Tag: Benjamin Netanyahu

  • Israel Akan Caplok Kota Gaza, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?

    Israel Akan Caplok Kota Gaza, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?

    Jakarta

    Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk mengambil alih Kota Gaza. Keputusan ini dinilai sebagai eskalasi dalam perang di Gaza.

    Sebelum perang, Kota Gaza adalah kota terpadat di Jalur Gaza, tempat tinggal bagi ratusan ribu warga Palestina.

    Rencana ini menuai kecaman dari para pemimpin dunia. PBB juga memperingatkan bahwa hal tersebut akan menyebabkan “lebih banyak lagi pengungsian paksa” dan “lebih banyak pembunuhan”.

    Hamas pun mengancam akan melakukan “perlawanan sengit” terhadap langkah tersebut.

    Tidak hanya itu, rencana ini juga mendapat penolakan kuat di dalam negeri Israel, termasuk dari para pejabat militer dan keluarga sandera.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Fox News bahwa Israel berencana untuk menduduki seluruh Jalur Gaza dan pada akhirnya akan “menyerahkannya kepada pasukan Arab”.

    Meskipun banyak hal yang masih belum jelas, inilah informasi yang diketahui mengenai rencana baru tersebut.

    Apa rencana Netanyahu di Kota Gaza?

    “Demi memastikan keamanan kami, kami bermaksud untuk menyingkirkan Hamas dari sana, membebaskan penduduk Gaza, dan menyerahkannya kepada pemerintahan sipilyang bukan Hamas dan bukan pula siapa pun yang menganjurkan penghancuran Israel,” ujarnya.

    “Kami ingin membebaskan diri kami sendiri dan membebaskan rakyat Gaza dari teror mengerikan Hamas,” lanjutnya.

    Namun, Netanyahu juga mengatakan Israel “tidak ingin mempertahankannya”.

    “Kami ingin memiliki perimeter keamanan. Kami tidak ingin mengaturnya. Kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan,” tambahnya.

    Getty ImagesPM Israel Benjamin Netanyahu menyatakan niatnya untuk menguasai seluruh Gaza, namun rencana yang disetujui saat ini secara spesifik berfokus pada Kota Gaza.

    Pada Jumat (08/08) pagi, setelah pertemuan kabinet keamanan Israel selama beberapa jam di Yerusalem, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang menyetujui rencana untuk mengambil alih Kota Gaza.

    Rencana tersebut diadopsi melalui pemungutan suara mayoritas dan mencakup “lima prinsip untuk mengakhiri perang”:

    Pelucutan senjata Hamas.Pemulangan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.Demiliterisasi Jalur Gaza.Kontrol keamanan Israel atas Jalur Gaza.Keberadaan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas atau Otoritas Palestina.

    Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan bersiap untuk mengambil kendali atas Kota Gaza sambil tetap memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di luar zona tempur.

    Di akhir pernyataan, disebutkan bahwa “mayoritas mutlak menteri kabinet meyakini bahwa rencana alternatif yang diajukan ke kabinet tidak akan mencapai kekalahan Hamas atau pemulangan para sandera.”

    Kapan Israel akan mengambil alih Kota Gaza?

    Meskipun kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana untuk mengambil alih Kota Gaza, belum ada jadwal pasti kapan operasi tersebut akan dimulai.

    Laporan dari media Israel mengindikasikan bahwa militer tidak akan segera bergerak ke Kota Gaza dan penduduk akan diminta untuk mengungsi terlebih dahulu.

    Rencana ini disetujui meskipun ada “rencana alternatif” yang diajukan ke kabinet, yang menurut Israel tidak akan “mencapai kekalahan Hamas atau kembalinya para sandera.”

    Tidak jelas secara spesifik apa isi dari rencana alternatif ini atau siapa yang mengusulkannya, tetapi media Israel melaporkan bahwa itu adalah proposal yang lebih terbatas dari kepala staf militer.

    Mengenai pemerintahan pasca-pengambilalihan, Perdana Menteri Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak berniat untuk memerintah Gaza secara permanen.

    Ia ingin menyerahkan kendali kepada “pasukan Arab” yang tidak disebutkan secara spesifik.

    Menurut koresponden internasional BBC, Lyse Doucet, Netanyahu sengaja “tidak jelas” mengenai hal ini, seperti yang sering dilakukannya dengan rencana-rencana sebelumnya untuk wilayah tersebut.

    Kemungkinan, ia merujuk pada Yordania dan Mesir, yang telah menyatakan kesediaan untuk bekerja sama dengan Israel.

    Namun, kedua negara tersebut telah memperjelas bahwa mereka tidak akan masuk ke Gaza jika itu merupakan kelanjutan dari pendudukan Israel.

