Tag: Benjamin Netanyahu

  • Netanyahu Lakukan Ritual Penyembelihan Sapi Merah Suci

    Netanyahu Lakukan Ritual Penyembelihan Sapi Merah Suci

    GELORA.CO – Dalam artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Israel “Ein Hashbeit”, penulis Israel, Shuki Tausig, menjelaskan bagaimana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengubah peringatan Holocaust dari simbol suci dalam kesadaran Yahudi menjadi alat propaganda politik setelah serangan 7 Oktober, dan bagaimana penggunaan ini justru menimbulkan reaksi balik global, yang mendorong gelombang penyangkalan Holocaust dan anti-Semitisme di kalangan “ekstrem kanan” Barat.

    Penulis mengatakan, Netanyahu— yang didakwa oleh Mahkamah Pidana Internasional atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan— mulai membangun “jalan keluar politik” dari kegagalan keamanan terbesar dalam sejarah Israel sejak pagi hari yang berdarah itu.

    Di antara alat-alat yang dengan cepat dia gunakan adalah perbandingan antara serangan Badai Al-Aqsa dan holocaust, di mana dia menganggap apa yang terjadi dalam Badai Al-Aqsa sebagai pengulangan dari kejahatan Nazi terhadap orang Yahudi.

    Penulis berpendapat bahwa perbandingan ini merupakan pelanggaran terhadap kesucian Israel, karena “Holocaust” dalam kesadaran Yahudi dianggap sebagai peristiwa langka dan tidak dapat dibandingkan atau diulang, peristiwa yang “terpisah dari sejarah” dan tidak boleh disamakan dengan peristiwa lain.

    Namun, Netanyahu, melalui mesin propagandanya yang dikenal di Israel sebagai “mesin racun”, melanggar larangan ini dan menyamakan kejahatan Nazi Jerman dengan operasi perlawanan Palestina, dalam langkah yang digambarkan sebagai “penyembelihan sapi suci” demi kepentingan pribadi dan politik.

    Melarikan diri dan membenarkan perang Gaza

    Penulis menunjukkan bahwa tujuan pidato Netanyahu jelas, yaitu melepaskan tanggung jawab dari dirinya sendiri.

    Ketika serangan Gerakan Perlawanan Islam Hamas digambarkan sebagai “holocaust baru”, maka tidak ada pemimpin yang mampu mencegah dirinya untuk melancarkan perang terhadap Gaza seperti yang telah terjadi.

    Menurut penulis, sayap kanan Amerika mulai mempromosikan gagasan bahwa Israel berada di balik beberapa pembunuhan atau kekacauan internal di Amerika Serikat, dengan mengutip pembunuhan aktivis sayap kanan Charlie Kirk, yang oleh sayap kanan Israel dijuluki sebagai “martir” dalam tindakan yang oleh penulis digambarkan sebagai “antisemitisme internal”.

    Lembaga pemikir yang melegitimasi penyangkalan Holocaust

    Penulis juga mengaitkan keruntuhan moral dalam retorika Israel dengan lembaga pemikir Amerika seperti “The Heritage Foundation”, yang secara tidak langsung mendukung diskusi publik tentang penyangkalan Holocaust.

    Perkembangan ini tidak mungkin terjadi jika Netanyahu dan para pendukungnya di sayap kanan religius dan nasionalis tidak menghancurkan gagasan “keunikan Holocaust” di Israel sendiri dan mengubahnya menjadi alat perbandingan dan pemasaran politik.

    Selain mengelak dari tanggung jawab, perbandingan ini juga mendukung agenda untuk memicu semangat balas dendam dan membenarkan kelanjutan perang.

    Perbandingan antara Hamas dan Nazi telah menghilangkan sisi kemanusiaan dari orang Palestina, menekan rasa simpati, dan mengubah diskusi publik menjadi dualisme “Yahudi versus Nazi”, yang membuat kelanjutan agresi terhadap Gaza tampak sebagai kewajiban moral, bukan kejahatan kemanusiaan.

    Dengan demikian, menurut penulis, perbandingan ini membantu Netanyahu memperpanjang perang untuk mempertahankan koalisi pemerintah ekstremisnya, meskipun dengan mengorbankan nyawa tentara dan tawanan yang tewas dalam penahanan atau oleh tembakan Israel.

