Tag: Benjamin Netanyahu

  • Netanyahu Terang-terangan Ingin Kuasai Seluruh Wilayah Gaza

    Netanyahu Terang-terangan Ingin Kuasai Seluruh Wilayah Gaza

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ingin mengambil alih kendali militer atas seluruh Gaza. Ia tak peduli dengan kritik yang semakin intensif dari manapun atas serangan terhadap Gaza yang sudah berlangsung hampir 2 tahun.

    “Kami bermaksud demikian,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Bill Hemmer dari Fox News Channel ketika ditanya apakah Israel akan mengambil alih seluruh wilayah pesisir tersebut sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (8/8/2025).

    “Kami tidak ingin mempertahankannya, kami ingin memiliki perimeter keamanan, kami tidak ingin mengaturnya, kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan,” imbuhnya.

    Dia mengatakan Israel ingin menyerahkan wilayah tersebut kepada pasukan Arab yang akan memerintahnya. Namun, ia tidak merinci pengaturan tata kelola atau negara-negara Arab mana yang terlibat.

    Salah satu sumber mengatakan Israel memiliki salah satu skenario yang dipertimbangkan menjelang pertemuan keamanan, yakni pengambilalihan bertahap wilayah-wilayah di Gaza yang belum berada di bawah kendali militer. Peringatan evakuasi dapat dikeluarkan kepada warga Palestina di wilayah-wilayah tertentu di Gaza, yang berpotensi memberi mereka waktu beberapa minggu sebelum militer bergerak masuk, kata sumber tersebut.

    Untuk diketahui, kendali penuh atas wilayah tersebut akan membalikkan keputusan Israel tahun 2005 yang menarik warga negara dan tentara Israel dari Gaza, sambil tetap mempertahankan kendali atas perbatasan, wilayah udara, dan utilitasnya. Partai-partai sayap kanan menyalahkan keputusan penarikan tersebut atas keberhasilan kelompok militan Palestina, Hamas, meraih kekuasaan di sana dalam pemilu 2006.

    Hingga saat ini belum jelas apakah Netanyahu berniat pengambilalihan yang berkepanjangan atau operasi jangka pendek yang bertujuan untuk membubarkan Hamas dan membebaskan sandera Israel.

    Respons Hamas

    Hamas dalam sebuah pernyataan menyebut pernyataan Netanyahu itu sebagai “kudeta terang-terangan” terhadap proses negosiasi.

    “Rencana Netanyahu untuk memperluas agresi menegaskan tanpa keraguan bahwa ia berusaha menyingkirkan para tawanannya dan mengorbankan mereka,” kata pernyataan itu.

    Negara-negara Arab “hanya akan mendukung apa yang disetujui dan diputuskan oleh Palestina,” kata seorang sumber resmi Yordania kepada Reuters, menambahkan bahwa keamanan di Gaza harus ditangani melalui “lembaga-lembaga Palestina yang sah.”

    Pejabat Hamas, Osama Hamdan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu akan memperlakukan pasukan apa pun yang dibentuk untuk memerintah Gaza sebagai pasukan “pendudukan” yang terkait dengan Israel.

    Simak Video: Alasan Netanyahu Ingin Caplok Gaza: Demi Menjamin Keamanan Israel

    Halaman 2 dari 2

    (zap/eva)

  • Mengemuka Kisruh Pemerintah dan Militer Israel soal Gaza

    Mengemuka Kisruh Pemerintah dan Militer Israel soal Gaza

    Jakarta

    Baru-baru ini terkuak ada kisruh antara pemerintah dan militer Israel. Mereka ternyata ribut-ribut perihal rencana menguasai Jalur Gaza, Palestina.

    Dirangkum detikcom, Kamis (7/8/2025), Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa militer harus melaksanakan apa pun keputusan pemerintah terkait Jalur Gaza. Penegasan ini disampaikan Katz setelah mencuat laporan perselisihan internal mengenai prospek pendudukan sepenuhnya atas daerah kantong Palestina tersebut.

    Saat perang Gaza mendekati bulan ke-23, dilansir AFP, tanda-tanda keretakan dalam strategi Israel telah muncul dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bersiap mengumumkan rencana baru. Sejauh ini belum ada keputusan yang diumumkan secara resmi oleh Netanyahu.

