Tag: Benjamin Netanyahu

  • Demi Akhiri Perang Gaza, Israel Tawarkan Ini ke Bos Hamas Yahya Sinwar

    Demi Akhiri Perang Gaza, Israel Tawarkan Ini ke Bos Hamas Yahya Sinwar

    Tel Aviv

    Israel menawarkan jalan keluar aman atau safe exit kepada pemimpin Hamas Yahya Sinwar, sebagai imbalan kelompok itu membebaskan para sandera dan menyerahkan kendali atas Jalur Gaza. Tawaran ini mencuat saat keraguan semakin besar mengenai tekad Tel Aviv dan Hamas mewujudkan gencatan senjata.

    Tawaran safe exit untuk Sinwar itu, seperti dilansir Bloomberg dan Al Arabiya, Rabu (11/9/2024), dilontarkan oleh utusan sandera Israel Gal Hirsch dalam wawancara dengan biro media Bloomberg News di Washington DC, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (10/9) waktu setempat.

    “Saya siap untuk memberikan jalur perjalanan yang aman kepada Sinwar, keluarganya, siapa pun yang ingin bergabung dengannya,” ucap Hirsch dalam wawancara tersebut.

    “Kami menginginkan para sandera kembali. Kami menginginkan demiliterisasi, tentu saja deradikalisasi — sebuah sistem baru yang akan mengelola Gaza,” cetusnya.

    Hirsch mengatakan dirinya telah mengajukan tawaran safe exit itu sekitar satu setengah hari yang lalu, dan menolak untuk menjelaskan tanggapan yang didapatnya sejauh ini. Dia hanya menegaskan bahwa Israel juga bersedia membebaskan para tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan apa pun.

    Lebih lanjut, Hirsch menggambarkan tawaran itu sebagai bagian dari upaya untuk menghasilkan solusi baru karena prospek gencatan senjata semakin suram. Para mediator, yang terdiri atas Qatar, Mesir dan AS, terus berupaya mengajukan proposal gencatan senjata baru kepada Tel Aviv, namun Hirsch mengatakan Hamas sejauh ini berusaha mendiktekan persyaratan dibandingkan bernegosiasi.

    Tidak diketahui secara jelas apakah kelompok Hamas akan menerima tawaran Israel agar Sinwar meninggalkan Jalur Gaza, terutama mengingat sejarah operasi Israel yang juga menargetkan anggota Hamas di luar negeri.

    Israel tidak mengklaim tanggung jawab atas pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli lalu di Teheran, Iran. Meskipun otoritas Iran secara terang-terangan menuduh Tel Aviv sebagai dalang pembunuhan Haniyeh, yang tewas dalam serangan yang menghantam wisma tamu di Teheran.

    Yang semakin parah, Israel memandang Sinwar sebagai dalang serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Jalur Gaza dan sebagai simbol perjuangan bersenjata Palestina. Sama seperti Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, Hirsch menyamakan Sinwar dengan Adolf Hitler.

    “Secara paralel, saya harus menjalankan rencana B, rencana C, dan rencana D karena saya harus memulangkan para sandera. Waktu terus berlalu, para sandera tidak memiliki waktu,” ucapnya.

    Para pemimpin Israel telah melontarkan gagasan pengasingan bagi para pemimpin Hamas sebelumnya. Pada Mei lalu, Netanyahu mengatakan kepada podcast “Call Me Back” bahwa gagasan pengasingan “ada, kami selalu mendiskusikannya, tapi menurut saya yang paling penting adalah mereka menyerah”.

    “Jika mereka (Hamas-red) meletakkan senjata mereka, perang akan berakhir,” tegas Netanyahu pada saat itu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Erdogan Serukan Negara-negara Islam Bikin Aliansi Melawan Israel

    Erdogan Serukan Negara-negara Islam Bikin Aliansi Melawan Israel

    Istanbul

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan negara-negara Islam untuk membentuk aliansi guna melawan Israel. Erdogan mencetuskan aliansi negara-negara Islam itu harus melawan apa yang disebutnya sebagai “ancaman ekspansionisme yang semakin berkembang” dari Tel Aviv.

