Tag: Benjamin Netanyahu

  • Ramai Desakan Setop Pengepungan dan Buka Akses Bantuan di Gaza

    Ramai Desakan Setop Pengepungan dan Buka Akses Bantuan di Gaza

    Jakarta

    Di markas besar Liga Arab di Kairo, para menteri luar negeri negara-negara Arab bertemu pada Rabu (11/10) untuk membahas perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.

    Selain menuntut Israel menghentikan pengepungannya terhadap Gaza, mereka juga menyerukan agar bantuan kemanusiaan seperti makanan dan bahan bakar segera dikirimkan ke wilayah pesisir yang miskin dan padat penduduk.

    Tidak hanya itu, Israel juga didesak untuk mempertimbangkan kembali “keputusan tidak adilnya dalam memutus pasokan listrik dan air ke Gaza.”

    Dalam kesempatan terpisah, badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, juga mendesak dikirimkannya bantuan kemanusiaan senilai $104 juta (setara dengan Rp1,6 triliun) untuk Jalur Gaza.

    “Apa yang terjadi saat ini adalah tragedi kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bantuan kepada warga sipil yang tidak punya tempat untuk menyelamatkan diri harus segera diberikan: air, makanan, obat-obatan,” kata Komisaris Jenderal UNWRA Philippe Lazzarni.

    “Sangatlah mendesak bahwa akses terhadap bantuan dan perlindungan kemanusiaan harus ditegakkan bagi semua warga sipil,” tambah Lazzarini.

    Biden peringatkan Iran

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa mobilisasi pesawat dan kapal milik AS yang mendekat ke Israel adalah peringatan bagi Iran untuk “berhati-hati.” Hal itu disampaikan Biden saat berbicara dengan para pemimpin komunitas Yahudi di Gedung Putih pada Rabu (11/10).

    Dalam kesempatan itu, Biden menggambarkan serangan Hamas terhadap warga sipil Israel sebagai “hari paling mematikan bagi orang Yahudi sejak Holocaust.”

    “Serangan ini adalah sebuah kampanye kekejaman murni, bukan hanya sekadar kebencian, tapi kekejaman murni terhadap orang-orang Yahudi,” ujarnya.

    Biden juga mengatakan bahwa penting bagi Israel untuk bertindak “sesuai aturan perang” dalam kampanye militernya melawan Hamas di Gaza.

    Israel bentuk kabinet perang

    Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersama dengan politisi oposisi Benny Gantz secara resmi mengumumkan pembentukan pemerintahan darurat nasional dan kabinet perang untuk menghadapi Hamas.

    “Kami telah membentuk pemerintahan darurat nasional,” kata Netanyahu dalam pidatonya yang disiarkan melalui televisi pada Rabu (11/10) malam waktu setempat.

    “Rakyat Israel bersatu. Kami telah mengesampingkan perbedaan-perbedaan kami,” tambahnya.

    Pembentukan kabinet perang oleh Netanyahu dan Gantz ini menjadi tanda bersatunya pemerintah dan oposisi di Israel. Netanyahu adalah anggota Partai Likud yang konservatif, sementara Gantz adalah anggota aliansi Biru dan Putih yang berhaluan tengah.

    “Keberadaan kita di sini bersama-sama bahu-membahu adalah pesan bagi musuh-musuh kita,” kata Gantz dalam pidatonya.

    “Ada waktu untuk damai dan ada waktu untuk perang. Sekarang adalah waktunya perang,” tambahnya.

    Negosiasi pembebasan sandera

    Kantor berita AFP dan Reuters dengan mengutip seorang pejabat Turki melaporkan bahwa pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sedang melakukan negosiasi pembebasan sandera dengan Hamas.

    Erdogan sering menyatakan simpatinya kepada Palestina, dan Turki tidak menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.

    Meski begitu, Turki juga tidak serta merta memiliki hubungan negatif dengan Israel. Turki dan Israel menormalisasi hubungan pada tahun 2022, dengan kedua negara memiliki hubungan dagang yang kuat.

    Sementara itu, dalam wawancara kepada DW, editor majalah Foreign Policy Ravi Agrawal mengatakan bahwa Qatar bisa menjadi pemain kunci dalam kemungkinan negosiasi pembebasan sandera dengan Hamas.

    Qatar yang telah menawarkan diri menjadi penengah adalah salah satu negara di kawasan yang dipercaya oleh kedua belah pihak. Qatar sebelumnya juga telah berhasil melakukannya di masa lalu.

    “Ini penting karena saat ini tidak ada kepercayaan antara Hamas dan Israel. Jadi, diperlukan pemain dari luar,” kata Agrawal.

    Presiden AS Joe Biden sebelumnya memperkirakan ada sekitar 150 sandera yang ditahan di Gaza setelah serangan teror terhadap Israel pada Sabtu (07/10) lalu.

    gtp/ha/pkp (Reuters, AFP, AP)

    (ita/ita)

  • Ratusan Ribu Warga Palestina Mengungsi Akibat Serangan Israel di Gaza

    Ratusan Ribu Warga Palestina Mengungsi Akibat Serangan Israel di Gaza

    Jakarta

    Lebih dari 338.000 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi imbas dari gempuran serangan udara Israel yang menghancurkan tempat tinggal mereka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Kini muncul seruan untuk membuka jalur pasokan bantuan yang aman dan membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan zona konflik, di mana banyak rumah telah dibom dan dihancurkan oleh serangan udara.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan pasokan makanan, bahan bakar dan air harus diperbolehkan menjangkau warga sipil di Gaza di tengah pemboman dan blokade Israel.

    “Saat ini kita memerlukan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan,” kata Antonio Guterres.

    Sejak serangan Hamas pada akhir pekan lalu, Israel telah mengepung Gaza, memutus pasokan listrik, bahan bakar, makanan, barang dan air. Pasokan listrik utama di Gaza padam setelah satu-satunya pembangkit listrik di sana kehabisan bahan bakar.

    Kementerian kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 1.200 warganya tewas akibat serangan balasan Israel atas serangan kelompok milisi Palestina, Hamas, pada Sabtu (07/10) lalu.

    Korban jiwa dari kedua belah pihak kini mencapai hampir 2.500 orang.

    Sebelumnya, militer Israel mengatakan ratusan ribu pasukannya sudah berada di dekat perbatasan jalur Gaza “siap melaksanakan misi yang telah diberikan”.

    Juru bicara pasukan pertahanan Israel (IDF), Jonathan Conricus mengatakan pihaknya telah membangun kembali penghalang di sekitar Gaza.

    Kata dia, IDF juga mengirim “pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri”, ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.

    Penyeberangan Rafah, yang merupakan pintu keluar utama dari Gaza ke Mesir telah ditutup sejak Selasa (10/10) setelah pemboman Israel, menurut pejabat Gaza.

    Pasukan Israel juga berkumpul di dekat perbatasan Gaza untuk persiapan serangan darat.

    Militer Israel mengatakan ratusan ribu pasukannya sudah berada di dekat perbatasan jalur Gaza “siap melaksanakan misi yang telah diberikan”.

    Juru bicara pasukan pertahanan Israel (IDF), Jonathan Conricus mengatakan pihaknya telah membangun kembali penghalang di sekitar Gaza.