    Kembalinya Nazisme Amerika

    Tausig berpendapat bahwa dampak dari pernyataan ini tidak hanya terbatas pada Israe. Hal ini karena “pelanggaran tabu” yang dilakukan Netanyahu telah memicu gelombang baru legitimasi penyangkalan Holocaust di Barat, terutama di kalangan sayap kanan populis yang mendominasi politik di Amerika Serikat.

    Penulis menyimpulkan hal ini berdasarkan kemunculan tokoh media sayap kanan Amerika, Tucker Carlson, yang baru-baru ini menjadi pembawa acara bagi Nazi baru dan penyangkal Holocaust, Nick Fuentes, dalam sebuah wawancara yang digambarkan dalam artikel tersebut sebagai “momen munculnya Nazisme Amerika yang baru”.

    Carlson, seperti yang dijelaskan penulis, mewakili generasi baru sayap kanan Amerika Trump, yang tidak lagi melihat Israel sebagai sekutu strategis, melainkan beban politik.

    Dalam iklim ini, pernyataan Netanyahu tentang “Holocaust baru” berubah menjadi senjata di tangan para “ekstremis” ini untuk membenarkan permusuhan mereka terhadap orang Yahudi sendiri.

  • Keji! Israel Tembak Mati 3 Warga Gaza Saat Gencatan Senjata

    Keji! Israel Tembak Mati 3 Warga Gaza Saat Gencatan Senjata

    Gaza City

    Pasukan Israel kembali melancarkan serangan di wilayah Jalur Gaza saat gencatan senjata masih berlangsung. Sedikitnya tiga warga Palestina tewas akibat tembakan pasukan Israel di wilayah Rafah, bagian selatan Jalur Gaza yang masih dikuasai pasukan Israel.

    Kematian tiga warga Palestina itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (4/11/2025), dilaporkan terjadi pada Senin (3/11) waktu setempat, saat gencatan senjata rapuh yang berlaku sejak 10 Oktober masih bertahan, meskipun diwarnai sejumlah serangan oleh Tel Aviv dan kelompok militan di Jalur Gaza.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan pasukannya mengidentifikasi orang-orang yang ditembak itu sebagai “teroris” yang melanggar “Garis Kuning”, batas area yang menandai wilayah-wilayah Jalur Gaza yang masih diduduki oleh pasukan Tel Aviv.

    Disebutkan militer Israel bahwa orang-orang itu bergerak maju mendekati tentara-tentara yang berjaga di wilayah selatan Jalur Gaza, yang dianggap memberikan ancaman langsung, dan akhirnya melepaskan tembakan ke arah mereka.

    Otoritas medis setempat melaporkan bahwa dari tiga orang yang tewas, salah satu di antaranya berjenis kelamin perempuan.

    Insiden ini menyusul serangan Israel selama beberapa hari terakhir di Jalur Gaza, yang memicu saling tuduh antara Tel Aviv dan Hamas atas pelanggaran gencatan senjata yang menghentikan pertempuran selama dua tahun di wilayah tersebut.

    Penduduk Gaza menuturkan bahwa pasukan Israel terus menghancurkan rumah-rumah di area timur Rafah, Khan Younis, dan Kota Gaza, di mana tentara-tentara Tel Aviv masih beroperasi.

    Gencatan senjata yang meredakan sebagian besar pertempuran di Jalur Gaza itu, telah memungkinkan ratusan ribu warga Palestina untuk kembali ke rumah-rumah mereka yang sudah menjadi puing.

    Israel sendiri telah menarik pasukannya dari beberapa posisi di wilayah Jalur Gaza. Lebih banyak bantuan kemanusiaan juga diizinkan masuk ke daerah kantong Palestina tersebut.

    Namun, kekerasan belum sepenuhnya berhenti di Jalur Gaza. Otoritas kesehatan Palestina melaporkan pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 239 orang dalam serangan-serangan di Jalur Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan.

    Dalam pembelaannya, militer Tel Aviv mengklaim pihaknya membalas serangan-serangan terhadap pasukannya yang masih berada di Jalur Gaza.

    Lihat juga Video Perintah Netanyahu Jika Pasukannya Diserang di Gaza: Serang Balik!

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Bikin Undang-Undang Izinkan Hukuman Mati untuk Tahanan Palestina

    Israel Bikin Undang-Undang Izinkan Hukuman Mati untuk Tahanan Palestina

    Jakarta

    Israel saat ini sedang membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang hukuman mati bagi tahanan Palestina. RUU itu saat ini sudah masuk ke pembahasan di sidang parlemen Israel.