    Netanyahu, menurut laporan media lokal Israel, diperkirakan akan kembali menggelar rapat kabinet keamanannya pada Kamis (7/8) waktu setempat untuk menyelesaikan keputusan mengenai perluasan serangan di Jalur Gaza.

    Dia mengatakan bahwa Israel harus “menuntaskan” kekalahan kelompok Hamas untuk mengamankan pembebasan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang tanpa henti.

    Media lokal Israel, yang mengutip para pejabat setempat yang berbicara secara anonim, telah memperkirakan peningkatan operasi militer, termasuk di area-area padat penduduk yang menjadi tempat para sandera ditahan, seperti Gaza City dan kamp-kamp pengungsi.

    Pada Rabu (6/8), militer Israel merilis seruan evakuasi terbaru untuk sebagian Gaza City di bagian utara dan di Khan Younis di bagian selatan, dengan seorang juru bicara militer Tel Aviv mengatakan pasukan darat sedang bersiap untuk “memperluas cakupan operasi tempur”.

    Laporan sejumlah media lokal Israel sebelumnya menyebut Netanyahu dan kabinetnya mungkin memerintahkan pendudukan militer sepenuhnya terhadap Jalur Gaza, yang diduga memicu perselisihan dengan panglima militer Israel atau Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir.

    Dalam rapat membahas opsi kelanjutan perang Gaza pada Selasa (5/8), menurut laporan televisi Kan, Zamir memperingatkan bahwa pendudukan sepenuhnya atas Jalur Gaza akan seperti “masuk ke dalam jebakan”.

    Laporan televisi Israel lainnya, Channel 12, menyebut bahwa Zamir menyarankan alternatif untuk pendudukan penuh, seperti mengepung wilayah-wilayah tertentu yang diyakini menjadi tempat persembunyian Hamas dan melancarkan serangan.

    Merespons pemberitaan yang muncul, Katz dalam pernyataan via media sosial X mengatakan bahwa meskipun “merupakan hak dan kewajiban kepala staf untuk menyatakan posisinya dalam forum-forum yang tepat, namun militer terikat oleh setiap keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

    “Setelah keputusan diambil oleh eselon politik, IDF akan melaksanakannya dengan tekad dan profesionalisme,” tegas Katz.

    Media lokal Israel, yang mengutip para pejabat setempat yang berbicara secara anonim, telah memperkirakan peningkatan operasi militer, termasuk di area-area padat penduduk yang menjadi tempat para sandera ditahan, seperti Gaza City dan kamp-kamp pengungsi.

    Pada Rabu (6/8), militer Israel merilis seruan evakuasi terbaru untuk sebagian Gaza City di bagian utara dan di Khan Younis di bagian selatan, dengan seorang juru bicara militer Tel Aviv mengatakan pasukan darat sedang bersiap untuk “memperluas cakupan operasi tempur”.

    Laporan sejumlah media lokal Israel sebelumnya menyebut Netanyahu dan kabinetnya mungkin memerintahkan pendudukan militer sepenuhnya terhadap Jalur Gaza, yang diduga memicu perselisihan dengan panglima militer Israel atau Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir.

    Dalam rapat membahas opsi kelanjutan perang Gaza pada Selasa (5/8), menurut laporan televisi Kan, Zamir memperingatkan bahwa pendudukan sepenuhnya atas Jalur Gaza akan seperti “masuk ke dalam jebakan”.

    Laporan televisi Israel lainnya, Channel 12, menyebut bahwa Zamir menyarankan alternatif untuk pendudukan penuh, seperti mengepung wilayah-wilayah tertentu yang diyakini menjadi tempat persembunyian Hamas dan melancarkan serangan.

    Merespons pemberitaan yang muncul, Katz dalam pernyataan via media sosial X mengatakan bahwa meskipun “merupakan hak dan kewajiban kepala staf untuk menyatakan posisinya dalam forum-forum yang tepat, namun militer terikat oleh setiap keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

    “Setelah keputusan diambil oleh eselon politik, IDF akan melaksanakannya dengan tekad dan profesionalisme,” tegas Katz.