    Kata dia, IDF juga mengirim “pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri”, ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.

    Mereka “berada di dekat Jalur Gaza untuk bersiap-siap melaksanakan misi yang diperintahkan pemerintah Israel – dan ini untuk memastikan Hamas pada akhir perang ini, tidak akan memiliki kemampuan militer apa pun yang dapat digunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel”.

    ReutersKamp pengungsi Jabalia, di utara Kota Gaza, dilaporkan menjadi sasaran serangan Israel pada hari Senin.

    ‘Kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik’

    Warga Gaza, Kamal Mashharawi, berbicara kepada BBC dari ruang bawah tanah yang menampung 45 orang.

    “Ini sangat sulit – kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik,” katanya.

    Anak-anaknya terluka dan paru-parunya sakit. Kamal telah kehilangan beberapa anggota keluarganya tetapi tidak dapat menghubungi yang lain karena koneksi internet mati.

    “Kami mencoba melakukan perjalanan darat ke supermarket terdekat tetapi tidak aman karena ledakan tersebut,” katanya kepada program Newshour.

    Melalui sambungan telepon, Kamal mengatakan jantungnya berdebar kencang ketika dia mempersiapkan diri untuk serangan berikutnya, sambil berpikir “apakah saya orang berikutnya?”

    Ahmad Hasaballah/Getty ImagesWarga Palestina mengungsi setelah rumah dan lingkungan mereka hancur menyusul serangan udara Israel.

    “Saya pikir warga sipil tidak pantas meninggal – mereka harusnya tidak terlibat dalam konflik ini,” katanya.

    “Saya tidak bisa menyalahkan Hamas, saya tidak bisa menyalahkan Israel, tapi saya katakan bahwa kami, warga sipil, terkena dampaknya.

    “Kami adalah orang-orang yang bukan bagian dari konflik ini dan kami membayarnya.”

    Foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza

    Berikut adalah sejumlah foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza. Seluruh bangunan hampir rata dengan tanah menyusul serangan udara Israel.

    Reuters Warga Palestina berkumpul di atas reruntuhan di dekat bangunan yang rusak setelah serangan Israel, di Khan Younis, Gaza selatan. ReutersPara pejabat Palestina mengatakan banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan dan mungkin tidak mungkin diselamatkan

    Disebutkan pula bahwa tidak ada milisi Hamas yang menyeberang dalam beberapa hari terakhir.

    Militer Israel mengatakan, serangan udara Israel di Jalur Gaza terus berlanjut sepanjang malam, dengan 200 sasaran yang diklaim tercapai.

    ReutersMiliter Israel mengeklaim berhasil mengendalikan secara penuh perbatasan Gaza di bagian selatan.

    Sebelumnya, Israel meminta agar masyarakat di Gaza untuk meninggalkan wilayah itu melalui kawasan perbatasan yang dikendalikan oleh Mesir – namun kemudian mengatakan bahwa penyeberangan tersebut sebenarnya ditutup.

    Bagaimana ‘Pengepungan total’ Gaza berawal?

    Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa ia telah memerintahkan “pengepungan total” di Jalur Gaza: “Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar.”

    Seperti diketahui – Israel berkuasa atas ruang udara di langit Gaza dan garis pantainya, serta memiliki otoritas atas keluar dan masuknya orang dan barang melalui perbatasannya.

    Demikian pula, Mesir mengendalikan siapa yang masuk dan keluar dari perbatasannya dengan Gaza.

    Dalam situasi ini, jumlah orang yang tewas akibat serangan Israel di Gaza meningkat hingga 770 jiwa, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Jumlah mereka yang terluka juga bertambah menjadi 4.100 jiwa.

    Di sisi lain, sedikitnya 1.200 orang Israel tewas sejak Hamas melancarkan serangan mendadak pada Sabtu (07/10) pagi. Jumlah ini termasuk 260 orang yang sedang menghadiri festival musik Supernova di kawasan gurun di Israel selatan.

    Getty ImagesSejumlah warga Palestina berjalan di depan puing-puing bangunan yang hancur setelah serangan udara Israel di Gaza, 8 Oktober 2023.

    Festival ini digelar tidak jauh dari lokasi milisi Hamas memasuki wilayah Israel dari Jalur Gaza.

    Mereka dilaporkan melepaskan tembakan, dan orang-orang yang tengah mengikuti acara musik itu kemudian berusaha melarikan diri lantaran panik.

    Acara ini merupakan salah satu target serangan darat pertama oleh Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Beberapa rekaman video mengerikan yang diambil dari tempat acara itu, pada hari berikutnya, memperlihatkan skala serangan tersebut.

    Di sana terlihat lebih dari satu bangkai mobil berjejer di jalanan, di antaranya ada yang terbalik dan lainnya ludes terbakar.

    Dilaporkan pula, ada sejumlah orang yang menghadiri festival musik itu disandera dan ditahan di Gaza.

    Pihak militer Israel menyebut “puluhan” warga sipil telah diculik oleh militan Hamas.

    AS kerahkan bantuan militer

    Amerika Serikat mengatakan telah menggeser sebuah kapal induk, kapal perusak, dan pesawat jet ke Mediterania timur. Sekutu Israel ini juga akan memberi bantuan peralatan dan amunisi tambahan.

    Hal ini dilakukan menyusul serangan Hamas terhadap Israel bagian selatan, yang disebut Presiden Joe Biden sebagai “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan mengerikan”.

    Juru bicara Keamanan Nasional AS mengatakan terdapat warganya yang tewas di antara korban jiwa yang jatuh dari sisi Israel.

    Bantuan militer lebih lanjut untuk Israel akan dikirim dalam beberapa hari mendatang, kata Gedung Putih. AS bekerja untuk memastikan bahwa musuh-musuh Israel tidak mencoba untuk mengambil keuntungan dari situasi ini.

    EPAHampir 500 orang tewas di Gaza dan 2.700 lainnya terluka akibat serangan udara balasan dari Israel, ungkap sejumlah pejabat Palestina.

    KBRI Amman: Tidak ada WNI jadi korban serangan Israel ke wilayah Gaza

    Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania, mengatakan hingga kini tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban akibat serangan yang dilakukan Israel di wilayah Gaza. Dalam catatan KBRI, terdapat 13 orang WNI yang berdomisili di wilayah Gaza.

    “Pemerintah Indonesia, melalui KBRI Amman, KBRI Kairo di Mesir dan KBRI Lebanon terus memantau situasi terakhir WNI dan berkoordinasi dengan simpul-simpul WNI di Gaza,” dalam keterangan pers dari KBRI Amman, yang diterima BBC News Indonesia pada Minggu (08/10).

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 256 warganya tewas, termasuk 20 anak-anak, akibat serangan balik yang dilakukan oleh Israel sejak Sabtu (07/10). Selain itu, sekitar 1.788 orang juga dilaporkan terluka.

    Israel melakukan serangan ke wilayah Gaza setelah sekelompok milisi Hamas menyelinap ke Israel dan melancarkan serangan besar secara mendadak.