    Proposal tersebut diajukan oleh Partai Jewish Power, yang dipimpin Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir. Undang-Undang ini memungkinkan pengadilan Israel untuk menjatuhkan hukuman mati kepada warga Palestina yang dihukum karena membunuh warga Israel atas “alasan nasionalistis”.

    Dilansir Middle East Eye, Selasa (4/11/2025), Undang-Undang ini tidak berlaku bagi warga Israel yang membunuh warga Palestina dalam situasi serupa. RUU ini telah dipromosikan partai-partai sayap kanan Israel sejak sebelum genosida di Gaza dimulai pada Oktober 2023, mereka menyerukan RUU ini segera disahkan.

    Para pejabat keamanan Israel sebelumnya menentang langkah tersebut, memperingatkan bahwa hal itu dapat membahayakan tawanan Israel yang ditahan oleh faksi-faksi Palestina di Gaza.

    Namun, setelah pembebasan semua tawanan yang masih hidup oleh Hamas bulan lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memberikan lampu hijau bagi RUU tersebut untuk dilanjutkan, menurut Koordinator Tahanan dan Orang Hilang, Gal Hirsch, yang menyampaikan pidato di hadapan komite sebelum pemungutan suara pada hari Senin.

    Ia mengatakan keberatan-keberatan sebelumnya telah “menjadi tidak relevan”.

    Sementara itu, Ben Gvir berterima kasih kepada Netanyahu atas dukungannya. Namun, ia menekankan bahwa pengadilan seharusnya tidak memiliki diskresi dalam menjatuhkan hukuman, dengan mengatakan: “Setiap teroris yang melakukan pembunuhan harus tahu bahwa hukuman mati akan dijatuhkan kepadanya”.

    “Saya berterima kasih kepada perdana menteri atas dukungannya terhadap RUU Jewish Power untuk hukuman mati bagi teroris,” tulis Ben Gvir di X.

    Terkait RUU itu, Pusat Advokasi Tahanan Palestina, mengatakan RUU tersebut “merupakan kejahatan perang Israel”. Mereka pun memperingatkan dampaknya.

    “Konsekuensi dari tindakan fasis ini akan semakin keras, menyeret seluruh kawasan ke dalam siklus kekacauan baru yang hasilnya tak seorang pun dapat prediksi,” ucap kelompok itu.

    (zap/yld)

  • Trauma Berat, 279 Tentara Israel Berusaha Bunuh Diri Selama Genosida Gaza

    Trauma Berat, 279 Tentara Israel Berusaha Bunuh Diri Selama Genosida Gaza

    Jakarta

    Sebanyak 279 tentara Israel mencoba bunuh diri selama 18 bulan di tengah genosida yang diluncurkan pemerintahan Netanyahu itu di Jalur Gaza.

    Media lokal Israel, KAN, mengatakan sebuah laporan baru dari Pusat Penelitian dan Informasi Knesset menunjukkan ‘Data yang mengkhawatirkan mengenai upaya bunuh diri di antara tentara Israel.’

    Data tersebut menyoroti upaya bunuh diri antara Januari 2024 dan Juli 2025, mencatat bahwa 12 persen dari upaya ini sangat serius, 88 persen sedang, dan 36 di antaranya mengakibatkan kematian.

    Menurut laporan tersebut yang dikutip dari Anadolu Agency, 124 tentara Israel meninggal karena bunuh diri sejak 2017 hingga Juli 2025, dengan 68 persen menjalani wajib militer, 21 persen menjadi cadangan, dan 11 persen bertugas permanen.

    Data itu menunjukkan peningkatan signifikan kasus bunuh diri di kalangan tentara cadangan sejak 2023, yang menghubungkan hal ini dengan peningkatan jumlah tentara aktif sejak pecahnya perang Gaza.

    Epidemi Bunuh Diri Tentara Israel

    “Epidemi bunuh diri, yang diperkirakan akan meningkat seiring berakhirnya perang, membutuhkan pembentukan sistem pendukung yang nyata bagi para tentara, upaya untuk mengakhiri perang, dan pencapaian perdamaian sejati,” kata Ofer Cassif, anggota Knesset sayap kiri.