    Sejauh ini, tidak ada rincian lebih lanjut yang dibagikan mengenai batas waktu untuk pemerintahan Gaza pasca-pengambilalihan.

    Apa reaksi warga Palestina terhadap rencana Netanyahu?

    “Seolah-olah tidak ada lagi yang bisa ditempati sejak awal,” ujar Mahmoud al-Qurashli, warga Palestina, kepada kantor berita Reuters dari Kota Gaza.

    Menanggapi rencana Netanyahu untuk menguasai penuh wilayah tersebut, ia berkata: “Hampir seluruh Gaza telah terhimpit di bagian barat Kota Gaza, dan hanya itu yang tersisa.”

    “Saat ini, bagi rakyat, tidak ada lagi perbedaan apakah ia akan mendudukinya atau tidak.”

    Raed Abu Mohammed mengatakan bahwa mereka telah tinggal di tenda-tenda selama lima bulan, dan mereka sudah mulai beradaptasi.

    ReutersRaed Abu Mohammed bilang mereka hidup di Gaza di bawah pendudukan di udara, darat dan laut

    “Ya, ada penderitaan, ya, ada kematianya. Tapi kami masih berjuang untuk hidup, berjuang untuk hidup. Israel tidak membunuh Hamas. Israel membunuh warga sipil, anak-anak, perempuan.”

    “Tidak ada cara untuk bertahan hidup, tidak ada tanda-tanda kehidupan,” kata Ismail al-Shawish.

    Ia mengatakan kebutuhan dasar tidak ada, dan keadaan di Gaza “semakin buruk”.

    Dia menginginkan gencatan senjata, bukan pendudukan, demi “perdamaian dan keamanan”.

    Seorang jurnalis Palestina di Kota Gaza, Ghada Al Kurd, mengungkapkan ketakutannya terhadap rencana Israel untuk menduduki seluruh wilayah Gaza.

    Berbicara kepada program Radio 4 PM, Al Kurd mengatakan rencana tersebut membuat warga “tidak punya pilihan” dan “tidak ada tempat untuk pergi”.

    Menurut Al Kurd, rencana itu “tidak bisa dipercaya” karena akan memaksa mereka untuk mengungsi lagi ke tempat-tempat yang tidak diketahui.

    Ia juga menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah Gaza telah “hancur total”, dan masyarakat kini “menderita kelaparan” serta terlalu lemah untuk berjalan.

    Saat ditanya apa yang akan ia lakukan jika diperintahkan untuk mengungsi, Al Kurd mengatakan “kami tidak punya pilihan” dan jika Israel menduduki Gaza, itu akan terjadi melalui operasi militer dan pengeboman.

    “Saya rasa kami harus pergi hanya untuk menyelamatkan hidup kami, tapi ke mana, bagaimana caranya?” tanyanya.

    Mengenai kehadiran Hamas di Kota Gaza, Al Kurd mengatakan ia tidak dapat menyangkal bahwa kelompok tersebut masih memiliki “pengaruh di lapangan”.

    Bagaimana respons di Israel terkait rencana mengambil alih Gaza?

    Keputusan kabinet keamanan Israel untuk mengambil alih Kota Gaza memicu reaksi publik yang sangat besar di Tel Aviv.

    Seorang jurnalis Israel melaporkan kepada BBC bahwa ada “ketidakpuasan besar” di negara itu, yang mendorong masyarakat untuk turun ke jalan di puluhan lokasi pada malam hari untuk memprotes pemerintah.

    Berbagai pihak menyuarakan kecaman, termasuk pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, yang menyebut keputusan itu sebagai “bencana”.

    Ia khawatir langkah ini akan menyebabkan lebih banyak kematian sandera dan tentara, serta “kehancuran politik”.

    ReutersMassa berkumpul untuk memprotes pemerintah di Tel Aviv

    Lapid juga mengatakan bahwa rencana tersebut “sangat bertentangan dengan pendapat para petinggi militer dan keamanan,” merujuk pada peringatan sebelumnya dari Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal Eyal Zamir, yang juga menentang langkah tersebut.

    Lapid menuduh Perdana Menteri Netanyahu menyerah pada tekanan dari menteri kabinet keamanan sayap kanan ekstrem, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich.

    Koalisi Netanyahu bergantung pada dukungan para menteri ultranasionalis ini, yang sebelumnya mengancam akan keluar dari pemerintahan jika ada kesepakatan dengan Hamas.

    Selain itu, keluarga para sandera juga menggelar demonstrasi di luar markas militer dan kantor perdana menteri, menuntut agar rencana tersebut dibatalkan karena mereka menganggapnya sebagai “hukuman mati” bagi orang-orang yang mereka cintai.

