel untuk mengizinkan akses kemanusiaan dan mencatat penangguhan lisensi ekspor senjata tertentu oleh Inggris ke Israel pada September 2024, dengan alasan “risiko yang jelas bahwa ekspor militer tertentu ke Israel dapat digunakan untuk melanggar hukum humaniter internasional.”

    Michael Wood, yang juga berbicara mewakili Inggris, menggarisbawahi kewajiban Israel berdasarkan Piagam PBB, Konvensi 1946 tentang Hak Istimewa dan Kekebalan PBB, dan hukum humaniter internasional. 

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Viral Pria di China Berhenti Bekerja demi Rawat Anak, tapi Kemudian Alami Depresi dan Berujung Cerai

    VIRAL DI CHINA – Tangkap layar yang diambil Tribunnews pada 2 Mei 2025 dari akun Weibo 中国蓝新闻, memperlihatkan pemberitaan pria 33 tahun yang mengalami depresi pasca melahirkan. Pria dari Sichuan ini viral karena merawat bayinya sendirian. (Kolase tangkap layar Weibo 中国蓝新闻)

    Seorang ayah di China berhenti dari pekerjaannya yang bergaji tinggi demi merawat bayinya.

    Namun, ia kemudian menceraikan istrinya yang dianggap tidak mendukung dan mengaku menderita depresi pascapersalinan.

    Mengutip South China Morning Post (SCMP), pria berusia 33 tahun dari Provinsi Sichuan ini populer di media sosial dengan julukan “Ayah Jasmine.”

    Ia kerap membagikan rutinitas mengasuh anak di media sosial dan telah menarik 11.000 followers.

    Ayah Jasmine merupakan mantan manajer penjualan makanan hewan peliharaan.

    Dulunya ia memperoleh penghasilan sekitar 20.000 yuan (Rp45 juta) per bulan.

    Kini, ia mengaku hanya mendapatkan 4.000 yuan (Rp9 juta) dari menjual produk bayi melalui siaran langsung.

    Putrinya, Jasmine, lahir pada Mei 2023.

    Kedua orang tua dari pihaknya maupun istrinya bekerja di luar kota.

    Karena tidak memiliki anggaran untuk menyewa pengasuh, Ayah Jasmine memutuskan untuk menjadi ayah rumah tangga penuh waktu

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Netanyahu Tuduh Warga Palestina Picu Kebakaran, tapi Damkar Israel Sebut karena Kelalaian Pendaki

    KUNJUNGAN NETANYAHU – PM Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan sambutan dari Hungaria sebelum berangkat ke AS, Minggu 6 April 2025. Saat Netanyahu berada di Washington, rumahnya di Yerusalem disebut massa. (Tangkap layar YouTube IsraeliPM pada 6 April 2025)

    Kebakaran hutan yang terjadi di dekat Yerusalem telah berhasil dikendalikan.

    Namun, setelah api berhasil dipadamkan, perhatian publik di Israel beralih pada pertanyaan mengenai siapa atau apa yang bertanggung jawab atas kebakaran tersebut.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Keamanan Nasional dari sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, secara terbuka menyatakan bahwa kebakaran tersebut kemungkinan merupakan tindakan pembakaran yang disengaja.

    Namun, pihak kepolisian dan dinas pemadam kebakaran Israel menepis klaim tersebut.

    Sementara itu, Presiden Israel menyoroti peran perubahan iklim dalam bencana kebakaran tersebut.

    Puluhan pemukim dilaporkan mengalami luka-luka, dan ribuan penduduk dari kota-kota di wilayah perbukitan sekitar Yerusalem dievakuasi.

    Meski begitu, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

    Kebakaran tersebut membakar sekitar 5.000 hektar lahan, sebagian besar berupa kawasan hutan.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. China Umumkan Daftar Produk AS Bebas dari Tarif 125 Persen, Sinyal Terbuka Negosiasi Perang Dagang?

    PERANG DAGANG – Ilustrasi bendera Amerika Serikat dan China dengan uang dolar di atasnya, diambil dari Pexels pada 11 April 2025. Amerika Serikat dan China saling menerapkan tarif tinggi terhadap barang-barang yang masuk ke negaranya. (Pexels)

    Memasuki Mei 2025, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.

    Beijing mengumumkan daftar produk asal AS yang dibebaskan dari tarif balasan sebesar 125 persen.

    Langkah ini dianggap sebagai sinyal kalau China mungkin bersedia membuka kembali jalur negosiasi dengan Washington.

    Kedua belah pihak belum memulai pembicaraan formal, meski ada kemungkinan tensi perang dagang menurun.

    Baik Amerika mau pun China tetap mempertahankan sikap keras secara publik.