    Baca juga:

    Menurut keterangan dari tentara Israel, serangan darat, udara, dan laut yang dilakukan oleh Hamas itu menyebabkan sekitar 250 warga Israel tewas. Selain itu, sekitar 1.000 orang terluka dan lebih dari 3.000 roket ditembakkan milisi Hamas di Gaza ke wilayah Israel.

    Beberapa warga Israel juga dilaporkan telah dibawa ke Gaza sebagai sandera.

    Menurut informasi yang disampaikan Kedutaan Besar Israel untuk Amerika Serikat, dalam unggahan di media sosial, terdapat 100 warganya yang disandera, mencakup warga sipil dan tentara.

    Hamas adalah organisasi di Palestina yang melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

    ReutersRoket dari Gaza menghantam jalan Kota Ashkelon di Israel, Sabtu (07/10).

    Tentara Israel telah meminta warga di tujuh wilayah berbeda di Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke pusat kota atau berlindung di tempat penampungan.

    Israel juga akan memutus pasokan listrik, bahan bakar, dan barang ke Gaza, menurut laporan media yang mengutip pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Kementerian Luar Negeri Thailand melaporkan sebanyak 12 warga Thailand tewas dan 11 lainnya diculik dan disandera oleh kelompok milisi Hamas.

    Baca juga:

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel sedang “berperang” dan bersumpah bahwa Hamas, penguasa Gaza, akan “membayar harga yang belum pernah diketahui”.

    “Pagi ini Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap negara Israel dan warganya,” kata Netanyahu dalam pidatonya.

    BBC

    Serangan ini adalah salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Israel-Palestina selama bertahun-tahun.

    Serangan kelompok milisi Palestina Hamas dilakukan dengan melintasi pagar pembatas tepat setelah fajar. Pada saat yang sama, rentetan roket diluncurkan dari Gaza – beberapa mencapai Tel Aviv dan Yerusalem.

    Bagaimana para anggota milisi bersenjata itu berhasil menembus salah satu perbatasan yang dijaga ketat di dunia masih belum jelas.

    Baca juga:

    Militer Israel mengatakan puluhan jet tempur melancarkan gempuran udara terhadap lokasi-lokasi Hamas di Gaza, dan telah menghantam 17 kompleks militer Hamas. Mereka juga mengatakan telah memobilisasi puluhan ribu pasukan cadangan.

    Serangan udara Israel juga menyasar Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, menewaskan satu staf medis yang sedang berada di dekat rumah sakit tersebut.

    Relawan MER-C, Farid, mengatakan tembakan roket dari pesawat tempur Israel jatuh sangat dekat dengan lokasi para relawan medis, dan menghancurkan mobil operasional MER-C.

    “Abu Romzi, staf local MER-C yang tengah berada di ambulans menjadi korban syahid dan dilarikan ke RS Indonesia,” ujar Farid.

    Serangan juga membuat kerusakan di wisma tempat tinggal relawan yang berada di area RS Indonesia.

    Rentetan serangan roket dari Gaza – aksi serangan terbesar Hamas terhadap Israel selama beberapa tahun terakhir – dimulai tepat setelah fajar pada Sabtu (07/10), yang bertepatan dengan hari Sabat Yahudi serta hari perayaan Simchat Torah.

    Saat sirene berbunyi di seluruh Israel, militer Israel (IDF) mengumumkan bahwa “teroris” telah menyusup ke wilayah Israel “di sejumlah lokasi berbeda”.

    IDF meminta semua warga sipil di wilayah selatan dan tengah untuk bergegas menuju tempat penampungan di wilayah sekitar Gaza.

    Baca juga:

    Rekaman video yang diunggah ke dunia maya menunjukkan sekelompok milisi Palestina bersenjata lengkap mengenakan seragam hitam berkeliling Sderot menggunakan truk pikap.

    Dalam salah satu video, para milisi itu terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di jalan-jalan Kota Sderot, yang hanya berjarak 1,6 km dari Gaza.

    Ada juga laporan yang belum dikonfirmasi di media Palestina bahwa sejumlah warga Israel telah disandera oleh kelompok milisi.

    Pada saluran media sosialnya, Hamas merilis video yang menunjukkan warga Israel ditangkap oleh para anggotanya.

    Dalam beberapa video yang tidak dapat diverifikasi, sejumlah warga sipil tampaknya disandera di wilayah Palestina – sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Juga beredar rekaman video warga Palestina di Gaza mengendarai kendaraan militer Israel.

    ReutersWarga Palestina berkumpul dekat sebuah tank Israel yang dilalap api di pagar pembatasan Israel-Gaza.

    Selama berjam-jam, saluran televisi Israel menayangkan wawancara langsung dengan orang-orang yang terjebak di rumah mereka setelah milisi Palestina memasuki kota dan desa mereka.

    Sejumlah warga mengatakan mereka sudah lama tidak mengingat situasi seperti ini, sementara jalan-jalan di ibu kota Tel Aviv telah diblokir dan jalanan kosong.

    “Restoran, kafe, semuanya ditutup dan ada perasaan terkejut, kaget, dan takut akan apa yang masih diperkirakan akan terjadi,” kata penulis dan jurnalis asal Inggris, Gideon Levy, kepada BBC.

    “Saat roket pertama jatuh, saya masih jogging di taman, suaranya sangat keras.”

    Pemimpin salah satu dewan regional di Israel selatan, Ofir Liebstein, tewas dalam baku tembak dengan milisi ketika dia pergi membela komunitasnya.

    Baca juga:

    Sementara itu, serangan roket ke arah Israel berlanjut sepanjang Sabtu pagi. Rumah sakit di Kota Ashkelon dan pusat kota Beer Sheva merawat para korban.

    “Warga Israel, kita sedang berperang, bukan dalam operasi atau serangan, tetapi dalam perang,” kata Perdana Menteri Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

    “Saya mengumpulkan para kepala badan keamanan dan memerintahkan – pertama-tama – untuk membersihkan komunitas yang telah disusupi oleh teroris. Hal ini sedang dilakukan.

    “Pada saat yang sama, saya telah memerintahkan mobilisasi cadangan secara besar-besaran dan kami membalas tembakan dengan kekuatan yang belum diketahui musuh.”

    ‘Intelijen Israel tertidur’

    Frank Gardner

    Koresponden keamanan BBC

    Peristiwa serangan Hamas adalah kegagalan intelijen luar biasa bagi Israel.

    Israel memiliki salah satu jaringan intelijen terluas dan canggih di Timur Tengah, baik domestik maupun eksternal.

    Mereka mempunyai informan yang tertanam dalam kelompok milisi tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga di Libanon, Suriah dan tempat lain.

    Di masa lalu, mereka mampu membunuh para pemimpin milisi baik dengan serangan pesawat tak berawak atau bahkan ponsel yang dijadikan jebakan.

    Namun hari ini, di penghujung hari raya Yahudi, nampaknya mereka tertidur.

    Hamas telah mampu merencanakan dan melancarkan serangan yang terkoordinasi dengan hati-hati terhadap Israel yang tampaknya dilakukan secara sangat rahasia.

    Bahwa Israel akan membalas dengan kekuatan besar adalah hal yang wajar. Namun Israel kini akan bertanya-tanya mengapa mata-mata Israel tidak menyadari hal ini dan memberikan peringatan kepada negaranya.

    Seorang komandan senior militer Hamas mengumumkan dimulainya operasi serangan dalam siaran di media Hamas, menyerukan warga Palestina di mana pun untuk berperang.

    “Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di Bumi,” kata Mohammed Deif.

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas – saingan politik Hamas – memimpin pertemuan darurat, dan menegaskan hak rakyat Palestina untuk membela diri melawan “teror pemukim dan pasukan pendudukan”.

    ReutersMiliter Israel dikerahkan setelah serangan roket diluncurkan dari Gaza.

    Investigasi besar-besaran telah dilakukan mengenai bagaimana intelijen Israel gagal melihat serangan Hamas yang terkoordinasi dengan baik, kata pejabat pemerintah Israel kepada BBC.

    Ada kecaman keras dari dunia internasional terhadap serangan Hamas. Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengatakan bahwa Inggris “dengan tegas mengutuk serangan mengerikan yang dilakukan Hamas terhadap warga sipil Israel” dan “Inggris akan selalu mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri”.

    Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menggambarkan serangan itu sebagai “terorisme dalam bentuknya yang paling keji” sementara Amerika Serikat mengutuk kekerasan tersebut dan mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dari tindakan pembalasan.

    Iran mendukung serangan Palestina, dengan mengatakan pihaknya mengucapkan selamat kepada para anggota milisi tersebut. Adapun Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan bahwa Israel yang bertanggung jawab atas meningkatnya kekerasan yang sedang berlangsung.

    (ita/ita)

  • Israel Dapat Info Sebelum Serangan Hamas, Tapi Tak Menyangka Sebesar Ini

    Israel Dapat Info Sebelum Serangan Hamas, Tapi Tak Menyangka Sebesar Ini

    Jakarta

    Serangan besar-besaran Hamas ke Israel terjadi secara mendadak pada akhir pekan lalu. Militer Israel mengaku menerima sebuah laporan intelijen mengenai rencana Hamas, beberapa jam sebelum serangan yang menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel itu.

    “Ada tanda-tanda yang muncul beberapa jam sebelum serangan, dan itu berdasarkan informasi intelijen, tapi kami tidak menyangka akan sebesar ini,” ujar juru bicara militer Israel Daniel Hagari, sebagaimana dikutip media Al Arabiya, Kamis (12/10/2023).

    Menurut Hagari, laporan intelijen tersebut bukanlah peringatan akan adanya kemungkinan serangan, namun dia tidak menjelaskan lebih jauh.

    Dia mengatakan, militer Israel akan menyelidiki masalah ini dan mengungkapkan semua informasi kepada publik Israel.

    Serangan Hamas pada Sabtu (7/10) lalu telah menimbulkan kontroversi di Israel, di tengah banyaknya tuduhan yang dilontarkan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai kegagalan intelijen dalam mengantisipasi serangan ini, serta bagaimana pemerintah menangani masalah ini.

    Netanyahu membantah laporan bahwa pemerintahnya mengetahui serangan itu, dan menekankan bahwa laporan tersebut “sepenuhnya salah.”

    Netanyahu telah mengumumkan perang melawan Hamas usai serangan pada Sabtu lalu. Dia bersumpah akan menghancurkan kelompok tersebut sepenuhnya.

    “Setiap anggota Hamas adalah orang mati,” kata pemimpin veteran sayap kanan Israel itu, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023). Netanyahu pun menyamakan Hamas dengan kelompok ISIS dan berjanji: “Kami akan menghancurkan mereka dan menghancurkan mereka sebagaimana dunia telah menghancurkan Daesh (ISIS).”

  • Netanyahu Bersumpah Hancurkan Hamas Seperti Dunia Hancurkan ISIS

    Netanyahu Bersumpah Hancurkan Hamas Seperti Dunia Hancurkan ISIS

    Jakarta

    Israel terus menggempur Jalur Gaza sejak serangan mendadak Hamas pada Sabtu (7/10) lalu. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan menghancurkan kelompok tersebut sepenuhnya.

    “Setiap anggota Hamas adalah orang mati,” kata pemimpin veteran sayap kanan Israel itu, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023). Netanyahu pun menyamakan Hamas dengan kelompok ISIS dan berjanji: “Kami akan menghancurkan mereka dan menghancurkan mereka sebagaimana dunia telah menghancurkan Daesh (ISIS).”

    Serangan mendadak Hamas pada hari Sabtu (7/10) – yang terburuk dalam 75 tahun sejarah Israel – telah menyebabkan 1.200 orang tewas, menurut militer Israel. Kebanyakan dari mereka adalah warga sipil.

    Di Gaza, para pejabat melaporkan lebih dari 1.000 orang tewas dalam serangan udara dan artileri yang terus menerus dilakukan Israel di daerah kantong-kantong Palestina yang padat penduduk.

    PBB mengatakan 11 stafnya tewas di Gaza sejak Sabtu, sementara Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah mengatakan mereka kehilangan lima anggotanya.

    Di Tepi Barat yang diduduki, setidaknya empat warga Palestina tewas ketika para pemukim Israel bersenjata menyerang sebuah kota di Nablus, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

    Israel telah mengerahkan pasukan, tank, dan kendaraan lapis baja berat lainnya di sekitar Gaza, dalam operasi pembalasan terhadap apa yang disebut Netanyahu sebagai “serangan yang kebiadabannya… belum pernah kita lihat sejak Holocaust”.

  • Di Mana Kami Sembunyi Saat Kematian Datang dari Langit?

    Di Mana Kami Sembunyi Saat Kematian Datang dari Langit?

    Jakarta

    Warga Kota Gaza hidup di tengah ketakutan karena serangan balasan Israel masih terus berlanjut. Namun mereka juga memiliki pilihan yang sangat terbatas untuk menyelamatkan diri.

    “Setiap kali terjadi gempuran, rasanya seperti gempa bumi menghantam gedung. Saya merasakan jantung saya berdebar ketakutan dan seluruh tubuh saya gemetar, kata Nadiya yang enggan menyebutkan nama aslinya.

    Pada Senin (09/10) pagi, dia dibangunkan oleh suara pintu dan jendela yang pecah. “Gempuran dimulai pada pukul 08.00 pagi dan berlangsung hingga tengah malam. Tidak berhenti sedetik pun.”

    Ibu dari dua anak laki-laki satu berusia lima tahun, satu lagi berusia tiga bulan tinggal di rumah susun yang baru saja dibeli dan didekorasi oleh keluarganya. Dia bertahan di sana bersama kedua anaknya, sementara suaminya – seorang dokter di organisasi bantuan internasional – menangani korban luka di lapangan.

    “Apa yang terjadi? Dan kapan itu akan berakhir? anak sulungnya bertanya. Nadiya mengatakan satu-satunya cara untuk menenangkannya adalah dengan mengatakan kepadanya bahwa “mendengar suara ledakan beberapa saat lebih lambat dari ledakan yang sebenarnya terjadi” adalah cara mengetahui bahwa mereka aman.

    Ini adalah jenis pengetahuan yang tidak diharapkan dapat dipahami oleh anak berusia lima tahun, namun bagi Nadiya, ini adalah cara terbaik saat ini.

    Bagaimanapun, ledakan masih berdampak bagi keluarganya karena bayi laki-lakinya yang berusia tiga bulan mengalami kejang-kejang dan menolak makan.

    Selama beberapa hari terakhir, Nadiya menolak meninggalkan rumahnya yang “setiap sudutnya memiliki kenangan. Namun pada Senin (09/10) malam, dia mendengar tetangganya berlari menuruni tangga sambil berteriak: “Evakuasi! Evakuasi!”

    Ibu muda itu ragu-ragu selama beberapa detik, otaknya bingung memutuskan apa yang harus dibawa. Kemudian dia menangis karena ketidakberdayaan dan ketakutan.

    Dia meninggalkan gedung tersebut bersama kedua anaknya, namun mengatakan dia tidak dapat mengenali lingkungan tersebut karena bangunan di sekitar bloknya telah rata dengan tanah.

    Dia kini berusaha untuk sampai ke rumah orang tuanya dengan selamat, namun dia berkata: “Di mana kita bisa bersembunyi ketika kematian datang dari langit?”

    Nadiya dan warga Gaza lainnya yang berbicara dengan BBC mengatakan skala kerusakan di Gaza belum pernah terjadi sebelumnya.

    ‘Tiada tempat yang aman di Gaza’

    Di kawasan lain, Dina, 39 tahun, berlindung dari serangan udara Israel bersama ibu, ayah, saudara perempuan, dan dua keponakannya di vila mereka yang memiliki taman. Mereka tinggal di daerah pesisir kelas atas, Rimal.

    Sebelum serangan Israel berlangsung, kawasan Rimal merupakan kawasan permukiman yang tenang sekitar 3km dari pusat kota.

    Pada Senin (9/10) sore, keluarga tersebut mulai mendengar suara tembakan keras di sekitar lingkungan tersebut.

    “Kami pikir kami aman di dalam rumah, namun tiba-tiba dan tanpa peringatan, jendela pecah, pintu terbanting dan terbang, kata Dina. “Beberapa bagian atap runtuh di sekitar kepala kami.”

    Karena terkejut, mereka tetap tinggal di dalam rumah yang rusak tersebut ketika enam serangan udara berikutnya menghantam daerah itu.

    Saat suasana mulai tenang, Dina dan keluarganya melarikan diri, meninggalkan segalanya.

    Mereka berlari ke rumah sakit untuk menjalani perawatan – Dina mengatakan mereka beruntung luka mereka tidak dalam.

    Ketika mereka kembali ke rumah untuk mengambil barang-barang, rumah itu rata seluruhnya.

    Mereka kini tinggal sementara bersama keluarga lain, dan Dina masih berusaha pulih dari keterkejutannya karena “kehilangan rumah, kenangan, dan tempat di mana kami dulu merasa aman”. “Tidak ada tempat yang aman di Gaza, tambahnya.

    Salah satu warga lainnya, Busha Khalidi, menceritakan betapa “mengerikan situasi di Gaza saat ini.

    Menurutnya, keputusan Israel untuk “menghukum seluruh penduduk secara kolektif adalah kejam.

    “Keponakan saya ketakutan dan hidup dalam teror, yang mereka tahu hanyalah blokade dan perang. Mereka tidak mau pergi ke mana pun tanpa ibu mereka, bahkan ketika di dalam rumah mereka sendiri, tutur Khalidi.

    “Mereka memberi tahu saya bahwa mereka sekeluarga tidur bersama, jadi kalau mereka mati, mereka akan mati bersama.

    Rumah sakit kewalahan menangani pasien

    ReutersBangunan hancur di Gaza akibat serangan balasan Israel

    Di Rumah Sakit Alshifaa yang terbesar di wilayah padat penduduk, direktur rumah sakit tersebut, Dr Mohamed Abo Suleima, mengatakan situasinya mengerikan.

    “Sedikitnya 850 orang tewas dan lebih dari 4.000 orang terluka, katanya.

    Rumah sakit ini mengandalkan generator listrik karena aliran listrik ke jalur tersebut telah terputus dan listriknya hanya cukup untuk digunakan selama tiga hari lagi, ungkapnya.

    Ketika Israel mengumumkan blokade penuh terhadap Gaza, air desalinasi kini menjadi langka di rumah sakit.

    Dr Abo Suleima mengatakan mereka sekarang memprioritaskan penggunaan air bersih hanya untuk “kasus yang menyelamatkan nyawa. Mereka juga harus menutup departemen lain di rumah sakit untuk membantu menyelamatkan nyawa.

    Sang dokter mengkhawatirkan keselamatan pasiennya, dan juga stafnya – ia mengatakan kendaraan ambulans menjadi sasaran dan seorang dokter terbunuh dalam perjalanan ke rumah sakit.

    Menurut badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), pengungsian massal telah meningkat pesat dalam 24 jam terakhir dan lebih dari 187.000 warga Gaza kini meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan.

    Ketika pemboman besar-besaran terus berlanjut, organisasi tersebut telah berhasil menampung 137.500 orang, namun ada kekhawatiran bahwa kapasitasnya akan segera penuh terisi pasien.

    Tak banyak pilihan untuk menyelamatkan diri

    Di tengah situasi itu, warga sipil di Gaza tidak memiliki banyak pilihan untuk menyelamatkan diri.

    Perbatasan dengan Mesir tidak ditutup sepenuhnya, namun hanya 400 orang per hari yang diizinkan keluar-masuk, dengan daftar tunggu yang sangat panjang.

    Jalur untuk keluar dari Gaza bagi warga sipil pun selama ini tak pernah mudah, terutama sejak Israel memulai aksi pembalasan atas serangan Hamas.

    Satu-satunya pilihan bagi masyarakat adalah menyelamatkan diri ke sekolah-sekolah yang dikelola oleh PBB.

    ReutersAnak-anak Palestina yang meninggalkan rumah mereka di tengah serangan Israel, berlindung di sekolah yang dikelola PBB, di Kota Gaza

    PBB mengatakan bahwa tempat penampungan sementara mereka telah terisi 90% dan tidak bisa menampung lebih banyak orang lagi.

    Sebagian orang memilih berlindung di ruang bawah tanah rumah mereka, namun mereka dapat terjebak apabila bangunan tersebut roboh.

    Sekitar 30 keluarga telah terjebak di salah satu ruang bawah tanah pada Senin malam.

    Lebih dari 770 orang tewas dan sekitar 4.100 orang terluka dalam serangan balasan Israel di Gaza.

    Selain itu, lebih dari 187.000 orang mengungsi dan jumlahnya diperkirakan masih akan meningkat.

    Sementara di Israel, lebih dari 900 orang telah meninggal akibat serangan Hamas.

    Toko-toko kosong

    Ishaq, 27, dulu tinggal bersama ibu, ayah, saudari ipar dan kelima anaknya di lingkungan Shujaiyya.

    Setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan memasuki “perang yang panjang dan sulit setelah serangan Hamas pada hari Sabtu (07/10), Ishaq dan keluarganya berusaha mengantisipasi.

    Mereka mengumpulkan barang-barang mereka yang paling berharga dan masing-masing membawa tas kecil sembari mencari perlindungan di pusat kota.

    Dalam perjalanannya, keluarga beranggotakan 20 orang tersebut mencoba untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan makanan, namun toko-toko sudah hampir kosong karena banyak warga Gaza yang bergegas untuk membeli persediaan setelah mereka mengetahui serangan hari Sabtu.

    Mereka akhirnya bersembunyi di sebuah bangunan di tengah kota, bersama dengan keluarga lainnya.

    “Kami tinggal di sana selama 48 jam tanpa listrik atau air, kata Ishaq.

    AFPGedung-gedung hancur akibat serangan Israel ke Gaza.

    Kemudian pada Senin (09/10) malam, dia menerima pesan dari tentara Israel untuk mengevakuasi gedung tersebut pada tengah malam. Pelarian mereka hanya diterangi oleh serangan udara.

    “Yang bisa kami lihat di sekitar kami hanyalah puing-puing bangunan.

    Mereka berjalan ke sebelah utara dari pusat kota menuju salah satu kawasan pemukiman yang biasanya lebih sepi, namun mereka melihat bahwa “sebagian besar bangunan sudah rata dengan tanah”.

    Ishaq dan keluarganya telah bersembunyi selama lebih dari 12 jam di lantai bawah tanah yang gelap di sebuah bangunan yang hancur sebagian, bersama dengan 10 keluarga lainnya.

    “Kami benar-benar hidup dalam ketakutan akan apa yang akan terjadi pada kami dan kami sama-sama berdoa untuk keselamatan, katanya. Mereka masih tidak tahu apa yang harus dilakukan atau ke mana harus pergi selanjutnya.

    ‘Tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya’

    Seorang ibu di Kota Gaza mencoba mengira dia berada di area yang “lebih aman pada Senin (9/10) malam.

    “Orang-orang mengungsi ke rumah kami dan ada 18 orang yang tinggal bersama kami sejak siang kemarin, Najla Shawa, yang bekerja untuk lembaga amal Oxfam.

    Namun dia terbangun pada pukul 01.00 dini hari karena teriakan orang-orang yang meninggalkan daerah tersebut.

    “Bayangkan betapa paniknya, punya enam orang anak, dan 20 orang dari keluarga yang berbeda-beda menaiki mobil kami mencoba untuk melarikan diri, kata Najla.

    Setelah berhasil menemukan tempat berlindung di sebuah restoran, dia kembali ke rumahnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat bangunan di seberang rumahnya telah “rata dan jendela-jendela di rumahnya pecah.

    “Momen-momen ini tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya, ujarnya.

    ReutersRibuan orang kehilangan tempat tinggal mereka di Jalur Gaza akibat gempuran Israel.

    Angkatan Udara Israel mengatakan mereka telah menyerang 200 posisi kelompok milisi dalam semalam.

    Jumlah orang yang tewas di Gaza pun mencapai 300 orang dalam sehari pada Senin (09/10). Menteri Kesehatan Palestina mengatakan dua per tiga di antaranya adalah warga sipil. Lebih dari 100 dari mereka adalah anak-anak dan perempuan.

    Salah satu serangan signifikan menghantam pasar pengungsi, namun Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan sebuah rumah milik komandan Hamas.

    Ketika serangan mereka menghantam rumah tersebut, banyak orang di jalan dan di sekitarnya turut terbunuh.

    Lihat Video: 140 Anak-anak Palestina Tewas Akibat Serangan Israel di Jalur Gaza

    (ita/ita)

  • Ancaman Hamas Bunuh Sandera Bila Israel Tak Henti Serang Gaza

    Ancaman Hamas Bunuh Sandera Bila Israel Tak Henti Serang Gaza

    Jakarta

    Pasukan Hamas menyampaikan telah menyandera warga dan tentara Israel di wilayah Jalur Gaza. Hamas Menyebut akan membunuh sandera jika Israel tidak menghentikan serangan kepada Gaza.

    Seperti dilansir CNN dan Press TV, Senin (9/10/2023), wakil kepala biro politik Hamas Mousa Abu Marzouk dalam wawancara dengan outlet berita Arab al-Ghad TV mengatakan bahwa jumlah warga Israel yang kini disandera ‘belum dihitung namun jumlahnya lebih dari 100 orang’.

    Saat ditanya lebih lanjut soal apakah tentara Israel berada di antara para sandera itu, Marzouk menjawab: “Ada beberapa perwira tinggi.”

    Secara terpisah, juru bicara sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, Abu Ubaida, seperti dilansir Press TV, mengklaim berhasil menangkap sekelompok tentara Israel ketika serangan skala besar Hamas terus berlanjut melawan Israel. Tentara-tentara Israel itu lantas dibawa ke Gaza.

    Ubaida tidak menyebut lebih lanjut jumlah tentara Israel yang kini disandera, namun menyatakan jumlahnya lebih tinggi daripada yang diperkirakan oleh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Diketahui bahwa Netanyahu sebelumnya mengklaim tidak lebih dari ‘lusinan’ warga Israel disandera oleh Hamas.

    “Hari ini, Anda berbicara soal lusinan tahanan dan kami meyakinkan Anda, Netanyahu, bahwa tahanan dari pihak Anda jauh lebih banyak dari jumlah ini, dan Anda harus memantau tentara Anda dengan baik,” tegas Ubaida.

    Militan Jihad Islam, yang juga bermarkas di Jalur Gaza, mengklaim secara terpisah bahwa para petempurnya kini menyandera sebanyak 30 warga Israel di Gaza. Ketua Jihad Islam Ziad al-Nakhala, seperti dilansir Reuters, menegaskan sandera Israel tidak akan dipulangkan ‘hingga semua tahanan kami dibebaskan’ — dia merujuk pada ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Lihat Video: Respons Selebritas Dunia soal Konflik Hamas-Israel

  • Tambah Panas Konflik Sebab Serangan Israel Melebar ke Hizbullah

    Tambah Panas Konflik Sebab Serangan Israel Melebar ke Hizbullah

    Jakarta

    Konflik bersenjata antara Israel dan Hamas melebar ke wilayah Hizbullah. Konflik makin memanas saat Hizbullah membalas serangan Israel.

    Sebagaimana diketahui, perang bersenjata sedang berlangsung antara Israel dan Hamas yang menguasai wilayah Jalur Gaza. Korban tewas akibat pertempuran sengit itu memakan banyak korban, tidak hanya warga Palestina tapi juga warga Israel, dengan total korban tewas melebihi 1.300 orang.

    Sementara itu, seperti dilansir Alarabiya News dan Al Jazeera, Selasa (10/10/2023), Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza dalam pernyataan terbaru melaporkan bahwa sedikitnya 770 warga Palestina tewas, dengan sebanyak 140 orang di antaranya merupakan anak-anak dan 120 orang lainnya merupakan wanita.

    Laporan Kementerian Kesehatan itu juga menyebut sedikitnya 18 orang tewas dan 100 orang lainnya mengalami luka-luka di wilayah Tepi Barat.

    Israel balas menggempur wilayah Jalur Gaza setelah rentetan serangan dilancarkan militan Hamas ke wilayahnya, yang tercatat sebagai salah satu serangan paling berdarah dalam sejarah Israel.

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta PBB segera mengambil tindakan terhadap agresi Israel di Gaza. Abbas meminta serangan Israel ke Palestina dihentikan.

    CNN melaporkan pada Selasa (10/10), menurut kantor berita negara WAFA, Abbas berhubungan melalui telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres. Dalam kontak tersebut Abbas meminta PBB untuk segera turun tangan menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza.

    Hizbullah Puji Serangan Hamas

    Kelompok Hizbullah memuji serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel. Kelompok gerilyawan yang berbasis di Lebanon itu, mengatakan serangan Hamas tersebut adalah pesan kepada negara-negara Arab yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

    Hizbullah mengatakan pihaknya melakukan kontak langsung dengan kepemimpinan Hamas di Gaza dan luar negeri. Hizbullah pun menyerukan masyarakat Arab dan Muslim di seluruh dunia untuk menyatakan dukungan mereka kepada Hamas dan rakyat Palestina.

    Dikutip media The Times of Israel, Sabtu (7/10/2023), Hizbullah menambahkan bahwa perlawanan bersenjata adalah satu-satunya cara untuk menghadapi “agresi” Israel.

    Hizbullah mengatakan operasi yang diluncurkan oleh Hamas terhadap Israel adalah pesan kepada komunitas internasional dan dunia Arab dan Muslim, khususnya negara-negara yang berupaya melakukan normalisasi dengan Israel.

    Hizbullah juga menyerukan kepada pemerintah Israel untuk mempelajari “pelajaran penting” yang diberikan oleh “perlawanan Palestina.”

    Lihat Video: Hubungi Joe Biden, Netanyahu Bandingkan Serangan Hamas dengan Holocaust

  • Israel Tolak Permintaan Palestina untuk Bantuan Masuk ke Gaza

    Israel Tolak Permintaan Palestina untuk Bantuan Masuk ke Gaza

    Jakarta

    Israel disebut menolak permintaan Palestina untuk mengizinkan bantuan makanan hingga medis masuk ke Gaza. Israel memblokade Gaza saat perang berkecamuk antara kelompok Hamas dan Israel.

    Seperti dilansir Aljazeera, Rabu (11/10/2023), Israel menolak permintaan Palestina untuk mengizinkan pasokan makanan dan medis masuk ke Gaza, kata seorang pejabat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

    “Kami segera meminta agar makanan dan pasokan medis diizinkan masuk ke Jalur Gaza tetapi Israel menolaknya,” kata Hussein Al Sheikh.

    “Kami menyerukan organisasi kemanusiaan dan komunitas internasional untuk turun tangan menghentikan serangan tersebut dan mengizinkan bantuan (masuk ke Gaza), karena Jalur Gaza menghadapi bencana kemanusiaan yang besar,” tambahnya.

    Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant diperkirakan akan mengambil bagian dalam pertemuan para menteri pertahanan NATO melalui konferensi video pada hari Kamis, kata seorang pejabat Barat.

    Pertemuan di Brussel sebelumnya dijadwalkan untuk membahas masalah-masalah termasuk perang di Ukraina dan misi NATO di Kosovo dan Irak.

    Namun sesi dengan Gallant ditambahkan setelah serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel pada hari Sabtu, kata pejabat itu.

    Lihat Video: Hubungi Joe Biden, Netanyahu Bandingkan Serangan Hamas dengan Holocaust

    (rfs/rfs)

  • Swedia-Denmark Setop Bantuan ke Palestina, Jerman Anggap Tindakan Salah

    Swedia-Denmark Setop Bantuan ke Palestina, Jerman Anggap Tindakan Salah

    Jakarta

    Menteri Pembangunan Swedia Johan Forssell mengatakan negaranya untuk sementara waktu menghentikan bantuan pembangunan ke wilayah Palestina. Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman menganggap tindakan tersebut salah.

    Seperti dilansir Aljazeera, Rabu (11/10/2023), pemerintah Swedia mengatakan telah memberikan tugas kepada Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA) untuk meninjau bantuan kepada Palestina dan melaporkannya pada awal Desember.

    Para menteri luar negeri Uni Eropa bertemu pada hari Selasa lalu untuk membahas perpecahan di antara 27 anggota UE mengenai apakah akan melanjutkan pembayaran bantuan kepada Palestina sehari setelah Komisi Eropa menarik kembali pengumuman yang menangguhkan semua bantuan tersebut.

    Negara tetangga Swedia, Denmark, sebelumnya mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan bantuannya. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan mengakhiri bantuan kemanusiaan adalah hal yang ‘salah’.

    Menteri Luar Negeri Jerman mengatakan mengakhiri bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina adalah tindakan yang ‘sepenuhnya salah’. Sebelum pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa untuk membahas apakah akan mempertahankan pembayaran bantuan ke Palestina di tengah konflik, Annalena Baerbock mengatakan bahwa “saat ini adalah tindakan yang salah jika menghentikan bantuan kemanusiaan yang penting kepada penduduk sipil.”

    “Jutaan orang, termasuk banyak anak-anak, di wilayah Palestina, bergantung pada kami untuk makanan, air, dan obat-obatan,” tambahnya.

    Pernyataan Baerbock muncul setelah pejabat Komisi Oliver Varhelyi mengatakan pada hari Senin bahwa bantuan Uni Eropa akan dihentikan.

    Lihat Video: Hubungi Joe Biden, Netanyahu Bandingkan Serangan Hamas dengan Holocaust

    (rfs/rfs)

  • Cara Hamas Melakukan Serangan Mendadak yang Tak Diduga Siapa Pun

    Cara Hamas Melakukan Serangan Mendadak yang Tak Diduga Siapa Pun

    Jakarta

    Banyak warga Israel tengah tertidur lelap ketika peristiwa itu terjadi.

    Hari Sabtu (07/10) lalu adalah hari raya Sabat Yahudi, yang berarti banyak keluarga Israel akan menghabiskan waktu bersama di rumah atau di sinagoga. Sebagian lainnya bertemu dengan kawan-kawan mereka.

    Namun, ketika fajar mulai menyingsing, sejumlah roket menghujani wilayah Israel, menandakan dimulainya serangan dengan skala dan koordinasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Selama bertahun-tahun, Israel telah memperkuat penghalang di perbatasan antara wilayahnya dan sebagian wilayah Palestina di Gaza. Dalam beberapa jam, terungkap bahwa penghalang itu mudah ditembus.

    BBC News telah menganalisis rekaman yang diambil oleh kelompok milisi dan warga sipil untuk mengetahui bagaimana Hamas mengoordinasikan serangan paling kompleks yang mereka lakukan dari Gaza.

    Roket menandakan dimulainya serangan

    Pada pukul 06:30 waktu setempat, roket mulai menghujani kota.

    Roket-roket itu sering kali kesulitan menghindari sistem pertahanan Kubah Besi yang canggih milik Israel – namun ribuan roket ditembakkan dalam waktu singkat untuk melumpuhkannya.

    Skala serangan ini menunjukkan perencanaan yang matang selama berbulan-bulan. Hamas mengatakan pihaknya menembakkan 5.000 peluru pada gelombang pertama (Israel mengatakan jumlahnya setengah dari jumlah tersebut).

    Sirene serangan udara mulai terdengar hingga Tel Aviv – sekitar 60km dari Gaza – dan Yerusalem barat. Asap tampak membubung di atas kota-kota yang terkena serangan roket secara langsung.

    Ketika roket terus menerus diluncurkan, kelompok milisi berkumpul di tempat yang mereka rencanakan untuk menembus perbatasan Gaza yang dijaga ketat.

    Meskipun Israel menarik pasukan dan pemukimnya keluar dari Gaza pada 2005 silam, Israel masih mengontrol wilayah udara, perbatasan dan garis pantai.

    Selain patroli militer rutin di sekeliling perimeter – yang berupa tembok beton di beberapa tempat dan pagar di tempat lain – terdapat juga jaringan kamera dan sensor untuk mencegah serangan.

    Namun dalam beberapa jam, penghalang itu telah ditembus berulang kali.

    BBC

    Bagaimana Hamas menembus perbatasan?

    Sejumlah anggota Hamas mencoba melewati penghalang di perbatasan, termasuk terbang di atasnya dengan paralayang (rekaman yang tidak diverifikasi menunjukkan setidaknya tujuh orang melayang di atas Israel) dan dengan perahu.

    Militer Israel mengatakan mereka telah menggagalkan dua upaya Hamas untuk menyeberang ke Israel dengan mendaratkan kapal di pantai.

    Namun yang membedakan serangan ini adalah beberapa serangan terkoordinasi dan langsung pada titik-titik perlintasan penghalang.

    Baca juga:

    Pada 05.50 waktu setempat, akun Telegram yang terafiliasi dengan organisasi sayap Hamas mengunggah gambar pertama dari darat, yang diambil di Kerem Shalom – penyeberangan paling selatan Gaza.

    Mereka menunjukkan para milisi menyerbu sebuah pos pemeriksaan dan dua jenazah tentara Israel yang berlumuran darah di tanah.

    Gambar lain menunjukkan setidaknya lima sepeda motor, masing-masing membawa dua milisi bersenjatakan senapan, melewati lubang di bagian pagar kawat pembatas yang sudah mereka potong sebelumnya.

    Di bagian perbatasan dengan sedikit penjagaan, sebuah buldoser tampak sedang menghancurkan pagar kawat berduri.

    Sejumlah orang yang tampaknya tidak bersenjata berkumpul di sana, dan beberapa mulai berlari melewati celah tersebut.

    Di Erez – titik terjauh di utara penyeberangan Gaza, sekitar 43,4 km dari Kerem Shalom – Hamas mengerumuni penyeberangan lainnya.

    Rekaman video tentang peristiwa itu diunggah di salah satu saluran propaganda kelompok tersebut.

    Video tersebut menunjukkan ledakan di penghalang beton, yang berfungsi sebagai sinyal untuk memulai serangan, dan seorang milisi kemudian terlihat melambaikan tangan ke sekelompok pejuang menuju lokasi ledakan.

    Delapan pria yang mengenakan rompi antipeluru dan membawa senapan berlari menuju pos pemeriksaan yang dijaga ketat dan menembaki pasukan Israel.

    Kemudian dalam video tersebut, jenazah tentara Israel terlihat tergeletak di lantai saat para milisi pergi dari satu ruangan ke ruangan lain. Mereka tampak jelas sangat terorganisir dan terlatih.

    Baca juga:

    Gaza memiliki tujuh pos perbatasan resmi – enam di antaranya dikuasai Israel, satu pos penyeberangan ke Mesir dikuasai oleh Kairo.

    Namun dalam waktu beberapa jam, Hamas telah menemukan cara untuk memasuki wilayah Israel melalui pos perbatasan tersebut.

    Serangan mencapai jauh ke dalam wilayah Israel

    Anggota Hamas keluar dari Gaza ke segala arah. Kini kita mengetahui dari pihak berwenang Israel bahwa mereka menyerang 27 lokasi berbeda, tampaknya dengan perintah untuk membunuh di tempat.

    Daerah terjauh yang ditembus Hamas adalah kota Ofakim, yang terletak 22,5 km di timur Gaza. Peta di bawah menunjukkan berbagai wilayah yang mereka capai.

    BBC

    Di Sderot, milisi tampak berdiri di belakang mobil bak terbuka yang berkendara melewati kota, yang terletak sekitar 3 km di timur Gaza.

    Sekitar belasan milisi bersenjata tampak menyebar melalui jalan-jalan kosong di Ashkelon, tepat di sebelah utara penyeberangan Erez yang baru saja diserbu.

    Pemandangan serupa terjadi di Israel selatan dan warga sipil diperintahkan oleh militer untuk bersembunyi di dalam rumah.

    Di sebuah festival musik yang digelar di dekat Re’im, sejumlah pria bersenjata menembaki sekelompok anak-anak muda pengunjung festival yang berkumpul di gurun pasir itu.

    Seorang saksi mata mengatakan kepada BBC bagaimana para milisi berkendara dalam sebuah mobil van yang penuh dengan senjata dan menghabiskan tiga jam di daerah tersebut untuk mencari sasaran warga Israel lainnya.

    Tentara dan warga sipil disandera

    Kita sekarang tahu bahwa sejumlah sandera diambil dari festival dan lokasi lainnya, kemudian dibawa ke Gaza. Israel mengatakan 100 orang – tentara dan warga sipil – telah diculik.

    Rekaman video yang diambil di kota Be’ri dan diverifikasi oleh BBC menunjukkan sekitar empat warga sipil dibawa pergi secara paksa oleh milisi.

    Beberapa video yang beredar secara daring menunjukkan warga Israel, beberapa di antaranya terluka parah, diarak di jalan-jalan Gaza yang padat.

    Kekejaman lain – yang belum dapat diverifikasi oleh BBC – dan terlalu gamblang untuk dipublikasikan juga terekam kamera, termasuk seorang pengendara motor yang diseret keluar dari mobilnya dan tenggorokannya digorok. Ada juga jenazah warga sipil dan tentara yang diarak.

    Selain menargetkan komunitas Israel, Hamas juga menyerang dua lokasi militer: sebuah pangkalan di Zikim dan satu lagi di Re’im.

    Rekaman video yang diambil dari dekat Re’im menggambarkan situasi setelah serangan, dengan beberapa mobil yang terbakar tersebar di sepanjang jalan menuju pangkalan. Tidak jelas berapa banyak orang yang tewas dalam pertempuran tersebut.

    Kanal media sosial Hamas berulang kali membagikan foto-foto jenazah tentara Israel. BBC News belum dapat memverifikasi foto-foto ini.

    Hanya dalam waktu beberapa jam setelah serangan roket, ratusan warga Israel meninggal dunia dan itu terjadi dengan cara yang tak pernah terpikirkan oleh siapa pun.

    Bantuan mulai berdatangan di wilayah selatan yang dilanda bencana dalam hitungan jam. Namun Hamas, untuk sementara waktu, berhasil mengendalikan sebagian wilayah di luar Gaza.

    Kecepatan dan ketepatan waktu serangan mendadak ini telah mengejutkan Israel. Pertanyaan tentang bagaimana hal ini bisa terjadi akan ditanyakan selama bertahun-tahun.

    Pada siang hari setelah serangan itu bergulir, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan: “Kita sedang berperang.”

    (ita/ita)