    Laporan media Israel juga mengindikasikan adanya ketidaksepakatan antara Netanyahu dan petinggi militer.

    Kepala Staf pasukan pertahanan Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir, dikabarkan telah memperingatkan bahwa menduduki Gaza akan menjebak Israel dalam “lubang hitam” pemberontakan yang berkepanjangan dan meningkatkan risiko bagi para sandera.

    Secara keseluruhan, keputusan tersebut menghadapi penolakan kuat dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari publik, politisi oposisi, keluarga sandera, hingga sebagian petinggi militer.

    PM UK sebut eskalasi serangan Israel di Gaza adalah ‘salah’

    Perdana Menteri Kerajaan Bersatu (UK), Sir Keir Starmer, mengutuk keputusan kabinet keamanan Israel untuk “lebih meningkatkan serangan” di Gaza, menyebutnya “salah” dan mendesak pemerintah Israel agar segera mempertimbangkannya kembali.

    Menurut Starmer, tindakan ini “tidak akan mengakhiri konflik atau membantu pembebasan sandera. Ini hanya akan membawa lebih banyak pertumpahan darah.”

    Dia juga menyoroti kondisi krisis kemanusiaan di Gaza yang terus memburuk dan situasi para sandera yang ditahan oleh Hamas dalam “kondisi mengerikan dan tidak manusiawi.”

    PA MediaPerdana Menteri Kerajaan Bersatu (UK), Sir Keir Starmer, mengutuk keputusan kabinet keamanan Israel untuk “lebih meningkatkan serangan” di Gaza

    Starmer mengusulkan solusi yang terdiri dari gencatan senjata, peningkatan bantuan kemanusiaan, pembebasan semua sandera oleh Hamas, dan solusi melalui negosiasi.

    Ia juga menegaskan bahwa Hamas “tidak dapat berperan dalam masa depan Gaza dan harus pergi serta melucuti senjata.”

    Lebih lanjut, Starmer menyatakan bahwa Inggris dan sekutunya sedang menyusun rencana jangka panjang untuk perdamaian di kawasan itu melalui solusi dua negara, demi masa depan yang lebih baik bagi rakyat Palestina dan Israel.

    Namun, ia memperingatkan bahwa tanpa negosiasi yang tulus dari kedua belah pihak, harapan tersebut “akan sirna.”

    “Pesan kami tegas: solusi diplomatik mungkin tercapai, tetapi kedua pihak harus menjauhi jalur kehancuran.”

    Mana saja wilayah Gaza yang dikendalikan militer Israel?

    Berdasarkan laporan, rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang baru disetujui bertujuan agar pasukan Israel bergerak untuk mengambil alih Kota Gaza, yang berada di utara wilayah tersebut, untuk pertama kalinya selama konflik ini.

    Kota Gaza adalah rumah bagi satu juta penduduk dan dikelilingi oleh daratan yang telah berada di bawah kendali IDF atau menjadi sasaran perintah evakuasi.

    BBC

    Israel mengklaim telah mengendalikan 75% wilayah Gaza, sementara PBB memperkirakan sekitar 86% wilayah tersebut berada di zona militer atau di bawah perintah evakuasi.

    Meskipun Israel mengklaim menguasai sebagian besar wilayah Gaza, ada beberapa area di bagian selatan, terutama di sepanjang pantai Mediterania, yang tidak diduduki oleh pasukan Israel.

    Menurut PBB, area-area ini mencakup kamp-kamp pengungsi, tempat sebagian besar penduduk Gaza tinggal setelah rumah mereka hancur akibat serangan militer Israel.

    Berita ini akan terus diperbarui secara berkala

    (ita/ita)

  • Israel Mau Caplok Wilayah Gaza, Pakar Beri Saran Ini untuk Diplomasi RI

    Israel Mau Caplok Wilayah Gaza, Pakar Beri Saran Ini untuk Diplomasi RI

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berencana menguasai wilayah Gaza. Pakar hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah menilai Indonesia bisa melakukan koordinasi dengan perkumpulan negara yang mendukung Palestina.

    “Bagi Indonesia, yang dapat dilakukan adalah berkinerja bersama OKI, GNB, dan Liga Arab, dan sesama negara yang mendukung kemerdekaan Palestina, guna merancang sebuah resolusi yang sangat kuat di Majelis Umum PBB,” kata Rezasyah kepada wartawan, Sabtu (9/8/2025).

    “Intinya, menghindarkan dunia dari kehancuran akibat tingginya potensi Israel menggunakan senjata nuklir. Berkinerja dengan E.10, yakni 10 negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, guna juga merancang sebuah resolusi di Dewan Keamanan PBB,” tambahnya.

    Selanjutnya, Rezasyah juga menilai PBB seharusnya dilakukan reformasi agar tidak mudah diperalat Amerika Serikat (AS) dan Israel. Keanggotaannya, katanya, harus diisi negara-negara yang bisa mewakili masing-masing kriteria umat di dunia.

    “Karena itu, Dewan Keamanan hendaknya diperluas keanggotaannya, dengan memasukkan negara-negara kunci,” katanya.

    Sebelumnya, kabinet keamanan Israel menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar militer “mengambil alih kendali” Kota Gaza. Demikian disampaikan kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat (8/8).

    Berdasarkan rencana untuk ‘mengalahkan’ Hamas di Jalur Gaza, pasukan Israel “akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran”, demikian pernyataan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8).

    Kabinet keamanan–dengan suara mayoritas–mengadopsi lima prinsip untuk mengakhiri perang: pelucutan senjata Hamas; pengembalian semua sandera, baik yang hidup maupun yang mati; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina.

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pemulangan para sandera,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    (azh/rfs)

  • Rencana Israel Caplok Gaza Tuai Kecaman

    Rencana Israel Caplok Gaza Tuai Kecaman

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengambil langkah baru di tengah agresi militer di Gaza. Netanyahu berencana mengambil alih kendali seluruh wilayah Gaza yang kemudian disetujui kabinet keamanan Israel. Namun, rencana Israel langsung menuai kecaman dunia.

    Usulan Netanyahu itu dalam rangka menghabisi Hamas di Jalur Gaza. Pasukan Israel disebut akan bersiap dengan rencana tersebut.

    “(Pasukan Israel) akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran,” demikian pernyataan kantor Netanyahu, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8/2025).

    Kabinet keamanan–dengan suara mayoritas–mengadopsi lima prinsip untuk mengakhiri perang: pelucutan senjata Hamas; pengembalian semua sandera, baik yang hidup maupun yang mati; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina.

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pemulangan para sandera,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Bakal Serahkan Gaza ke Pasukan Arab

    Namun Netanyahu justru menolak untuk memerintah Jalur Gaza setelah menyatakan niat secara terang-terangan untuk sepenuhnya mengambil alih daerah kantong Palestina yang dikuasai Hamas tersebut. Netanyahu mengatakan pihaknya akan menyerahkan Jalur Gaza kepada “Pasukan Arab”.

    Hal tersebut disampaikan Netanyahu dalam wawancara dengan media terkemuka Amerika, Fox News, seperti dilansir Reuters, Jumat (8/8).

    Dalam wawancara yang dilakukan sebelum sang PM Israel menggelar rapat kecil dengan kabinet keamanannya pada Kamis (7/8) waktu setempat, Netanyahu ditanya oleh jurnalis Fox News, Bill Hemmer, soal apakah Israel akan mengambil alih seluruh wilayah Jalur Gaza.

    “Kami bermaksud demikian (mengambil alih Gaza), untuk memastikan keamanan kami, menyingkirkan Hamas, memungkinkan penduduk Gaza terbebas, dan menyerahkannya kepada pemerintahan sipil yang bukan Hamas, dan bukan siapa pun yang menganjurkan penghancuran Israel,” jawab Netanyahu.

    Ketika ditanya lebih lanjut tentang apakah Israel berarti juga akan mengambil alih kendali atas seluruh penduduk Gaza, Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan memerintah wilayah tersebut.

    “Kami tidak ingin mempertahankannya. Kami ingin memiliki perimeter keamanan. Kami tidak ingin memerintahnya. Kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan,” tegas sang PM Israel dalam wawancara tersebut.

    “Kami ingin menyerahkannya kepada Pasukan Arab yang akan memerintah dengan benar, tanpa mengancam kami, dan memberikan kehidupan yang baik bagi warga Gaza. Hal itu tidak mungkin dilakukan dengan Hamas,” kata Netanyahu.

    Tidak diketahui secara jelas soal “Pasukan Arab” yang dimaksud oleh Netanyahu. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal hal tersebut.

    Hamas Kutuk Kejahatan Perang

    Hamas mengutuk rencana Netanyahu mengenai pengambilalihan penuh atas Gaza. Hamas menyatakan rencana itu sebagai kejahatan perang baru.

    “Persetujuan kabinet Zionis atas rencana pendudukan Kota Gaza dan evakuasi penduduknya merupakan kejahatan perang baru yang ingin dilakukan tentara pendudukan terhadap kota tersebut,” ujar Hamas dalam sebuah pernyataan dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8).

    Hamas memperingatkan operasi tersebut akan memakan biaya mahal. Hamas menyebut Israel tidak akan mudah menguasai Gaza.

    “Kami memperingatkan pendudukan kriminal bahwa petualangan kriminal ini akan memakan biaya besar dan tidak akan mudah,” imbuhnya.

    Hamas juga mewanti-wanti bila Israel merebut Gaza, maka mereka telah mengorbankan para sandera. Seperti diketahui, saat ini para sandera masih ditahan di wilayah Palestina.

    “Keputusan untuk menduduki Gaza menegaskan bahwa penjahat (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu dan pemerintahan Nazi-nya tidak peduli dengan nasib tawanan mereka,” kata Hamas.

    “Mereka memahami bahwa memperluas agresi berarti mengorbankan mereka,” tambahnya.

    RI Tolak Keras

    Pemerintah Republik Indonesia (RI) turut merespons rencana Israel. RI menolak keras rencana tersebut.

    “Terkait rencana Israel untuk menguasai Gaza, Indonesia menolak keras rencana tersebut,” kata Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arrmanatha Nasir kepada wartawan, Jumat (8/8).

    Arrmanatha menilai rencana Israel akan memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza. Menurutnya, langkah itu tidak berlawanan dengan upaya penyelesaian perang di Gaza.

    “Langkah ini akan semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza dan tidak sejalan dengan semangat komunitas internasional untuk menyelesaikan perang Gaza dan memulai kembali upaya penyelesaian konflik Palestina dan Israel melalui solusi dua negara,” ujarnya.

    Inggris Anggap Keliru

    PM Inggris Keir Starmer mengomentari rencana Israel untuk menguasai Kota Gaza. Dia menyebut hal itu “keliru” dan meminta Israel untuk segera mempertimbangkan kembali keputusan tersebut.

    “Tindakan ini tidak akan mengakhiri konflik ini atau membantu mengamankan pembebasan para sandera,” katanya, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8). Pemimpin Inggris tersebut memperingatkan bahwa hal itu “hanya akan membawa lebih banyak pertumpahan darah”.

    Dalam pernyataannya pada hari Jumat (8/8), Starmer mengatakan bahwa “keputusan Israel untuk meningkatkan serangannya di Gaza adalah salah, dan kami mendesaknya untuk segera mempertimbangkan kembali”.

    “Setiap hari krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk dan para sandera yang ditawan Hamas, ditahan dalam kondisi yang mengerikan dan tidak manusiawi,” ujarnya.

    “Yang kita butuhkan adalah gencatan senjata, peningkatan bantuan kemanusiaan, pembebasan semua sandera oleh Hamas, dan solusi yang dinegosiasikan,” imbuh Starmer.

    China Beri Peringatan

    Pemerintah China menyatakan “kekhawatiran serius” atas rencana Israel untuk menguasai Kota Gaza. China pun mendesak Israel untuk “segera menghentikan tindakan berbahayanya”.

    “Gaza adalah milik rakyat Palestina dan merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah Palestina,” ujar seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China.

    “Cara yang tepat untuk meredakan krisis kemanusiaan di Gaza dan mengamankan pembebasan sandera adalah gencatan senjata segera,” imbuhnya, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8).

    “Resolusi penuh untuk konflik Gaza bergantung pada gencatan senjata; hanya dengan demikian jalan menuju de-eskalasi dapat dibuka dan keamanan regional terjamin,” kata juru bicara tersebut.

    Disebutkan bahwa Beijing “bersedia bekerja sama dengan komunitas internasional untuk membantu mengakhiri pertempuran di Gaza sesegera mungkin”.

    Turki Serukan Dunia Cegah

    Pemerintah Turki mendesak masyarakat internasional untuk mencegah rencana Israel mengambil alih Kota Gaza, yang merupakan kota terbesar di Jalur Gaza.

    Kementerian Luar Negeri Turki, seperti dilansir AFP, Jumat (8/8), menyebut rencana Israel itu merupakan “pukulan berat” bagi perdamaian dan keamanan di kawasan.

    “Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memenuhi tanggung jawab guna mencegah pelaksanaan keputusan ini, yang bertujuan untuk mengusir paksa warga Palestina dari tanah mereka sendiri,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 6

    (fca/fca)

  • Arab Saudi Kutuk Keras Rencana Israel Caplok Gaza!

    Arab Saudi Kutuk Keras Rencana Israel Caplok Gaza!

    Jakarta

    Pemerintah Arab Saudi menolak rencana Israel mengambil alih Gaza, Palestina. Arab Saudi mengutuk sekeras-kerasnya rencana itu.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/8/2025), Arab Saudi menolak rencana Israel untuk mengambil alih kota Gaza. Arab Saudi mengecam Israel karena kelaparan dan pembersihan etnis terhadap warga Palestina di wilayah yang diblokade tersebut.

    “Mengutuk dengan sekeras-kerasnya dan sekeras-kerasnya keputusan otoritas pendudukan Israel untuk menduduki Jalur Gaza,” pernyataan Kementerian Luar Negeri Arab di akun X.

    Ditambahkannya, AS dengan tegas mengutuk keras kegigihan negara itu dalam melakukan kejahatan kelaparan, praktik brutal, dan pembersihan etnis terhadap saudara-saudara Palestina.

    Sebelumnya, kabinet keamanan Israel menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar militer “mengambil alih kendali” Kota Gaza. Demikian disampaikan kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat (8/8).

    Berdasarkan rencana untuk ‘mengalahkan’ Hamas di Jalur Gaza, pasukan Israel “akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran”, demikian pernyataan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8).

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pemulangan para sandera,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    (whn/whn)

  • Komisi I DPR kecam keras rencana Israel kuasai Gaza

    Komisi I DPR kecam keras rencana Israel kuasai Gaza

    Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sukamta. ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi/aa.

    Komisi I DPR kecam keras rencana Israel kuasai Gaza
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 08 Agustus 2025 – 21:28 WIB

    Elshinta.com – Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI Sukamta menyatakan kecaman keras atas rencana Israel menguasai Kota Gaza dengan mengevakuasi semua penduduk ke kamp-kamp pusat untuk kemudian melakukan penguasaan total Kota Gaza.

    Dia menyebut rencana penguasaan Gaza akan sangat membahayakan keselamatan warga sipil yang saat ini kondisinya sudah sangat berat. Hal itu menunjukkan betapa kejinya Israel.

    “Mereka berdalih ingin melumpuhkan Hamas dan gerakan perlawanan lainnya padahal maksud sesungguhnya adalah menguasai wilayah Gaza dan mengusir serta membunuh warga sipil sampai tidak ada lagi yang tersisa. Jika rencana ini jadi dilaksanakan, akan sangat berisiko dengan semakin banyak korban sipil,” kata Sukamta di Jakarta, Jumat (8/8).

    Dia menyebut rencana Israel kuasai Kota Gaza juga menunjukkan Pemerintahan Netanyahu tidak punya itikad baik untuk gencatan senjata.

    Selama ini, menurut dia, Israel dan Amerika Serikat menuduh Hamas sebagai sebab belum tercapainya perundingan gencatan senjata, padahal sangat jelas yang jadi penyebabnya adalah Israel.

    “Israel hingga detik ini masih bernafsu untuk kuasai Gaza dan melakukan genosida,” katanya.

    Menurut dia, rencana Israel ini tentu akan sangat menghambat upaya gencatan senjata. Oleh sebab itu, dia berharap dunia Internasional tidak tinggal diam atas rencana tersebut.

    Deklarasi New York belum lama ini, kata dia, sudah menunjukkan dukungan internasional yang semakin kuat untuk segera menghentikan kekejian Israel.

    “Saya berharap negara-negara yang tergabung dalam deklarasi tersebut utamanya Inggris, Prancis dan Kanada bisa turut mendesak dihentikannya rencana Israel tersebut. Karena jelas akan bahayakan rencana two state solution,” katanya.

    Sumber : Antara

  • Potret Demo Warga Israel Tolak Rencana Netanyahu Ambil Alih Total Gaza

    Potret Demo Warga Israel Tolak Rencana Netanyahu Ambil Alih Total Gaza

    Demonstran dan keluarga sandera yang diculik dalam serangan mematikan Hamas di Israel, berunjuk rasa menuntut pembebasan segera para sandera dan diakhirinya perang, di tengah kebakaran yang terjadi di Tel Aviv, Israel, Kamis (7/8/2025). (REUTERS/Ammar Awad)

  • Hamas Kutuk Netanyahu Mau Caplok Gaza: Kejahatan Perang!

    Hamas Kutuk Netanyahu Mau Caplok Gaza: Kejahatan Perang!

    Jakarta

    Hamas mengutuk Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang ingin menguasai Jalur Gaza, Palestina. Hamas mengatakan rencana Netanyahu itu merupakan kejahatan perang baru.

    “Persetujuan kabinet Zionis atas rencana pendudukan Kota Gaza dan evakuasi penduduknya merupakan kejahatan perang baru yang ingin dilakukan tentara pendudukan terhadap kota tersebut,” ujar Hamas dalam sebuah pernyataan dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8/2025).

    Hamas memperingatkan operasi tersebut akan memakan biaya mahal. Hamas menyebut Israel tidak akan mudah menguasai Gaza.

    “Kami memperingatkan pendudukan kriminal bahwa petualangan kriminal ini akan memakan biaya besar dan tidak akan mudah,” imbuhnya.

    Hamas juga mewanti-wanti bila Israel merebut Gaza, maka mereka telah mengorbankan para sandera. Seperti diketahui, saat ini para sandera masih ditahan di wilayah Palestina.

    “Keputusan untuk menduduki Gaza menegaskan bahwa penjahat (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu dan pemerintahan Nazi-nya tidak peduli dengan nasib tawanan mereka,” kata Hamas.

    “Mereka memahami bahwa memperluas agresi berarti mengorbankan mereka,” tambahnya.

    Sebelumnya, kabinet keamanan Israel menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar militer “mengambil alih kendali” Kota Gaza. Demikian disampaikan kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat (8/8).

    Berdasarkan rencana untuk ‘mengalahkan’ Hamas di Jalur Gaza, pasukan Israel “akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran”, demikian pernyataan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8).

    Kabinet keamanan–dengan suara mayoritas–mengadopsi lima prinsip untuk mengakhiri perang: pelucutan senjata Hamas; pengembalian semua sandera, baik yang hidup maupun yang mati; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina.

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pemulangan para sandera,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/rfs)

  • Breaking: Israel Resmi Setujui Rencana Netanyahu Ambil Alih Total Gaza

    Breaking: Israel Resmi Setujui Rencana Netanyahu Ambil Alih Total Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu agar militer Israel (IDF) mengambil alih kendali Kota Gaza. Pernyataan baru dirilis oleh kantor kepresidenan Israel, Jumat (8/8/2025).

    Ini menjadi rencana baru Netanyahu, yang diklaimnya untuk “mengalahkan” Hamas. Dikatakan bahwa tentara Israel akan “bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran”.

    “Mayoritas kabinet keamanan telah mengadopsi lima prinsip untuk mengakhiri perang: pelucutan senjata Hamas; pengembalian semua sandera-hidup dan mati; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina,” tulis AFP menyadur pengumuman kantor Netanyahu.

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pengembalian para sandera,” tambahnya.

    “Media Israel melaporkan bahwa perluasan serangan Israel di Gaza dapat mengakibatkan pasukan darat beroperasi di daerah padat penduduk tempat para sandera diyakini ditawan.”

    Hal ini menjadi update baru dari rapat kabinet yang dilakukan Netanyahu Kamis. Kemarin dalam sebuah wawancara dengan televisi Amerika Serikat (AS), Fox News, Netanyahu juga sesumbar dengan keinginannya itu seraya berusaha menyakinkan bahwa Israel tak berniat memerintah Gaza.

    Ia menambahkan bahwa Israel tidak ingin “mempertahankan” Jalur Gaza, yang diduduki Israel pada tahun 1967 tetapi telah menarik pasukan dan pemukimnya pada tahun 2005. Netanyahu mengatakan Israel menginginkan “perimeter keamanan” dan mengklaim akan menyerahkan wilayah Palestina kepada “pasukan Arab yang akan memerintah dengan benar tanpa mengancam kami dan memberikan kehidupan yang baik bagi warga Gaza.”

    “Itu tidak mungkin dilakukan dengan Hamas,” tambahnya.

    Sementara itu, rencana perluasan perang yang dilaporkan telah memicu kekhawatiran yang semakin besar di Israel tentang dampaknya bagi para sandera yang tersisa. Saat rapat kabinet dimulai, ratusan orang berunjuk rasa di dekat kantor perdana menteri di Yerusalem, menuntut kesepakatan untuk membebaskan para sandera.

    “Satu-satunya cara untuk memulangkan para sandera adalah dengan menghentikan perang dan mengakhiri penderitaan,” kata pengunjuk rasa Sharon Kangasa-Cohen.

    “Para sandera dan semua yang hidup dalam konflik mengerikan ini,” tambahnya.

    Hampir dua tahun perang di Gaza, Netanyahu menghadapi tekanan yang semakin besar baik di dalam maupun luar negeri, untuk mencapai gencatan senjata guna menyelamatkan lebih dari dua juta penduduk wilayah Palestina dari ambang kelaparan dan menyelamatkan sandera yang ditawan oleh militan Palestina.

    Di sisi lain, kekhawatiran meningkat mengenai apa yang akan terjadi di Gaza jika Israel memperluas operasinya. Warga khawatir akan lebih banyak korban jiwa melayang.

    “Operasi darat berarti lebih banyak kerusakan dan kematian,” kata Ahmad Salem, 45 tahun.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Demi Kalahkan Hamas, Pasukan Israel Akan Ambil Alih Kota Gaza!

    Demi Kalahkan Hamas, Pasukan Israel Akan Ambil Alih Kota Gaza!

    Jakarta

    Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar militer “mengambil alih kendali” Kota Gaza. Demikian disampaikan kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat (8/8).

    Berdasarkan rencana untuk “mengalahkan” Hamas di Jalur Gaza, pasukan Israel “akan bersiap untuk mengambil alih kendali Kota Gaza sambil mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran”, demikian pernyataan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/8/2025).

    Kabinet keamanan — dengan suara mayoritas — mengadopsi lima prinsip untuk mengakhiri perang: perlucutan senjata Hamas; pengembalian semua sandera, baik yang hidup maupun yang mati; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina.

    “Mayoritas menteri kabinet keamanan meyakini bahwa rencana alternatif yang telah diajukan kepada kabinet keamanan tidak akan mencapai kekalahan Hamas maupun pemulangan para sandera,” tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Sebelumnya, saat menggelar rapat kabinet keamanannya pada hari Kamis (7/8) waktu setempat, Netanyahu mengatakan Israel berencana untuk mengambil kendali penuh atas Gaza, tetapi tidak berniat untuk memerintahnya.

    “Kami bermaksud demikian,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Bill Hemmer dari Fox News Channel, ketika ditanya apakah Israel akan mengambil alih seluruh wilayah pesisir tersebut, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (8/8/2025).

    “Kami tidak ingin mempertahankannya, kami ingin memiliki perimeter keamanan, kami tidak ingin memerintahnya, kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan,” imbuh Netanyahu.

    Dia mengatakan Israel ingin menyerahkan wilayah tersebut kepada pasukan Arab yang akan memerintahnya. Namun, ia tidak merinci pengaturan tata kelola atau negara-negara Arab mana yang terlibat.

    Salah satu sumber mengatakan Israel memiliki salah satu skenario yang dipertimbangkan, yakni pengambilalihan bertahap wilayah-wilayah di Gaza yang belum berada di bawah kendali militer. Peringatan evakuasi dapat dikeluarkan kepada warga Palestina di wilayah-wilayah tertentu di Gaza, yang berpotensi memberi mereka waktu beberapa minggu sebelum militer bergerak masuk, kata sumber tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • PM Israel Netanyahu Ingin Gaza ‘Dikelola’ Pasukan Arab

    PM Israel Netanyahu Ingin Gaza ‘Dikelola’ Pasukan Arab

    JAKARTA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan  Israel bermaksud untuk mengambil alih kendali militer atas seluruh Gaza.

    Keputusan ini diambil Netanyahu di tengah kritik yang semakin intensif di dalam dan luar negeri atas perang yang telah berlangsung hampir dua tahun di wilayah kantong Palestina tersebut.

    “Kami bermaksud demikian,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan Fox News ketika ditanya apakah Israel akan mengambil alih seluruh wilayah pesisir tersebut.

    “Kami tidak ingin mempertahankannya. Kami ingin memiliki perimeter keamanan. Kami tidak ingin mengaturnya. Kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pemerintahan,” sambung Netanyahu dilansir Reuters, Kamis, 7 Agustus.

    Ia mengatakan Israel ingin menyerahkan wilayah tersebut kepada pasukan Angkata Darat Arab yang akan memerintahnya.

    Netanyahu menyampaikan pernyataannya kepada Fox News sebelum hasil pertemuan yang dijadwalkan pada Kamis dengan sekelompok kecil menteri senior untuk membahas rencana militer untuk menguasai lebih banyak wilayah di Gaza.

    Sidang kabinet keamanan ini menyusul pertemuan minggu ini dengan kepala militer, yang digambarkan oleh para pejabat Israel sebagai pertemuan yang menegangkan.

    Kepala militer disebut menolak perluasan operasi militer.

    Survei menunjukkan sebagian besar warga Israel ingin perang berakhir dengan kesepakatan yang akan membebaskan para sandera yang tersisa yang ditawan oleh militan Palestina pimpinan Hamas.

    Pemerintah Netanyahu bersikeras meraih kemenangan mutlak atas Hamas, yang memicu perang dengan serangan mematikannya pada Oktober 2023 terhadap Israel dari Gaza.

    Gagasan, yang terutama didorong oleh para menteri sayap kanan dalam koalisi Netanyahu, tentang pasukan Israel yang menerobos masuk ke wilayah yang belum mereka kuasai di wilayah tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di Israel.