    Simak juga Video: Alasan Netanyahu Ingin Caplok Gaza: Demi Menjamin Keamanan Israel

    Halaman 2 dari 3

    (whn/fas)

  • Netanyahu Pastikan Gaza akan Diserahkan ke Negara Arab, Bukan Dikuasai Israel

    Netanyahu Pastikan Gaza akan Diserahkan ke Negara Arab, Bukan Dikuasai Israel

    GELORA.CO -Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya tidak akan membentuk pemerintahan di Gaza setelah perang melawan Hamas berakhir.

    Dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis, 7 Agustus 2025, Netanyahu mengatakan ingin negara-negara tetangga Arab yang mengurus Gaza.

    “Tujuan kami adalah menyingkirkan Hamas, membebaskan warga Gaza dari Hamas, lalu menyerahkannya ke pemerintahan sipil yang bukan Hamas dan tidak memusuhi Israel,” kata Netanyahu, dikutip dari RT.

    Ia menegaskan Israel hanya ingin membangun garis keamanan, bukan menguasai Gaza.

    Israel pernah mengendalikan Gaza sejak 1967 hingga mundur pada 2005. Awal bulan ini, media Israel melaporkan Netanyahu berencana mencari persetujuan kabinet untuk menduduki Gaza sepenuhnya, meski mendapat penolakan dari militer Israel.

    Konflik terbaru Hamas dan Israel meletus pada Oktober 2023 setelah serangan mendadak Hamas di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Sejak itu, perang berkepanjangan menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina menurut otoritas Gaza.

    PBB, organisasi kemanusiaan, dan beberapa negara Eropa menuduh Israel menyerang pemukiman sipil secara membabi buta dan menghalangi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

  • Rencana Prabowo Obati Warga Gaza, Pulau Galang Dipilih Jadi Lokasinya
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        8 Agustus 2025

    Rencana Prabowo Obati Warga Gaza, Pulau Galang Dipilih Jadi Lokasinya Nasional 8 Agustus 2025

    Rencana Prabowo Obati Warga Gaza, Pulau Galang Dipilih Jadi Lokasinya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Wacana Presiden Prabowo Subianto untuk membawa warga Gaza, Palestina, ke Indonesia unutk diobati terus dimatangkan oleh pemerintah.
    Terbaru, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengumumkan bahwa Prabowo memerintahkan agar Pulau Galang disiapkan untuk pusat pengobatan bagi 2.000 warga Gaza yang akan dibawa ke Indonesia.
    “Masih terkait dengan Gaza, Presiden kemarin juga memberikan arahan untuk Indonesia memberikan bantuan pengobatan untuk sekitar 2.000 warga Gaza yang menjadi korban perang,” kata Hasan, Kamis (7/8/2025).
    Hasan memastikan bahwa wacana ini bukanlah bentuk evakuasi.
    Ia menyebutkan, warga Gaza akan dibawa pulang ke negaranya setelah menjalani pengobatan di Indonesia.
    “Ini untuk pengobatan. Jadi nanti setelah sembuh, setelah selesai pengobatan, mereka tentu akan kembali lagi ke Gaza,” kata Hasan.
    Menteri Luar Negeri RI Sugiono mengatakan, Pulau Galang dipilih karena fasilitas penampungan sudah siap, mengingat tempat tersebut pernah dijadikan lokasi isolasi saat pandemi Covid-19.
    “Kemarin Presiden menyebut Pulau Galang, kita sedang melihat, karena waktu itu kan pernah dipakai untuk tempat perawatan Covid-19, jadi ada infrastruktur yang sudah di sana,” ucap Sugiono.
    Sugiono mengatakan, upaya untuk menampung warga Palestina di Indonesia ini terus dimatangkan.
    Karena itu, Presiden Prabowo Subianto, kata Sugiono, pernah meminta izin kepada negara-negara tetangga Palestina untuk melakukan evakuasi.
    “Jadi, sewaktu-waktu itu bisa dilaksanakan, ya kita sudah siap,” imbuh dia.
    Dalam pertemuan terakhir Prabowo dengan otoritas Palestina, mereka mengizinkan warga negaranya dirawat di Indonesia.
    Namun, untuk izin dari negara-negara tetangga, Sugiono menyebut bahwa persetujuan masih dalam proses pembicaraan terus-menerus.
    “Belum sampai ke sana (persetujuan), ya kan kemarin itu disampaikan, kita ada permintaan. Permintaan yang ngomongnya lebih teknis juga belum seperti apa, makanya kalau misalnya itu tiba-tiba terjadi, kita sudah siap,” ujar dia.
    Meski berniat mulia, wacana Prabowo untuk mengobati warga Gaza di Indonesia tak luput dari kritik.
    Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas menilai evakuasi walaupun bersifat sementara akan memberikan keuntungan bagi Israel yang memang sedang mengincar Gaza untuk dijadikan wilayah mereka.
    “Oleh karena itu, Netanyahu (Perdana Menteri Israel) dan Donald Trump (Presiden Amerika Serikat) tentu akan sangat senang sekali bila Indonesia mau membawa rakyat Gaza yang terluka ke luar Gaza untuk diobati di Indonesia,” ucap dia.
    Anwar Abbas juga menegaskan, harus ada kepastian durasi evakuasi sementara berlangsung.
    Dia mengusulkan agar Indonesia dan dunia internasional bisa berfokus pada pengobatan di dalam wilayah Gaza ketimbang membawa warga Gaza keluar dari tanah mereka.
    “Bagi yang sakit, saya rasa mereka juga akan setuju demikian karena mereka masih dirawat di samping saudara-saudaranya dan di tanah airnya sendiri,” ucap Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Israel Mau Tingkatkan Agresi di Gaza, Hamas: Netanyahu Korbankan Tawanan