    “Pemerintah yang mengirim tentaranya berperang dan membiarkan mereka menanggung akibatnya sendirian, sebenarnya merugikan mereka,” tambah Cassif, yang meminta agar laporan tersebut dipersiapkan.

    Israel telah menewaskan lebih dari 68.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 170.000 orang lainnya dalam serangan di Gaza sejak Oktober 2023.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Faktor Meningkatnya Kasus Bunuh Diri “
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Israel Kembali Terima 2 Jenazah Sandera di Gaza

    Israel Kembali Terima 2 Jenazah Sandera di Gaza

    Jakarta

    Israel mengatakan pasukan keamanannya di Jalur Gaza telah menerima jenazah dua sandera dari Palang Merah yang dikembalikan oleh Hamas. Pemulangan jenazah ini sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

    Dilansir AFP, Jumat (31/10/2025), sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, sebelumnya telah mengumumkan akan mengembalikan dua jenazah pada Kamis sore waktu setempat.

    Tanpa termasuk dua jenazah terbaru, Hamas telah mengembalikan jenazah 15 dari 28 sandera.

    “Israel telah menerima, melalui Palang Merah, jenazah dua sandera yang diserahkan kepada pasukan IDF dan Shin Bet di Jalur Gaza,” demikian pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Ditambahkan pula bahwa jenazah tersebut akan dibawa ke pusat medis forensik untuk identifikasi.

    Israel melancarkan gelombang serangan di Gaza sepanjang malam dari Selasa hingga Rabu. Israel mengatakan serangan ini sebagai balasan atas tewasnya seorang tentara Israel di selatan wilayah Palestina tersebut.

    Pada Rabu pagi, Israel mengatakan telah memulai “penegakan kembali gencatan senjata”, dan baik Presiden AS Donald Trump maupun mediator regional Qatar mengatakan mereka berharap gencatan senjata akan tetap berlaku.

    Hamas mengatakan para pejuangnya “tidak terkait dengan insiden penembakan di Rafah”. Hamas menegaskan kembali komitmennya terhadap gencatan senjata.

    Hamas juga menunda penyerahan jenazah sandera yang telah meninggal. Hamas menambahkan bahwa “eskalasi apa pun akan menghambat pencarian, penggalian jenazah”.

    Setelah dimulainya gencatan senjata bulan ini, kelompok tersebut mengembalikan 20 sandera yang masih hidup yang masih dalam tahanannya dan memulai proses pengembalian 28 jenazah sandera yang telah meninggal.

    Israel menuduh Hamas mengingkari kesepakatan dengan tidak segera mengembalikan mereka, tetapi kelompok militan Palestina itu mengatakan akan membutuhkan waktu untuk menemukan sisa-sisa jenazah yang terkubur di reruntuhan.

    (lir/lir)

  • Hamas Bantah Serang Tentara Israel di Gaza, Akan Patuhi Gencatan Senjata

    Hamas Bantah Serang Tentara Israel di Gaza, Akan Patuhi Gencatan Senjata

    Jakarta

    Kelompok militan Palestina, Hamas membantah tuduhan bahwa para petempurnya telah menyerang tentara Israel di Jalur Gaza. Hamas pun menegaskan akan mematuhi gencatan senjata dengan Israel yang dimediasi oleh Amerika Serikat.

    “Hamas menegaskan bahwa mereka tidak memiliki hubungan dengan insiden penembakan di Rafah dan menegaskan komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (29/10/2025).

    Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh kelompok Hamas telah menyerang pasukan Israel atau IDF meskipun gencatan senjata sedang berlangsung di Gaza. Dia pun dan bersumpah bahwa kelompok itu akan “membayar harga yang mahal”.

    “Organisasi Hamas akan membayar harga yang mahal karena menyerang tentara IDF di Gaza dan melanggar perjanjian untuk mengembalikan jenazah para sandera. Serangan Hamas hari ini terhadap tentara IDF di Gaza merupakan pelanggaran garis merah, yang akan ditanggapi IDF dengan kekuatan besar,” kata Katz dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya pada Selasa (28/10) waktu setempat.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memerintahkan militer untuk melakukan serangan intensif di Jalur Gaza setelah menuduh Hamas melanggar gencatan senjata. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan Israel melancarkan setidaknya tiga serangan udara di wilayah Palestina tersebut.

    “Pendudukan kini membombardir Gaza dengan setidaknya tiga serangan udara meskipun ada perjanjian gencatan senjata,” ujar juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, kepada AFP, Rabu (29/10).