    Presiden Donald Trump menyatakan Tiongkok harus mengambil langkah pertama untuk memulai negosiasi.

    Sementara Beijing menegaskan bahwa tidak akan ada pembicaraan tanpa tindakan nyata dari AS, dikutip dari The Washington Post.
    Daftar Produk yang Dikecualikan

    Menurut laporan Reuters, Tiongkok telah memberikan pengecualian tarif pada beberapa produk penting asal AS.

    Contohnya produk yang termasuk farmasi, mikrochip, dan mesin pesawat terbang.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Kebakaran Bikin Perpecahan di Israel Kian Besar, Sengaja Dibakar Agar Perayaan Kemerdekaan Batal? – Halaman all

    Kebakaran Bikin Perpecahan di Israel Kian Besar, Sengaja Dibakar Agar Perayaan Kemerdekaan Batal? – Halaman all

    Kebakaran Bikin Perpecahan di Dalam Israel Kian Besar, Sengaja Dibakar Agar Hari Kemerdekaan Batal?

    TRIBUNNEWS.COM – Kebakaran hutan yang berkobar di Israel dilaporkan memperparah krisis politik negara itu.

    Perpecahan makin hebat saat tokoh-tokoh pro-pemerintah menuduh aktivis kiri melakukan pembakaran secara sengaja.

    Sejak Rabu dini hari, kebakaran hutan telah menyebar di beberapa komunitas, kota, dan hutan di Israel tengah di mana sedikitnya 10 kota dan komunitas dievakuasi, menurut polisi Israel.

    Kebakaran yang berkobar memaksa Israel mencari bantuan pemadam kebakaran dari negara-negara termasuk Yunani, Kroasia, Italia, dan Pemerintah Siprus Yunani.

    Menurut sumber medis, sedikitnya 20 orang dirawat oleh kebakaran hutan, sebagian besar dari mereka menderita menghirup asap.

    Perkiraan Dana Nasional Yahudi menunjukkan, kebakaran hutan saat ini di perbukitan Yerusalem telah menghancurkan sekitar 11.700 dunam (2.891 hektar) lahan hutan, termasuk Taman Kanada, dekat wilayah Latrun, yang hampir seluruhnya terbakar.

    Hutan lain antara Yerusalem dan Tel Aviv, termasuk Hutan Eshtaol, Taman Anava, dan Hutan Shoresh, juga rusak parah akibat kebakaran hutan, menurut harian Yedioth Ahronoth.

    Kebakaran tersebut memaksa pihak berwenang untuk menutup Rute 1, jalan raya utama yang menghubungkan Tel Aviv ke Yerusalem.

    Adegan kekacauan terjadi saat penduduk meninggalkan kendaraan mereka dan melarikan diri dengan berjalan kaki, sementara api mendekati jalan raya.

    Pihak berwenang Israel mengatakan, 163 tim pemadam kebakaran tengah berupaya memadamkan api, termasuk 21 ATV (kendaraan segala medan) dan pesawat Shimshon. Dua belas pesawat pemadam kebakaran juga diperkirakan akan lepas landas pada Kamis pagi.

    Dugaan Pembakaran

    Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir memerintahkan pengiriman sekitar 14.000 personel keamanan di seluruh Israel.

    Ada kecurigaan pembakaran secara sengaja kemungkinan menjadi penyebab kebakaran besar tersebut.

    Lembaga penyiaran publik Israel, KAN mengatakan dinas keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet mengambil bagian dalam investigasi untuk mengidentifikasi penyebab kebakaran hutan tersebut.

    Namun, sejauh ini penjelasan resminya tetap mengatakan kalau suhu tinggi dan angin kencang telah memungkinkan kebakaran di kawasan hutan menyebar dengan cepat, karena tidak ada bukti yang ditemukan yang mengarah pada pembakaran.

    ISRAEL HADAPI KEBAKARAN – Gambar diambil dari Otoritas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel, Rabu (30/4/2025), memperlihatkan mobil pemadam kebakaran Israel pada hari Rabu berupaya memadamkan api di sekitar pegunungan di Yerusalem yang diduduki. Api hampir mendekati pemukiman Zionis di Yerusalem yang diduduki. (Facebook Otoritas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel)

    Perpecahan Internal

    Saat kebakaran masih berkobar di tengah upaya memadamkannya, muncul tuduhan kalau aktivis sayap kiri Israel berada di balik kebakaran tersebut.

    Yair Netanyahu, putra perdana menteri, mengisyaratkan dalam unggahan di media sosial bahwa aktivis sayap kiri mungkin berada di balik kebakaran itu.

    “Ada yang mencurigakan di sini,” tulis Yair Netanyahu di X, menuduh kelompok kiri berusaha membatalkan perayaan hari kemerdekaan Israel.