    Israel Mau Tingkatkan Agresi di Gaza, Hamas: Netanyahu Korbankan Tawanan

    Gaza

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sedang mempertimbangkan perluasan operasi militer di Gaza, Palestina. Kelompok militan Palestina, Hamas, menyebut Netanyahu mengorbankan sandera Israel yang ditawan.

    “Rencana Netanyahu untuk meningkatkan agresi menegaskan tanpa keraguan keinginannya untuk menyingkirkan para tawanan dan mengorbankan mereka demi kepentingan pribadi dan agenda ideologis ekstremisnya,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Jumat (8/8/2025).

    Pernyataan itu dikeluarkan saat Netanyahu sedang mengumpulkan kabinet keamanannya untuk memberikan suara atas perluasan kampanye militer di Gaza. Media Israel mengatakan hal itu dapat mengakibatkan pendudukan militer penuh atas wilayah Palestina.

    Pada Kamis kemarin, kantor berita Fox News menayangkan wawancara dengan Netanyahu, di mana ia menyebut bahwa Israel bermaksud untuk menguasai seluruh Jalur Gaza tetapi tidak mempertahankannya atau memerintahnya.

    “Menanggapi pernyataan penjahat perang… Benjamin Netanyahu, dalam wawancaranya dengan Fox News… Apa yang ia rencanakan adalah kelanjutan dari kebijakan genosida dan pemindahan paksa, melalui kejahatan lebih lanjut terhadap rakyat Palestina kami di Jalur Gaza,” kata Hamas.

    Perundingan tidak langsung dengan Hamas yang mengupayakan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera gagal pada akhir Juli.

    Selama serangan Hamas tahun 2023 di Israel selatan, militan menyandera 251 orang. Empat puluh sembilan di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 27 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

    (fas/fas)

  • Kamboja Resmi Nominasikan Trump untuk Nobel Perdamaian, Ini Alasannya

    Kamboja Resmi Nominasikan Trump untuk Nobel Perdamaian, Ini Alasannya

    Jakarta

    Pemerintah Kamboja secara resmi menominasikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk meraih Nobel Perdamaian. Kamboja menyebut nominasi ini sebagai pengakuan atas peran Trump dalam gencatan senjata perang antara Kamboja dengan Thailand.

    Dilansir kantor berita Anadolu Agency, Kamis (7/8/2025), Kementerian Informasi menyebut Perdana Menteri Kamboja Hun Manet telah menyerahkan surat nominasi resmi kepada Komite Nobel Norwegia. Hun Manet menyatakan nominasi ini merupakan ucapan terima kasih dari seluruh rakyat Kamboja.

    “Nominasi ini tidak hanya mencerminkan apresiasi saya tetapi juga rasa terima kasih yang tulus dari rakyat Kamboja,” tulis Hun Manet dalam surat tersebut yang dikirim dari Phnom Penh pada 7 Agustus.

    Hun Manet memuji kenegarawanan Trump untuk menyelesaikan konflik. Hun Manet menyebut Trump telah berhasil meredakan ketegangan bukan hanya di Kamboja-Thailand, tapi juga kawasan yang tengah berkonflik.

    “Pencapaian luar biasa dalam meredakan ketegangan di beberapa kawasan paling bergejolak di dunia,” ujar Hun Manet.

    Tonton juga video “Kamboja Akan Nominasikan Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian” di sini:

    Seperti diketahui, hubungan antara Thailand dan Kamboja telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru, ketegangan meningkat ketika kedua negara melancarkan serangan udara hingga tembakan roket lintas batas selama lima hari yang menewaskan dan melukai puluhan orang sebelum berakhir dengan gencatan senjata pada 28 Juli.

    Trump juga telah berbicara dengan perdana menteri Thailand dan Kamboja. Trump meminta mereka untuk mengakhiri pertempuran dan memperingatkan bahwa konflik yang sedang berlangsung dapat membahayakan perjanjian perdagangan mereka dengan AS.

    Trump kembali berbicara dengan mereka untuk memberi selamat kepada kedua negara tetangga tersebut atas perjanjian gencatan senjata mereka. Pada Juni, Pakistan juga mengumumkan bahwa Islamabad akan merekomendasikan Trump untuk meraih Nobel Perdamaian atas perannya dalam mencapai gencatan senjata dengan India, menyusul penembakan rudal lintas batas pada bulan Mei. Kemudian Juli, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan mencalonkannya untuk meraih Nobel Perdamaian.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/haf)

  • 99 Orang Tewas karena Malnutrisi di Gaza, Termasuk 29 Balita

    99 Orang Tewas karena Malnutrisi di Gaza, Termasuk 29 Balita

    Geneva

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut 99 orang tewas akibat malnutrisi di Jalur Gaza, Palestina, sepanjang tahun 2025. WHO menduga angka itu mungkin lebih rendah dari kondisi sebenarnya.

    “Sepanjang tahun ini, 99 orang telah meninggal dunia akibat malnutrisi, termasuk 29 anak balita. Angka yang dilaporkan ini kemungkinan besar masih di bawah angka sebenarnya,” kata Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir AFP, Kamis (7/8/2025).

    Kemarahan dunia internasional atas situasi kemanusiaan di Gaza telah meningkatkan tekanan terhadap Israel. PBB telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah Palestina.

    Tedros menyerukan bantuan ke Gaza ditingkatkan, berkelanjutan, dan tanpa hambatan melalui semua rute yang memungkinkan.

    “Warga Gaza memiliki akses terbatas ke layanan dasar, telah berulang kali menghadapi pengungsian, dan sekarang menderita blokade pasokan makanan,” kata Tedros kepada asosiasi koresponden PBB, ACANU.

    “Malnutrisi tersebar luas dan kematian akibat kelaparan meningkat,” tambahnya.

    Pemerintah Israel berada di bawah tekanan internasional dan domestik yang semakin meningkat untuk mengakhiri perang. Meski demikian, PM Israel Benyamin Netanyahu ogah menghentikan perang dengan dalih mau menghabisi Hamas.

    Tonton juga video “Data WHO: 47 Pasien dari Gaza Berhasil Dievakuasi ke 5 Negara Ini” di sini:

    (fas/haf)

  • Jerman Bimbang untuk Mengakui Negara Palestina

    Jerman Bimbang untuk Mengakui Negara Palestina

    Berlin

    Akhir pekan lalu, muncul video-video dari Hamas dan kaum jihadis yang memperlihatkan sandera-sandera yang tampak kelaparan di Jalur Gaza. Kelompok-kelompok militan Islamis dan para simpatisannya menculik para sandera dalam serangan berdarah ke Israel pada 7 Oktober 2023. Dalang dari serangan tersebut adalah Hamas, yang oleh AS, Uni Eropa, Jerman, dan beberapa negara lain diklasifikasikan sebagai organisasi teroris.

    Kini diberitakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemungkinan ingin menduduki seluruh Jalur Gaza. Perdana Menteri yang kontroversial itu mengklaim bahwa ia akan melakukan segalanya untuk membebaskan sandera-sandera. Sementara itu, kelaparan dan kematian di kalangan warga sipil Palestina di Gaza terus berlanjut.

    Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan keterkejutannya atas gambar-gambar tersebut. “Hamas menyiksa para sandera, meneror Israel, dan menggunakan penduduknya sendiri di Jalur Gaza sebagai tameng manusia,” ujar Merz kepada surat kabar Bild.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menulis di platform X bahwa Hamas telah menunjukkan “ketidakmanusiawian yang tak berbatas.” Ia menegaskan bahwa pembebasan segera seluruh sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza merupakan “prioritas mutlak” bagi pemerintahannya.

    Merz juga menekankan kepada media Bild bahwa Hamas “tidak boleh memainkan peran apa pun di masa depan Gaza.” Macron menyuarakan hal serupa.

    Prancis dan Jerman tidak sepakat soal pengakuan Palestina sebagai negara

    Namun dalam hal pengakuan Palestina sebagai sebuah negara, Prancis dan Jerman saling bertolak belakang.

    Macron baru-baru ini mengumumkan bahwa ia berniat mengakui Palestina sebagai negara dalam Sidang Umum PBB bulan September mendatang. Israel segera mengutuk langkah tersebut setelah diumumkan oleh Prancis. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkritik, bahwa ini sama saja dengan “memberi penghargaan pada terorisme.”

    Sebaliknya, pemerintah Jerman untuk saat ini tidak merencanakan langkah tersebut, dan menganggap pengakuan negara Palestina hanya masuk akal apabila sebagai hasil dari proses negosiasi.

    Apakah Palestina sudah menjadi sebuah negara?

    Ada tiga kriteria utama yang harus dipenuhi agar suatu wilayah dapat disebut sebagai negara, jelas pakar hukum internasional Aaron Dumont dari Institut Hukum Perlindungan Perdamaian dan Hukum Kemanusiaan Universitas Bochum dalam wawancara dengan DW.

    Kriteria tersebut adalah:

    Wilayah negara yang jelasPenduduk negaraPemerintahan yang menjalankan kekuasaan negara.

    “Dua dari tiga kriteria dasar tersebut sudah pasti terpenuhi. Yang sulit adalah soal kekuasaan negara. Bisa dikatakan bahwa hal itu belum dimiliki oleh Palestina. Karena itu, negara tersebut belum benar-benar ada.”

    Di kalangan pakar hukum internasional sendiri, definisi pengakuan negara masih diperdebatkan — dan dengan demikian juga pertanyaan apakah Palestina sudah menjadi sebuah negara.

    Pakar Timur Tengah, Muriel Asseburg dari Lembaga Ilmu dan Politik, mengatakan dalam wawancara dengan DW bahwa pengakuan Palestina oleh negara-negara lain tidak akan langsung berdampak pada kehidupan nyata warga di wilayah tersebut. Beberapa negara saat ini pun sudah memiliki hubungan diplomatik langsung dengan Palestina, yang diwakili oleh Otoritas Palestina.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Otoritas Palestina mengelola Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas sejak 2013 menyatakan akan berhenti menggunakan istilah “Otoritas Palestina” dan mulai menyebutnya sebagai “Negara Palestina”. Namun, pemimpin berusia 89 tahun ini sendiri tidak populer di kalangan rakyatnya. Pemilu terakhir berlangsung hampir dua dekade lalu. Pemerintah Fatah yang dipimpinnya mengakui eksistensi negara Israel.

    Di Jalur Gaza, Hamas memegang kendali dan menciptakan rasa ketakutan serta teror, serta tidak mengakui negara Israel. Bagi sebagian besar negara yang telah mengakui Palestina sebagai negara, Hamas dianggap sebagai mitra negosiasi yang sama sekali tidak bisa diterima.

    Pengakuan negara juga menjadi rumit karena batas-batas antara Israel dan wilayah Palestina belum jelas, begitu pula status Yerusalem Timur. Israel secara de facto menguasai sebagian besar wilayah yang sebenarnya berada di bawah kendali Otoritas Palestina. Mahkamah Internasional dalam opini terakhirnya menyatakan bahwa pendudukan wilayah Palestina — Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza — adalah ilegal.

    Pakar politik Asseburg menjelaskan dalam wawancara dengan DW: “Pengakuan negara Palestina akan memberikan sinyal bahwa: Kita tidak hanya sekadar menuntut solusi dua negara secara abstrak, tetapi kita ingin berkontribusi agar negara Palestina benar-benar ada berdampingan dengan Israel. Untuk itu, harus ada langkah konkret untuk mengakhiri pendudukan Israel.”

    149 dari 193 negara anggota PBB sudah mengakui Palestina

    Saat ini, 149 dari total 193 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat. Pakar hukum internasional Dumont menegaskan: “Tidak bisa dikatakan bahwa kalau sejumlah negara mengakui Palestina, maka otomatis menjadi sebuah negara.”

    Namun, keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York masih dianggap tidak mungkin untuk saat ini. Pakar Timur Tengah Asseburg menjelaskan lebih lanjut:

    “Keanggotaan penuh Palestina di PBB tidak akan terjadi dalam waktu dekat, karena hal itu membutuhkan keputusan dari Dewan Keamanan PBB. Dan untuk itu dibutuhkan persetujuan Amerika Serikat — yang saat ini tampaknya tidak akan diberikan.”

    Sejak 2012, Palestina memiliki status pengamat di Sidang Umum PBB, jelas Asseburg. “Sejak memperoleh status pengamat, Palestina dapat bergabung dengan berbagai organisasi internasional lainnya — termasuk Mahkamah Pidana Internasional.”

    Status pengamat ini dianggap sebagai langkah awal menuju keanggotaan penuh di PBB.

    Komitmen Jerman terhadap Israel

    Tekanan terhadap pemerintah Jerman meningkat agar bersikap lebih kritis terhadap Israel. Setelah laporan mengenai niat Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk menduduki seluruh Gaza, juru bicara partai kiri yang merupakan oposisi – Die Linke, Lea Reisner, menuntut:

    “Harus ada tekanan politik, termasuk terhadap sekutu.” Ia menyebut sikap pemerintah koalisi Jerman sejauh ini sebagai “kebangkrutan total dalam kebijakan luar negeri Jerman.”

    Permintaan agar Palestina diakui sebagai negara terus bermunculan. Namun, Jerman masih jauh dari langkah tersebut. Salah satu alasan utama yang dikemukakan pemerintah Jerman adalah komitmen khusus terhadap Israel karena holokaus, yakni pembunuhan jutaan orang Yahudi selama masa rezim Nazi. Dari situ lahirlah apa yang disebut “raison d’etat” Jerman — komitmen nasional untuk menjamin keamanan Israel.

    Meskipun begitu, Kanselir Jerman Friedrich Merz telah memperkeras nada terhadap Israel. Ia menuntut gencatan senjata permanen di Gaza dan lebih banyak bantuan kemanusiaan dari Israel bagi warga di sana. Namun, di saat yang bersamaan, ia tidak ingin membuat Israel, tersinggung.

    Menurut Merz, pengakuan Palestina hanya bisa dilakukan di akhir dari proses menuju solusi dua negara antara Israel dan Palestina. Saat ini, ia tidak menganggap pengakuan itu sebagai “langkah yang tepat.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Jerman Desak Israel Beri Bantuan ke Gaza” di sini:

    (nvc/nvc)

  • Israel Perintahkan Militer Laksanakan Keputusan Pemerintah Soal Gaza

    Israel Perintahkan Militer Laksanakan Keputusan Pemerintah Soal Gaza

    Tel Aviv

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa militer harus melaksanakan apa pun keputusan pemerintah terkait Jalur Gaza. Penegasan ini disampaikan Katz setelah mencuat laporan perselisihan internal mengenai prospek pendudukan sepenuhnya atas daerah kantong Palestina tersebut.

    Saat perang Gaza mendekati bulan ke-23, seperti dilansir AFP, Kamis (7/8/2025), tanda-tanda keretakan dalam strategi Israel telah muncul dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bersiap mengumumkan rencana baru. Sejauh ini belum ada keputusan yang diumumkan secara resmi oleh Netanyahu.

    Netanyahu, menurut laporan media lokal Israel, diperkirakan akan kembali menggelar rapat kabinet keamanannya pada Kamis (7/8) waktu setempat untuk menyelesaikan keputusan mengenai perluasan serangan di Jalur Gaza.

    Dia mengatakan bahwa Israel harus “menuntaskan” kekalahan kelompok Hamas untuk mengamankan pembebasan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang tanpa henti.

    Media lokal Israel, yang mengutip para pejabat setempat yang berbicara secara anonim, telah memperkirakan peningkatan operasi militer, termasuk di area-area padat penduduk yang menjadi tempat para sandera ditahan, seperti Gaza City dan kamp-kamp pengungsi.

    Pada Rabu (6/8), militer Israel merilis seruan evakuasi terbaru untuk sebagian Gaza City di bagian utara dan di Khan Younis di bagian selatan, dengan seorang juru bicara militer Tel Aviv mengatakan pasukan darat sedang bersiap untuk “memperluas cakupan operasi tempur”.

    Laporan sejumlah media lokal Israel sebelumnya menyebut Netanyahu dan kabinetnya mungkin memerintahkan pendudukan militer sepenuhnya terhadap Jalur Gaza, yang diduga memicu perselisihan dengan panglima militer Israel atau Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir.

    Tonton juga video “Momen Seorang Anak di Gaza Lari Menghindari Tembakan Israel” di sini:

    Dalam rapat membahas opsi kelanjutan perang Gaza pada Selasa (5/8), menurut laporan televisi Kan, Zamir memperingatkan bahwa pendudukan sepenuhnya atas Jalur Gaza akan seperti “masuk ke dalam jebakan”.

    Laporan televisi Israel lainnya, Channel 12, menyebut bahwa Zamir menyarankan alternatif untuk pendudukan penuh, seperti mengepung wilayah-wilayah tertentu yang diyakini menjadi tempat persembunyian Hamas dan melancarkan serangan.

    Merespons pemberitaan yang muncul, Katz dalam pernyataan via media sosial X mengatakan bahwa meskipun “merupakan hak dan kewajiban kepala staf untuk menyatakan posisinya dalam forum-forum yang tepat, namun militer terikat oleh setiap keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

    “Setelah keputusan diambil oleh eselon politik, IDF akan melaksanakannya dengan tekad dan profesionalisme,” tegas Katz.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Israel Mau Caplok Gaza, Komisi I DPR: Perburuk Derita Rakyat Palestina

    Israel Mau Caplok Gaza, Komisi I DPR: Perburuk Derita Rakyat Palestina

    Jakarta

    Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Laksono mengaku khawatir terhadap rencana Israel dalam menguasai seluruh jalur Gaza. Dave meyakini langkah Israel itu hanya akan memperburuk penderitaan rakyat Palestina.

    “Komisi I DPR RI memandang bahwa langkah tersebut tidak hanya bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional, khususnya Konvensi Jenewa dan resolusi-resolusi PBB, tetapi juga mengancam stabilitas kawasan dan memperburuk penderitaan rakyat Palestina,” kata Dave saat dihubungi, Kamis (7/8/2025).

    Dave mengatakan pemerintah Indonesia harus bersuara lantang dalam menolak rencana Israel tersebut. Menurutnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) bisa kembali aktif menggunakan jalur diplomasi untuk mengajak komunitas internasional menentang dan menggagalkan niat Israel menguasai Gaza.

    “Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, perlu memperkuat diplomasi aktif di berbagai forum internasional, termasuk PBB dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), untuk mendorong gencatan senjata permanen dan penyelesaian damai yang adil,” ujar Dave.

    Selain upaya diplomasi, Dave mengatakan pemerintah Indonesia juga harus tetap memperhatikan kondisi warga Gaza yang saat ini dilanda kelaparan. Pengiriman bantuan dan obat-obatan harus tetap dilakukan.

    AS Tak Cegah Israel Caplok Gaza

    Israel telah menggunakan perintah pemindahan paksa untuk memaksa warga Palestina masuk ke kantong-kantong yang semakin mengecil di Gaza, mengubah 86 persen wilayah tersebut menjadi zona militerisasi.

    Ketika ditanya tentang laporan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memutuskan untuk menduduki seluruh wilayah Palestina tersebut, Trump mengatakan ia hanya fokus untuk “memberi makan orang-orang” di Gaza.

    “Selebihnya, saya benar-benar tidak bisa mengatakannya. Itu akan sangat tergantung pada Israel,” kata Trump kepada para wartawan pada Selasa (5/8) waktu setempat, dilansir Al-Jazeera, Rabu (6/8).

    (ygs/jbr)