    “Setidaknya 30 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan Israel di Jalur Gaza,” ujar Bassal.

    (ita/ita)

  • Israel Bombardir Gaza Saat Gencatan Senjata, Trump Bilang Gini

    Israel Bombardir Gaza Saat Gencatan Senjata, Trump Bilang Gini

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa gencatan senjata Gaza tidak terancam setelah rentetan serangan Israel menewaskan sedikitnya 26 orang di wilayah tersebut. Israel kembali membombardir Jalur Gaza setelah menuduh kelompok Hamas melanggar gencatan senjata.

    Trump, seperti dilansir Reuters, Rabu (29/10/2025), menyebut Israel memiliki hak untuk menyerang balik jika diserang di wilayah Jalur Gaza.

    Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa gempuran terbaru yang melibatkan pesawat-pesawat militer Israel, pada Selasa (28/10), menewaskan sedikitnya 26 orang di beberapa wilayah Jalur Gaza.

    “Sejauh yang saya pahami, mereka menembak seorang tentara Israel,” kata Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan AS Air Force One yang terbang dari Jepang ke Korsel, pada Rabu (29/10). Trump ditanya soal serangan terbaru Israel di Jalur Gaza yang merenggut korban jiwa.

    “Jadi, Israel menyerang balik dan mereka seharusnya menyerang balik. Ketika itu terjadi, mereka seharusnya menyerang balik,” ucapnya.

    Mengenai gencatan senjata Gaza yang berlangsung selama tiga pekan terakhir, Trump meredakan kekhawatiran yang muncul.

    “Tidak ada yang akan membahayakan (gencatan senjata Gaza),” tegasnya. “Anda harus memahami bahwa Hamas merupakan bagian yang sangat kecil dari perdamaian di Timur Tengah, dan mereka harus berperilaku baik,” ujar Trump.

    “Jika mereka (Hamas) baik, mereka akan senang, dan jika mereka tidak baik, mereka akan diakhiri, nyawa mereka akan diakhiri,” tegas Trump.

    Pernyataan senada disampaikan oleh Wakil Presiden AS JD Vance, seperti dilansir Reuters dan Anadolu Agency, yang menegaskan bahwa gencatan senjata Gaza masih bertahan meskipun Israel kembali membombardir Jalur Gaza.

    “Presiden mewujudkan perdamaian bersejarah di Timur Tengah, gencatan senjata masih berlaku. Bukan berarti tidak akan ada pertempuran kecil di sana dan di sini,” kata Vance kepada wartawan di Washington DC.

    “Kita mengetahui bahwa Hamas atau kelompok lainnya di Gaza menyerang seorang tentara (Israel). Kita memperkirakan Israel akan membalas, tetapi saya pikir perdamaian yang diwujudkan Presiden akan tetap bertahan meskipun ada hal tersebut,” ucapnya.

    Militer Israel menggempur Jalur Gaza pada Selasa (28/10), menyusul perintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu “untuk segera melancarkan serangan dahsyat” setelah dia menuduh Hamas melanggar gencatan senjata Gaza.

    Militer Israel tidak menjelaskan alasan spesifik di balik serangan terbarunya itu, namun seorang pejabat militer Tel Aviv menyebut Hamas melanggar gencatan senjata dengan menyerang pasukan Israel di area yang dikuasai pasukan Tel Aviv di Jalur Gaza.

    Hamas membantah bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan Israel tersebut, dan menegaskan pihaknya tetap berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Bela Hak RI, HNW Sarankan Menpora Banding ke CAS Koreksi Keputusan IOC

    Bela Hak RI, HNW Sarankan Menpora Banding ke CAS Koreksi Keputusan IOC

    Jakarta

    Demi keadilan dan sportifitas, Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW) menyarankan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Erick Thohir (ET) untuk maksimal memperjuangkan hak Indonesia, sehingga tidak dijatuhi sanksi tendensius dan tidak fair oleh Internasional Olympic Comittee (IOC).

    Menurutnya, dengan mengajukan banding ke Court of Arbitration for Sport (CAS) atau Mahkamah Arbitrase Olahraga atas keputusan IOC, agar Indonesia tidak dilarang menjadi tuan rumah event olahraga internasional, hanya karena Indonesia tidak menerbitkan visa bagi atlet Israel masuk ke Indonesia dalam kejuaraan senam dunia beberapa waktu lalu.

    “Memaksimalkan usaha bela hak Indonesia dengan mengajukan banding atas Keputusan IOC yang tidak adil tersebut ke CAS perlu dipertimbangkan, sebagai langkah terakhir, apabila diplomasi yang sedang diupayakan pihak Kemenpora menemui jalan buntu,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (28/10/2025).

    HNW menghormati langkah Erick Thohir yang saat ini sedang berupaya melakukan upaya diplomasi dan berdialog untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

    “Upaya ini juga patut kita hormati, sebagai langkah untuk membela hak Indonesia dengan menjelaskan posisi konstitusional Indonesia dalam menolak segala bentuk penjajahan, apalagi dibarengi dengan genosida dan kejahatan kemanusiaan sebagaiamana dilakukan Israel terhadap Gaza/Palestina, serta juga mempertimbangkan keamanan publik apabila atlet Israel diperbolehkan masuk ke Indonesia,” tutur HNW.

    “Sikap Indonesia itu memiliki dasar hukum internasional yang kuat, termasuk mempertimbangkan keamanan publik yg jadi dasar pihak Italia dan Belgia menolak keikutsertaan atlet Israel ikut bertanding di sana, dan ternyata IOC tidak menjatuhkan sanks terhadap Italia maupun Belgia,” sambungnya.

    “Sehingga negara anggota PBB seperti Indonesia juga diperintahkan oleh ICJ untuk bertindak agar pelanggaran tersebut bisa dihentikan. Salah satunya bisa diterjemahkan dengan memboikot Israel,” katanya.

    HNW menjelaskan bahwa langkah tegas Indonesia ini bukan mencampurkan olahraga dengan politik sebagaimana dituduhkan oleh IOC, melainkan bagaimana olahraga dikaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

    “Bahkan oleh ICJ, Israel divonis sbg telah melakukan genosida dan kejahatan kemanusiaan, dan pendudukan yang illegal. Sehingga ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan atas Pimpinan Israel seperti PM Benyamin Netanyahu. Israel juga telah melakukan kejahatan terhadap para olahragawan dan atlet Palestina, lebih dari 800 atlet/olahragawan Palestina yang sudah tewas dibunuh Israel. Hal2 yang tidak dilakukan oleh atau tidak terjadi dengan Afrika Selatan,”sambungnya.

    Sekalipun demikian, lanjut HNW, IOC telah menjatuhkan sanksi oleh IOC dengan dilarang mengikuti olimpiade. Sehingga mestinya demi keadilan dan sportifitas, IOC juga jatuhkan sanksi malah lebih berat atas Israel ketimbang yang telah dijatuhkan terhadap Afrika Selatan, bukan malah membebaskan Israel dengan menjatuhkan sanksi atas Indonesia.

    Oleh karena itu, HNW menyampaiakn upaya menjalin dialog dan diplomasi terhadap poin-poin tersebut dengan IOC patut dihormati. Namun, selain itu, Indonesia juga perlu menjalin dialog dengan negara-negara sahabat yang memiliki sikap penolakan keras terhadap keikutsertaan atlet Israel.

    Misalnya, negara tetangga Malaysia yang menolak atlet Israel sehingga berujung pada dicoretnya Malaysia sebagai tuan rumah kejuaraan dunia paralimpik renang pada 2019 lalu. Selain itu, ada juga Arab Saudi yang tidak memberikan visa kepada atlet Israel dalam Kejuaraan Dunia Catur pada 2017 lalu.

    Atau Kuwait, kata HNW, yang tidak memberikan visa kepada atlet Israel dalam kejuaraan menembak Asia pada 2015 lalu. Ada pula Uni Emirat Arab yang melakukan hal yang sama kepada atlet Israel pada kejuaraan tenis pada 2009.

    “Mereka juga mengalami nasib yang sama dengan Indonesia, yakni dijatuhi sanksi, gara2 Israel. Karenanya, bila negara-negara yang punya sikap sama dengan Indonesia yang menolak atlet Israel tersebut dapat satu sikap dengan Indonesia, tentu dapat memberikan tekanan yang lebih kuat kepada IOC,” ujar HNW.

    “Karena seharusnya Israel yang melakukan berbagai pelanggaran hukum internasional yang diberi sanksi hukuman, bukan malah negara2 yang melaksanakan berbagai keputusan lembaga internasional malah dikenakan sanksi oleh IOC,” lanjutnya.

    Namun, apabila beragam upaya dialog dan diplomasi menemui jalan buntu, HNW mendorong agar Indonesia memaksimalkan usaha bela negara dengan mengajukan banding ke CAS atas keputusan tidak adil IOC tersebut.

    “Menpora perlu berjuang habis2an bela hak dan marwah Indonesia. Bahkan sebagai upaya yang terakhir, langkah hukum banding ke CAS perlu dilakukan juga,” ujarnya.

    HNW mengatakan bahwa saluran untuk membawa persoalan ini ke CAS sesuai dengan Pasal 61 Olympic Charter (OIC Charter). Dan, meski CAS dibentuk berdasarkan OIC Charter, bukan berarti keputusan OIC tidak bisa dikoreksi.

    Dalam berbagai kasus, CAS juga bisa mengoreksi dan membatalkan keputusan OIC. Misalnya, dalam kasus mantan Menpora Rusia, Vitaly Mutko yang sempat dihukum oleh OIC tidak boleh menghadiri pertandingan atau event OIC seumur hidupnya, kemudian dibatalkan oleh CAS.

    Apalagi, lanjut HNW, dalam kasus Indonesia ini, posisi Indonesia seharusnya lebih kuat, karena sebelumnya CAS juga telah menolak banding dari Israel atas tidak diberikannya visa atlet mereka untuk masuk ke Indonesia untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Senam. Itu artinya sikap Indonesia tidak disalahkan oleh CAS.

    Tapi anehnya justru karena sikap Indonesia, lanjut HNW, yang tidak menerbitkan visa bagi atlet Israel tapi tidak disalahkan oleh CAS, malah itu yang dijadikan dasar oleh IOC untuk menjatuhkan sanksi atas Indonesia.

    “Padahal sikap Indonesia itu, secara tidak langsung diamini dan diperbolehkan oleh CAS. Karena bila CAS menilai tindakan Indonesia salah, maka seharusnya banding Israel dimenangkan, faktanya CAS menolak banding Israel tersebut, dan tidak menghukum Indonesia,” pungkasnya.

    (ega/ega)

  • Netanyahu Hancurkan Gencatan Gaza, AS Dinilai Tutup Mata

    Netanyahu Hancurkan Gencatan Gaza, AS Dinilai Tutup Mata

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gencatan senjata di Gaza kembali runtuh setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran pada Selasa (28/10/2025) waktu setempat. Serangan yang diperintahkan langsung oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk warga sipil dan satu anak, menurut pejabat kesehatan Gaza.

    Langkah Israel ini menjadi pukulan telak bagi kesepakatan gencatan senjata yang digagas Presiden AS Donald Trump, dan memicu pertanyaan soal keseriusan Washington menegakkan perdamaian di Timur Tengah.

    “Semua mata kini tertuju pada Washington,” kata Yousef Munayyer, Direktur Program Palestina/Israel di Arab Center Washington DC, seperti dikutip The Intercept. “Apakah mereka akan bersikap adil, atau sekali lagi membiarkan Israel lolos dari tanggung jawab seperti sebelumnya?”

    Menurut laporan Associated Press, Israel telah memberitahu pemerintahan Trump sebelum serangan dilakukan. Namun, alih-alih mengutuk aksi tersebut, Wakil Presiden JD Vance justru menyebutnya sebagai “pertempuran kecil di sana-sini” dan menegaskan bahwa “gencatan senjata masih berlaku.”

    Serangan terbaru Israel menghantam sejumlah titik di Kota Gaza, termasuk halaman Rumah Sakit al-Shifa dan kompleks apartemen, serta kawasan Khan Younis dan Deir al-Balah. Israel berdalih serangan dilakukan setelah tentaranya ditembaki pejuang Hamas di Gaza selatan, klaim yang kemudian dibantah kelompok tersebut.

    “Jika Israel benar-benar berniat membawa pulang sandera mereka, mereka akan memfasilitasi prosesnya, bukan justru menghancurkan upaya di lapangan dengan serangan semacam ini,” ujar Ramy Abdu, Ketua Euro-Mediterranean Human Rights Monitor.

    Hamas menyebut pihaknya sudah memulangkan seluruh sandera hidup dalam 72 jam sesuai kesepakatan, dan telah mengembalikan 15 dari 28 jenazah warga Israel yang meninggal. Namun, Israel menuding Hamas menunda pemulangan sisa jenazah, sementara Palang Merah menegaskan masih berkoordinasi dengan kedua belah pihak.

    Di sisi lain, Israel tetap memperketat blokade bantuan ke Gaza, menutup perlintasan Rafah, dan menggempur kawasan sipil. Serangan udara pada 19 Oktober lalu bahkan menewaskan sedikitnya 26 warga Palestina, termasuk pengungsi di sekolah Nuseirat.

    “Ini strategi lama,” kata Abdu. “Mereka mendorong Palestina untuk bereaksi agar punya alasan melanjutkan serangan.”

    Munayyer menilai tindakan Israel mengikuti pola yang sama seperti gencatan-gencatan sebelumnya. “Israel menahan sandera untuk meredam kemarahan publiknya sendiri, lalu memulai kembali serangan ke Gaza begitu situasi agak tenang,” ujarnya.

    Sementara tekanan terhadap Israel meningkat dari negara-negara Barat. Uni Eropa, Inggris, Prancis, Kanada, dan Australia dikabarkan mempertimbangkan sanksi atau pengakuan resmi terhadap negara Palestina jika kekerasan tak dihentikan.

    “Israel kini berupaya menciptakan narasi bahwa Hamas yang melanggar gencatan senjata,” kata Munayyer. “Pertanyaannya: apakah komunitas internasional akan kembali mempercayainya?”

    Serangan terbaru ini menandai meningkatnya ketegangan di tengah gencatan senjata rapuh yang ditengahi AS. Sejak konflik pecah pada 7 Oktober 2023, lebih dari 68.000 warga Gaza dilaporkan tewas akibat serangan Israel, sementara korban di pihak Israel mencapai lebih dari 1.200 orang.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Korban Tewas Serangan Israel di Gaza saat Gencatan Senjata Jadi 30 Orang

    Korban Tewas Serangan Israel di Gaza saat Gencatan Senjata Jadi 30 Orang

    Jakarta

    Korban tewas akibat tiga kali serangan udara Israel di Gaza saat gencatan senjata terus bertambah. Jumlah korban tewas kini menjadi 30 orang.

    “Setidaknya 30 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan Israel di Jalur Gaza,” kata juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza Mahmud Basal dilansir kantor berita AFP, Rabu (29/10/2025).

    Pihak pemerintah Gaza kini tengah mengevakuasi korban tewas tersebut. Pihaknya juga mengevakuasi korban luka-luka yang berada di bawah reruntuhan.

    “Dan tim kami masih berupaya mengevakuasi korban tewas dan luka-luka dari bawah reruntuhan,” ujar Mahmud.

    Israel mulai melancarkan serangan udara dalam beberapa hari terakhir meskipun ada gencatan senjata yang sedang berlangsung. Israel menuduh Hamas menyerang pasukannya dan melanggar gencatan senjata.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk melancarkan serangan dahsyat ke Gaza. Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan Israel melancarkan setidaknya tiga serangan udara di wilayah Palestina.

    Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendengar ledakan tersebut. Belum diketahui ada tidaknya korban jiwa dari serangan ini.

    Israel menuduh Hamas merencanakan dan mengubur kembali jenazah sandera yang tersisa. Kedua belah pihak diketahui saling tuduh terkait pelanggaran gencatan senjata Gaza.

    “Hamas berbohong. Mereka tahu di mana para sandera yang tersisa berada. Penggalian yang direkayasa tidak hanya merupakan penyiksaan, pelanggaran ini membahayakan gencatan senjata,” kata Kementerian Luar Negeri Israel.

    Hamas Bantah Tuduhan Israel

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas menepis tuduhan Israel bahwa mereka lambat dalam melepaskan jenazah para sandera. Hamas menyebutnya sebagai upaya “tak berdasar” untuk “menyesatkan opini publik”.

    Hamas juga menuduh Israel menghalangi upaya pemulangan jenazah tawanan Israel. Hamas mengatakan bahwa Israel menghalangi mesin berat memasuki Gaza dan mencegah tim pencari, termasuk personel Palang Merah, mengakses area-area penting.

    “Menanggapi hal ini, kami menyerukan kepada para mediator dan pihak penjamin untuk memikul tanggung jawab mereka dalam menghadapi hambatan serius ini,” kata Hamas.

    (whn/yld)