    “Kaum kiri Kaplanis telah berusaha mati-matian dalam beberapa minggu terakhir untuk membatalkan perayaan Hari Kemerdekaan dan upacara penyalaan obor,” tambahnya.

    Apa yang mereka maksud sebagai Hari Kemerdekaan tersebut, yang menandai berdirinya Israel pada tahun 1948, bertepatan dengan peringatan Nakba yang diperingati warga Palestina, merujuk pada pemindahan massal warga Palestina selama periode ketika geng-geng Zionis melakukan pembantaian terhadap warga sipil.

    “Tuduhan tak berdasar Yair Netanyahu terhadap kelompok dan aktivis sayap kiri, yang disampaikan tanpa bukti, menyoroti jurang pemisah yang semakin dalam antara pemerintah Israel dan oposisi,” ulas Anews, Jumat (2/5/2025). 

    Perpecahan ini bermula dari ketidaksepakatan atas pelaksanaan perang di Gaza, khususnya penolakan pemerintah untuk berunding dengan Hamas guna mengakhiri perang dengan imbalan tawanan Israel yang ditahan di Gaza.

    Tangkapan layar yang diambil dari rekaman AFPTV menunjukkan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir berbicara di kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem pada 17 Juli 2024. (Tangkap layatAFPTV)

    Ben-Gvir Disalahkan

    Menurut harian Haaretz, seorang mantan pejabat keamanan publik menuduh Ben-Gvir melemahkan kesiapan pemadaman kebakaran.

    Dia juga mengatakan kalau hal itu memengaruhi respons Israel terhadap kebakaran hutan besar-besaran di perbukitan Yerusalem.

    Haaretz mengutip Tomer Lotan, mantan pejabat keamanan Israel, yang mengatakan kalau  Ben-Gvir menolak proposal pada tahun 2022 untuk membeli helikopter Black Hawk bagi polisi.

    Pembelian ini merupakan bagian dari rencana nasional yang lebih luas untuk memerangi kebakaran hutan besar.

    “Tidak ada contoh yang lebih jelas tentang ketidakbertanggungjawaban dan bahaya penunjukan Ben-Gvir sebagai menteri,” kata Lotan, mengacu pada kebakaran yang sedang terjadi.

     

    (oln/anews/*)

  • Afrika Selatan Mengatakan Pemboman Terbaru Israel di Gaza Melanggar Hukum Internasional – Halaman all

    Afrika Selatan Mengatakan Pemboman Terbaru Israel di Gaza Melanggar Hukum Internasional – Halaman all

    Afrika Selatan Mengatakan Pemboman Terbaru Israel di Gaza Melanggar Hukum Internasional

    TRIBUNNEWS.COM- Afrika Selatan mengatakan bahwa pemboman terbaru Israel di Jalur Gaza adalah “skala yang belum pernah terjadi sebelumnya” dan melanggar hukum internasional, kantor berita Anadolu  melaporkan.

    Pelanggaran hukum humaniter internasional oleh Israel meliputi “secara terang-terangan menargetkan personel kemanusiaan, menghalangi bantuan kemanusiaan, penolakan layanan dasar, makanan, dan air sebagai senjata perang, serta penghancuran infrastruktur Gaza secara serampangan,” utusan PBB Mathu Joyini mengatakan kepada Dewan Keamanan.

    Ia mengatakan “pendekatan brutal” Israel menunjukkan pengabaian terhadap upaya gencatan senjata, sehingga menimbulkan kekhawatiran adanya niat genosida dan pelanggaran tambahan.

    “Harus ada pertanggungjawaban atas semua kekejaman, genosida yang sedang berlangsung, pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan perang yang dilakukan terhadap rakyat Palestina,” kata Joyini.

    Ia mendesak negara-negara anggota dan pihak-pihak lain untuk membaca laporan publik Afrika Selatan yang diserahkan kepada Dewan Keamanan, yang mendokumentasikan bukti tindakan genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

    “Tidak ada satu negara pun yang boleh melanggar hukum internasional dan pada saat yang sama meminta negara lain untuk mematuhinya,” kata Joyini.

    Dewan harus “bertindak sekarang,” katanya. “Kita harus tegas dalam tekad kita untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasional, tanpa kecuali.”

    Setelah Afrika Selatan mengajukan proses hukum di Mahkamah Internasional (ICJ) terhadap Israel atas pelanggaran Konvensi Genosida 1948 di Gaza, beberapa negara bergabung dalam kasus tersebut termasuk Kolombia, Kuba, Libya, Meksiko, Spanyol, Belize, dan Türkiye.

    Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) secara terpisah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.​​​​​​​​

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR