Tag: Benjamin Netanyahu

  • Israel Siap Lancarkan Serangan, Netanyahu Ultimatum Warga Gaza: Pergi Sekarang

    Israel Siap Lancarkan Serangan, Netanyahu Ultimatum Warga Gaza: Pergi Sekarang

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan ultimatum terbaru kepada warga Gaza. Netanyahu meminta warga meninggalkan Gaza sesegera mungkin.

    Pernyataan itu disampaikan Netanyahu dalam sebuah video pada Senin (8/9). Dia mengatakan pasukan Israel tengah bersiap melancarkan serangan terbaru di Gaza dan menduduki kota tersebut.

    “Dalam dua hari kami telah merobohkan 50 menara teror, dan ini hanyalah tahap awal dari manuver darat yang intensif di Kota Gaza. Saya katakan kepada penduduk: kalian telah diperingatkan, pergi sekarang!” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video dilansir AFP, Selasa (9/9/2025).

    Dia menambahkan, saat ini militer Israel telah bersiap melancarkan manuver terbaru di wilayah Gaza.

    “Semua ini hanyalah awal, hanya pembukaan, untuk operasi intensif utama — manuver darat pasukan kami, yang sekarang sedang mengorganisir dan berkumpul untuk memasuki Kota Gaza,” tambahnya.

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, sebelumnya juga telah melontarkan peringatan terbaru untuk kelompok Hamas agar meletakkan senjata atau menghadapi kehancuran Jalur Gaza dan pemusnahan mereka sendiri.

    Peringatan ini disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan apa yang disebutnya sebagai “peringatan terakhir” untuk Hamas agar membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Katz dalam pernyataan terpisah via media sosial X, seperti dilansir AFP dan Hindustan Times, Senin (8/9), juga melontarkan peringatan terakhir untuk kelompok yang berperang melawan militer Israel di Jalur Gaza selama nyaris dua tahun terakhir ini.

    “Ini adalah peringatan terakhir bagi para pembunuh dan pemerkosa Hamas di Gaza dan di hotel-hotel mewah di luar negeri: Bebaskan para sandera dan letakkan senjata kalian — atau Gaza akan dihancurkan dan kalian akan dimusnahkan,” kata Katz dalam peringatan untuk Hamas.

    Dalam pernyataannya, Katz juga mengatakan bahwa “badai dahsyat akan menghantam langit Kota Gaza dan atap-atap menara teror” jika Hamas tidak menyerah, tidak membebaskan sandera dan tidak meletakkan senjata mereka.

    “IDF (Angkatan Bersenjata Israel-red) melanjutkan operasi sesuai rencana — dan sedang bersiap untuk memperluas manuver guna mengalahkan Gaza secara telak,” tegas sang Menhan Israel.

    (ygs/ygs)

  • Video Penembakan di Halte Bus Yerusalem: 5 Tewas, 11 Luka-Luka

    Video Penembakan di Halte Bus Yerusalem: 5 Tewas, 11 Luka-Luka

    Penembakan terjadi di halte bus Ramot Junction, pinggiran Yerusalem, Senin (8/9), menewaskan lima orang dan melukai 11 lainnya. Dua penyerang yang datang dengan mobil ditembak mati oleh petugas keamanan dan warga sipil.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung meninjau lokasi. Ia tampak dijaga ketat oleh petugas bersenjata lengkap.

  • Kepala HAM PBB Serukan Dunia Bertindak Akhiri Pembantaian di Gaza

    Kepala HAM PBB Serukan Dunia Bertindak Akhiri Pembantaian di Gaza

    Jenewa

    Kepala hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Volker Turk, menyuarakan kekhawatiran atas “retorika genosida” secara terang-terangan oleh para pejabat Israel tentang Jalur Gaza. Turk menyerukan tindakan internasional yang tegas untuk “mengakhiri pembantaian tersebut”.

    Dalam pidato pembukaan sidang ke-60 Dewan HAM PBB, seperti dilansir AFP, Senin (8/9/2025), Turk menyebut Jalur Gaza kini sudah menjadi “kuburan”.

    Turk, dalam pidatonya, juga mengecam “pembunuhan massal warga sipil Palestina di Gaza oleh Israel dan penderitaan tak terlukiskan dan kehancuran total yang ditimbulkannya”.

    “Pembunuhan massal warga sipil Palestina di Gaza oleh Israel; penderitaan yang tak terlukiskan dan kehancuran total yang ditimbulkannya; hambatannya untuk mendapatkan bantuan penyelamatan jiwa yang memadai dan kelaparan yang diakibatkannya terhadap warga sipil; pembunuhan terhadap para jurnalis, staf PBB, dan pekerja NGO, serta kejahatan perang yang dilakukannya, sungguh mengguncang hati nurani dunia,” ucapnya.

    “Saya merasa ngeri dengan penggunaan retorika genosida secara terbuka dan dehumanisasi yang memalukan terhadap warga Palestina oleh para pejabat senior Israel,” kata Turk dalam pidatonya.

    Turk, yang secara resmi menjabat sebagai Komisioner Tinggi HAM PBB ini, menekankan bahwa hampir dua tahun setelah perang berkecamuk di Jalur Gaza menyusul serangan mematikan Hamas terhadap Israel “kawasan ini sangat membutuhkan perdamaian”.

    “Gaza adalah kuburan,” ujar Turk kepada Dewan HAM PBB.

    Pernyataan ini disampaikan setelah militer Israel mengebom sebuah blok apartemen di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza, pada Minggu (7/9) — pengeboman ketiga dalam beberapa hari terakhir.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu kemudian mengumumkan bahwa militer Israel “memperdalam” serangannya di pusat kota Jalur Gaza.

    Turk, dalam pidatonya, menyebut komunitas internasional “gagal dalam menjalankan tugasnya”.

    “Kita telah mengecewakan rakyat Gaza. Di mana langkah-langkah tegas untuk mencegah genosida?” tanya Turk, menuntut agar negara-negara berbuat lebih banyak untuk “mencegah kejahatan sarat kekejaman”.

    “Mereka harus menghentikan aliran senjata ke Israel yang berisiko melanggar hukum perang. Kita perlu bertindak sekarang, untuk mengakhiri pembantaian ini,” cetusnya.

    Lihat juga Video: Gaza Dilanda Bencana Kelaparan, PBB Tuntut Netanyahu Lakukan Gencatan Senjata

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Geger Penembakan di Halte Bus Yerusalem, 5 Orang Tewas

    Geger Penembakan di Halte Bus Yerusalem, 5 Orang Tewas

    Yerusalem

    Penembakan mematikan terjadi di sebuah halte bus yang ada di dekat persimpangan jalan di pinggiran Yerusalem yang dikuasai Israel pada Senin (8/9). Sedikitnya lima orang tewas dan belasan orang lainnya luka-luka dalam penembakan tersebut, dengan dua pelaku telah ditembak mati di lokasi kejadian.

    Layanan darurat dan ambulans Israel, Magen David Adom, dalam laporannya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Senin (8/9/2025), mengidentifikasi kelima korban tewas sebagai seorang pria berusia 50 tahun, seorang wanita berusia 50-an tahun, dan tiga pria berusia 30-an tahun.

    Disebutkan juga bahwa sekitar 11 orang lainnya mengalami luka-luka. Enam korban luka di antaranya disebut berada dalam kondisi serius akibat luka tembak yang mereka derita.

    Motif di balik penembakan maut itu belum diketahui secara jelas.

    Kepolisian Israel, dalam pernyataannya, menyebut ada dua pelaku penyerangan yang tiba di lokasi dengan menggunakan mobil. Kedua pelaku, sebut Kepolisian Israel, melepaskan tembakan ke arah halte bus yang ada di Persimpangan Ramot.

    Dikatakan oleh Kepolisian Israel bahwa seorang petugas keamanan dan seorang warga sipil menembak mati kedua pelaku penyerangan tersebut.

    Beberapa senjata, amunisi dan pisau yang digunakan oleh para pelaku penyerangan ditemukan di lokasi kejadian. Kepolisian Israel menyebut para pelaku serangan sebagai “teroris”.

    Penembakan maut itu terjadi di persimpangan jalan yang ada di dalam wilayah Yerusalem, yang direbut Israel dalam perang tahun 1967 dan kemudian dianeksasi dalam langkah yang tidak diakui internasional.

    Sementara itu, kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza dan sedang berperang melawan Israel, memberikan pujian untuk para pelaku yang mereka sebut sebagai “pejuang perlawanan” Palestina. Kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas, juga memuji penembakan di Yerusalem itu.

    Namun baik Hamas maupun Jihad Islam tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut.

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya, menyebut sang PM sedang menggelar rapat membahas situasi tersebut dengan jajaran pejabat keamanan Tel Aviv.

    Lihat juga Video: Detik-detik Penembakan Staf KBRI di Peru

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Siap Lancarkan Serangan, Netanyahu Ultimatum Warga Gaza: Pergi Sekarang

    Netanyahu Perluas Serangan di Dalam Gaza, Gedung-gedung Dihancurkan

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa militer memperluas serangannya di dalam dan sekitar Kota Gaza. Serangan sebagai upaya meningkatkan tekanan terhadap kelompok Palestina, Hamas.

    Dilansir AFP, Minggu (7/9/2025), serangan udara Israel minggu ini telah meratakan dua gedung tinggi di Kota Gaza sementara pasukan mengintensifkan operasi mereka di daerah tersebut, yang bertujuan untuk menaklukkan pusat kota terbesar di wilayah Palestina tersebut.

    “Kami memperdalam manuver di pinggiran Kota Gaza dan di dalam Kota Gaza sendiri,” kata Netanyahu kepada para menteri di awal rapat kabinet, menurut sebuah video yang dibagikan oleh kantornya.

    Israel belum mengumumkan secara terbuka dimulainya serangan besar-besaran untuk merebut Kota Gaza, yang disetujui kabinet Netanyahu bulan lalu, tetapi pasukan telah mengintensifkan pengeboman dan operasi di daerah tersebut selama berminggu-minggu.

    “Kami menghancurkan infrastruktur, kami merobohkan menara-menara teridentifikasi sebagai tempat kelompok,” kata Netanyahu.

    Militer Israel mengklaim bahwa dua gedung tinggi yang diratakan dalam serangan baru-baru ini digunakan oleh Hamas untuk “memantau” pasukan Israel–sebuah tuduhan yang dibantah oleh kelompok Palestina tersebut.

    Eskalasi ini telah memicu kekhawatiran akan memburuknya kondisi kemanusiaan yang sudah memprihatinkan bagi warga Palestina yang tinggal di wilayah tersebut. Netanyahu mengatakan bahwa Israel telah “menetapkan zona kemanusiaan lain untuk memungkinkan penduduk sipil di Gaza pindah ke daerah aman”.

    Pada Sabtu (6/9), pesawat Israel menjatuhkan ribuan selebaran di atas wilayah barat Kota Gaza yang mendesak penduduk untuk mengungsi, menurut saksi mata dan seorang jurnalis AFP.

    Netanyahu mengatakan sekitar 100.000 penduduk telah meninggalkan Kota Gaza, menuduh Hamas berusaha mencegah evakuasi dan menggunakan warga sipil sebagai “perisai manusia”.

    Mustafa Al-Jamal, yang tinggal di Kota Gaza, mengatakan bahwa ia tidak berencana untuk pergi. Ia mengatakan bahwa wilayah di Gaza selatan tempat penduduk dievakuasi telah berulang kali dibom meskipun telah dinyatakan sebagai “zona aman”.

    “Ke mana kami bisa pergi? Kami tidak punya uang, tidak punya tenda, tidak punya rumah, tidak punya makanan.”

    Para demonstran Israel turun ke jalan pada Sabtu (6/9), untuk menuntut pemerintah mereka agar membatalkan keputusan mereka untuk menguasai Kota Gaza, karena khawatir akan nasib para sandera yang diyakini masih ditawan di sana.

    “Saya sangat terpukul dengan kenyataan bahwa tentara Israel saat ini menguasai Gaza, demi para sandera, demi para tentara, demi rakyat di Gaza — ini adalah perang politik,” kata Edith, seorang demonstran di Yerusalem yang menolak menyebutkan nama lengkapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/rfs)

  • Serangan Besar-besaran ke Kota Gaza, Israel Perintahkan Penduduk Palestina Mengungsi

    Serangan Besar-besaran ke Kota Gaza, Israel Perintahkan Penduduk Palestina Mengungsi

    JAKARTA – Militer Israel (IDF) memerintahkan penduduk Palestina segeea meninggalkan rumah mereka di beberapa blok di Kota Gaza. Israel akan melakukan serangan terhadap sebuah gedung bertingkat di wilayah itu.

    “Peringatan darurat bagi warga blok 726, 727, 784, dan 786, khususnya di Gedung Al-Ruya. IDF akan menyerang lokasi tersebut karena terdapat infrastruktur Hamas di dalam atau di sekitarnya,” kata Juru Bicara IDF Avichay Adraee melalui platform X, Sabtu waktu setempat.

    Warga diminta mengungsi ke wilayah Khan Yunis di selatan Gaza.

    Militer Israel juga menyatakan telah membentuk zona kemanusiaan di daerah Al-Mawasi, Khan Yunis.

    Zona itu dilengkapi rumah sakit lapangan, tenda pengungsi, pasokan air bersih, makanan, dan obat-obatan, hasil kerja sama dengan PBB dan lembaga internasional lainnya.

    “Mulai sekarang, untuk mempermudah evakuasi dari Gaza City, kami tetapkan Al-Mawasi sebagai zona aman. Segera pindah ke sana dan bergabung dengan ribuan orang yang telah lebih dulu mengungsi,” kata Adraee.

    Sebelumnya, media Israel melaporkan Menteri Pertahanan Israel Israel Katz telah menyetujui rencana militernya mengambil alih Kota Gaza secara menyeluruh.

    Radio militer Galei Tzahal menyebut operasi tersebut dapat berlangsung hingga 2026 dan melibatkan hingga 130.000 tentara cadangan di puncak pergerakan.

    Pada 21 Agustus lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga menyetujui rencana militer untuk menguasai Kota Gaza dan menghancurkan kelompok Hamas.

  • AS Sanksi 3 Kelompok HAM Palestina Penuntut Israel di ICC

    AS Sanksi 3 Kelompok HAM Palestina Penuntut Israel di ICC

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi atas tiga kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Palestina. Ketiga kelompok HAM itu adalah Pusat HAM berpusat di Gaza, Pusat HAM Al Mezan, dan Pusat HAM Al-Haq yang berbasis di Ramallah. Namun belum jelas diungkapkan jenis sanksi yang dimaksud.

    Ketiganya, akhir November 2023 lalu, telah menuntut Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) menyelidiki dan menangkap pemimpin Israel atas tuduhan kejahatan perang di Gaza. Di mana, ICC pada akhir tahun 2024 lalu telah mengeluarkan perintah penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan seorang pejabat senior Hamas yang sekarang sudah meninggal.

    “(Ketiga kelompok HAM tersebut) terlibat langsung dalam upaya Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menyelidiki, menangkap, menahan, atau mengadili warga negara Israel, tanpa persetujuan Israel,” kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam keterangannya, seperti dikutip dari CNN International, Sabtu (6/9/2025).

    Sanksi ini muncul beberapa hari setelah para pakar genosida terkemuka dunia menyatakan, tindakan Israel di Gaza memenuhi definisi hukum genosida.

    Disebutkan CNN International, pemerintahan Presiden AS Donald Trump tengah menggencarkan kampanye untuk menghukum organisasi-organisasi yang terlibat dalam upaya ICC menghukum Israel dalam perang di Gaza.

    Sebelumnya, AS telah menjatuhkan sanksi kepada 9 orang yang bekerja untuk ICC. AS juga telah menetapkan penolakan dan mencabut visa bagi anggota Otoritas Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina.

    Kata Rubio, “AS akan terus merespons dengan konsekuensi yang signifikan dan nyata untuk melindungi pasukan kami, kedaulatan kami, dan sekutu kami dari pengabaian kedaulatan ICC, dan untuk menghukum entitas yang terlibat dalam pelanggaran wewenangnya.”

    (dce/dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Israel Klaim Kuasai 40% Kota Gaza, Situasi Kemanusiaan Memburuk

    Israel Klaim Kuasai 40% Kota Gaza, Situasi Kemanusiaan Memburuk

    Jakarta

    Israel mengklaim menguasai 40 persen wilayah kota Gaza. Israel mengklaim operasi tersebut akan terus meluas dan intensif pada beberapa hari ke depan.

    “Kami terus merusak infrastruktur Hamas. Saat ini kami menguasai 40% wilayah Kota Gaza,” kata juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, dalam konferensi pers, seraya menyebutkan nama permukiman Zeitoun dan Sheikh Radwan, dilansir Reuters, Jumat (5/9/2025).

    “Operasi ini akan terus diperluas dan diintensifkan dalam beberapa hari mendatang,” lanjutnya.

    Pihaknya mengaku akan terus mengejar Hamas di mana pun. Menurutnya misi tersebut hanya akan berakhir ketika para sandera Israel yang tersisa dikembalikan dan kekuasaan Hamas berakhir.

    “Kami akan terus mengejar Hamas di mana pun,” ujarnya,

    Defrin mengonfirmasi bahwa Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir mengatakan kepada para menteri kabinet bahwa tanpa rencana darurat, mereka terpaksa memberlakukan aturan militer di Gaza. Anggota sayap kanan dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mendesak Israel untuk memberlakukan aturan militer di Gaza dan membangun permukiman di sana, yang sejauh ini telah dikesampingkan oleh Netanyahu.

    Diketahui, Israel telah mengintensifkan pemboman di wilayah Kota Gaza utara dalam beberapa hari terakhir menjelang serangan tersebut meskipun ada tekanan internasional.

    Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel pada hari Kamis menewaskan lebih dari 30 orang di kota tersebut, dari setidaknya 64 warga Palestina yang tewas di seluruh Jalur Gaza.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan lalu mengumumkan bencana kelaparan di dan sekitar Kota Gaza, tempat tinggal hampir satu juta orang yang terus dilanda perang. Sementara Hamas menyerukan diakhirinya segera perang di Gaza dan pencabutan pengepungan Israel di wilayah tersebut.

    Tonton juga video “Demo di Depan Rumah Netanyahu Ricuh, Warga Israel-Polisi Bentrok” di sini:

    (yld/knv)

  • Trump Ultimatum Hamas: Bebaskan 20 Sandera Israel atau…

    Trump Ultimatum Hamas: Bebaskan 20 Sandera Israel atau…

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak kelompok Palestina Hamas untuk segera membebaskan 20 sandera yang masih ditahan di Gaza. Trump menegaskan, situasi akan berubah drastis jika para sandera dilepaskan.

    “Beri tahu Hamas untuk SEGERA mengembalikan semua 20 sandera (bukan 2, 5, atau 7!), dan keadaan akan berubah dengan cepat. INI AKAN BERAKHIR!” tulis Trump melalui akun Truth Social, dikutip Kamis (4/9/2025).

    Meski begitu, Trump tidak merinci langkah apa yang akan diambil maupun apa yang dimaksud dengan “akhir” jika Hamas membebaskan para sandera.

    Menurut otoritas Israel, sekitar 250 orang disandera Hamas setelah serangan 7 Oktober 2023. Dari jumlah itu, Tel Aviv memperkirakan 50 masih ditahan di Gaza, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup.

    Di sisi lain, kelompok hak asasi manusia menuduh Israel menahan lebih dari 10.800 warga Palestina di penjara dengan kondisi buruk, mulai dari penyiksaan, kelaparan, hingga pengabaian medis.

    Konflik Gaza juga menelan korban jiwa besar. Data otoritas kesehatan Gaza menyebut hampir 64.000 warga Palestina tewas sejak Oktober 2023.

    “Kondisi di Gaza sudah seperti neraka kemanusiaan, dengan kelaparan dan runtuhnya layanan kesehatan,” kata Direktur Eksekutif Human Rights Watch, Tirana Hassan, dalam laporan terbarunya, seperti dikutip Anadolu Agency.

    Sementara itu, Israel menghadapi tekanan hukum internasional. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada November lalu menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang. Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

    Upaya internasional untuk mendorong gencatan senjata masih buntu setelah Israel membatalkan perjanjian pada Maret 2025.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • UEA Layangkan Peringatan, Israel Ancam Houthi dengan Tulah

    UEA Layangkan Peringatan, Israel Ancam Houthi dengan Tulah

    Abu Dhabi

    Peringatan dari Uni Emirat Arab (UAE) muncul ketika Israel melanjutkan tahap awal serangan besar terbaru di Kota Gaza yang dilanda kelaparan. Serangan udara Israel di seluruh Jalur Gaza terkini hingga Rabu (03/09) menewaskan sedikitnya 31 orang, menurut rumah sakit setempat.

    Sementara itu, warga Israel melakukan demonstrasi besar-besaran di seluruh negeri untuk memprotes pengerahan 60.000 tentara cadangan untuk operasi militer yang diperluas.

    Operasi ini telah memicu kecaman global dan membuat Israel semakin terisolasi. Para demonstran menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperpanjang peperangan demi kepentingan politik pribadi, alih-alih menyepakati gencatan senjata dengan Hamas yang dapat membebaskan para sandera yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober 2023.

    Peringatan langka dari UEA

    UEA adalah kekuatan pendorong di balik Abraham Accords tahun 2020 yang dimediasi oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump. Melalui perjanjian ini, UEA dan tiga negara Arab lainnya menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

    Trump telah menyatakan harapannya untuk memperluas perjanjian tersebut dalam masa jabatan keduanya, dengan kemungkinan melibatkan kekuatan regional seperti Arab Saudi. Anwar Gargash, seorang diplomat senior UEA, menulis di platform X bahwa “aneksasi adalah garis merah.”

    Ia membagikan tautan berita Times of Israel yang mengutip ucapan diplomat UEA lainnya, Lana Nusseibeh, yang mengatakan bahwa aneksasi akan “sangat merusak visi dan semangat Abraham Accords, mengakhiri upaya integrasi regional, dan mengubah konsensus luas mengenai arah penyelesaian konflik — yakni dua negara yang hidup berdampingan dalam damai, kemakmuran, dan keamanan.”

    (Ed: Dalam konflik, “garis merah” bisa berupa wilayah, tindakan militer, kebijakan, atau pelanggaran hak yang tidak boleh dilanggar oleh pihak manapun. Melanggar “garis merah” biasanya dianggap sebagai eskalasi yang sangat serius.)

    Di lain pihak, Menteri Keuangan sayap kanan ekstrem Israel, Bezalel Smotrich, mengadakan konferensi pers pada hari Rabu (03/09) dan mempresentasikan peta yang menunjukkan rencana aneksasi atas sebagian besar wilayah Tepi Barat, menyisakan enam kota Palestina dengan otonomi terbatas, demikian menurut media lokal. Belum jelas apakah rencana ini didukung oleh Netanyahu.

    Warga Palestina dan sebagian besar komunitas internasional mengatakan bahwa aneksasi akan mengakhiri kemungkinan solusi dua negara, yang secara luas dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

    Warga Palestina terus mengungsi

    Serangan Israel di Kota Gaza menewaskan sedikitnya 15 orang, termasuk dua anak dan empat perempuan. Demikian informasi yang dihimpun AP dari Rumah Sakit Shifa dan Rumah Sakit Al-Quds, tempat jenazah dibawa. Menurut Rumah Sakit Nasser ada tambahan 16 orang tewas di Gaza selatan, termasuk 10 orang yang sedang mencari bantuan kemanusiaan.

    Israel menyatakan bahwa mereka hanya menargetkan kaum militan dan berupaya menghindari korban sipil. Israel menyalahkan kematian warga sipil pada Hamas karena para militan beroperasi di area padat penduduk. Israel menyatakan bahwa Kota Gaza —masih menjadi kubu Hamas, meskipun sudah dilakukan sejumlah serangan besar sejak awal perang.

    Kelompok Site Management Cluster mengatakan bahwa banyak keluarga terjebak karena biaya pindah yang sangat tinggi, kendala logistik, dan tidak adanya tempat tujuan. “Warga Palestina juga enggan berpindah karena takut tidak bisa kembali atau kelelahan akibat pengungsian berulang,” tulis laporan mereka.

    Korban tewas akibat perang dan kelaparan bertambah

    Ancaman ganda dari pertempuran dan kelaparan, menurut warga Palestina dan pekerja bantuan kemanusiaan, semakin parah dialami keluarga-keluarga di Kota Gaza. Banyak di antaranya telah mengungsi beberapa kali selama hampir dua tahun perang.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan pada hari Rabu (03/09), lima orang dewasa dan satu anak meninggal akibat kekurangan gizi dalam 24 jam terakhir, sehingga total kematian akibat kelaparan mencapai 367 orang, termasuk 131 anak-anak sepanjang konflik.

    Para ahli menyalahkan operasi militer Israel yang terus berlangsung dan blokade sebagai penyebab utama krisis kelaparan. Netanyahu membantah adanya kelaparan di Gaza, meskipun ada kesaksian, data, dan temuan dari para ahli terkemuka yang menunjukkan sebaliknya.

    Kementerian itu juga melaporkan pada hari Selasa (02/09) bahwa total 63.633 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel sejak awal perang, termasuk lebih dari 2.300 orang yang sedang mencari bantuan.

    Kementerian ini merupakan bagian dari otoritas Hamas namun dijalankan oleh tenaga medis profesional. Mereka tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam laporannya, tetapi menyatakan bahwa sekitar setengah korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

    Lembaga-lembaga PBB dan banyak ahli independen menganggap angka dari kementerian ini sebagai perkiraan paling dapat diandalkan atas korban perang. Israel meragukan data tersebut, tetapi belum memberikan angka alternatifnya sendiri.

    Israel gerebek toko buku Palestina di Yerusalem

    Polisi Israel menangkap pemilik sebuah kafe dan toko buku Palestina yang terkenal di Yerusalem Timur. Tony Sabella, pemilik Kafe The Gateway di Kota Tua, dibawa ke kantor polisi terdekat dan masih ditahan beberapa jam kemudian, ujar pengacaranya, Nasser Odeh, seraya menambahkan bahwa polisi tidak memiliki surat perintah penangkapan.

    Polisi menyita lima buku, menurut Odeh, yang menyebut penangkapan ini sebagai bagian dari “upaya sistematis untuk membungkam produksi intelektual di kota ini.”

    Gateway adalah toko buku Palestina ketiga yang digerebek oleh pasukan Israel tahun ini. Kafe ini merupakan tempat favorit bagi diplomat, jurnalis, dan penulis di Yerusalem.

    Israel sebut Hamas rencanakan pembunuhan menteri kabinet sayap kanan

    Dalam perkembangan lain, badan intelijen dalam negeri Israel, Shin Bet, menyatakan bahwa pihaknya baru-baru ini menangkap sel Hamas di Tepi Barat yang dicurigai merencanakan pembunuhan terhadap Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan ekstrem kanan, Itamar Ben-Gvir.

    Shin Bet mengatakan para tersangka ditemukan memiliki drone yang mereka rencanakan untuk dipasangi bahan peledak. Tidak disebutkan berapa banyak orang yang ditangkap, dan tidak jelas sejauh mana rencana tersebut telah berjalan.

    Israel sebut akan timpakan 10 Tulah Mesir laksana di Alkitab

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada hari Kamis (04/09) bersumpah akan menimpakan 10 Tulah Mesir ala kisah di Alkitab kepada pemberontak Houthi di Yaman, setelah kelompok tersebut meningkatkan serangan rudal terhadap Israel.

    “Houthi kembali menembakkan rudal ke Israel. Tulah kegelapan, tulah anak sulung — kami akan menyempurnakan semua 10 tulah,” tulis Katz di platform X.

    Pernyataan tersebut merujuk pada 10 bencana yang, menurut Kitab Keluaran dalam Alkitab, dijatuhkan oleh Tuhan kepada Mesir untuk memaksa Firaun membebaskan bangsa Israel dari perbudakan.

    (Ed: yang dimaksud tidak persis sama seperti kisah Alkitab seperti karma banjir katak atau mengubah debu jadi nyamuk-nyamuk, melainkan ancaman kehancuran total progresif,— seperti yang dialami Mesir dalam cerita Alkitab.)

    Sebelumnya pada hari Kamis (04/09), militer Israel melaporkan bahwa sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman mendarat di luar wilayah Israel, sehari setelah dua rudal Houthi berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel. Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyatakan bahwa pemberontak menargetkan Bandara Ben Gurion di Tel Aviv dengan rudal balistik.

    Kelompok Houthi yang didukung Iran telah bersumpah akan meningkatkan serangan terhadap Israel setelah perdana menteri mereka dan 11 pejabat senior lainnya tewas dalam serangan udara Israel pekan lalu. Sejak pecahnya perang di Gaza pada Oktober 2023, Houthi secara berkala meluncurkan serangan drone dan rudal ke arah Israel, dengan mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina.

    Sebagai balasan, Israel telah meluncurkan beberapa gelombang serangan udara ke wilayah Yaman, menargetkan pelabuhan, pembangkit listrik, dan Bandara Internasional di Sana’a — ibu kota yang dikuasai oleh Houthi.

    *Editor: Rizki Nugraha

    (nvc/nvc)