    Seruan dari Erdogan itu, seperti dilansir Reuters, Senin (9/9/2024), disampaikan setelah dia membahas apa yang disebut para pejabat Palestina dan Turki sebagai pembunuhan oleh pasukan Israel terhadap seorang wanita keturunan Turki-Amerika yang ikut unjuk rasa menentang perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat.

    “Satu-satunya langkah yang akan menghentikan arogansi Israel, banditisme Israel, dan terorisme negara Israel adalah aliansi negara-negara Islam,” cetus Erdogan saat berbicara dalam acara asosiasi sekolah-sekolah Islam di dekat Istanbul.

    Erdogan mengatakan bahwa langka-langkah baru-baru ini yang diambil Turki untuk meningkatkan hubungan dengan Mesir dan Suriah bertujuan untuk “membentuk garis solidaritas dalam melawan meningkatnya ancaman ekspansionisme”, yang menurutnya juga mengancam Lebanon dan Suriah.

    Pekan ini, Erdogan menjamu Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Ankara. Kunjungan itu yang pertama dalam 12 tahun terakhir bagi seorang Presiden Mesir untuk mendatangi Turki. Keduanya membahas soal perang Gaza dan cara-cara untuk memperbaiki hubungan kedua negara yang sejak lama membeku.

    Hubungan antara Ankara dan Kairo mulai mencair pada tahun 2020 ketika Turki memulai upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan dengan negara-negara yang bermusuhan di kawasan.

    Erdogan mengatakan pada Juli lalu bahwa Turki akan menyampaikan undangan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad “kapan saja” untuk kemungkinan melakukan pembicaraan guna memulihkan hubungan antara kedua negara bertetangga itu, yang memutuskan hubungan tahun 2011 lalu usai konflik Suriah pecah.

    Lihat Video ‘Erdogan Kecam Militer Israel yang Tembak Mati Aktivis Turki-AS di Tepi Barat’:

    Israel belum memberikan komentar atas pernyataan Erdogan tersebut.

    Militer Israel mengatakan setelah insiden pada Jumat (6/9) lalu bahwa pihaknya sedang menyelidiki laporan soal wanita warga negara asing “tewas akibat tembakan di Tepi Barat”. Disebutkan bahwa detail insiden itu dan situasi yang melingkupinya masih dalam peninjauan.

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu juga belum berkomentar atas insiden penembakan itu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hamas Tuduh Netanyahu Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

    Hamas Tuduh Netanyahu Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

    Gaza City

    Kelompok Hamas menuduh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berusaha “menggagalkan” kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Tuduhan ini disampaikan Hamas setelah Netanyahu menyebut kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu “menolak semuanya” dalam perundingan.

    Aksi saling tuding ini terjadi ketika Netanyahu menghadapi tekanan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang juga mengatur soal pembebasan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, setelah pemerintah Tel Aviv mengumumkan kematian enam sandera yang jenazahnya ditemukan di terowongan bawah tanah.

    Demikian seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (5/9/2024).

    Netanyahu menegaskan bahwa Israel harus mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphi di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir untuk mencegah penyelundupan senjata ke Hamas.

    Namun Hamas menuntut penarikan sepenuhnya pasukan Israel dari seluruh wilayah Jalur Gaza, terutama area Koridor Philadelphi. Dalam pernyataan terbaru pada Kamis (5/9), Hamas menilai sikap Netanyahu yang bersikeras mengenai zona perbatasan itu “bertujuan untuk menggagalkan tercapainya kesepakatan”.

    Kelompok militan yang berperang melawan Israel selama 11 bulan terakhir ini, menegaskan proposal baru untuk gencatan senjata Gaza tidak diperlukan, karena beberapa bulan lalu mereka telah menyetujui proposal yang diuraikan ke publik oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Juli lalu.

    “Kami tidak memerlukan proposal baru,” tegas kelompok Hamas dalam pernyataan via Telegram.

    “Kami memperingatkan agar tidak terjatuh ke dalam perangkap Netanyahu dan tipu muslihatnya, yang menggunakan negosiasi untuk memperpanjang agresi terhadap rakyat kami,” cetus Hamas.

    Dalam konferensi pers pada Rabu (4/9) waktu setempat, Netanyahu menyebut Hamas telah menolak semua elemen proposal gencatan senjata di Jalur Gaza, yang akan memfasilitasi pembebasan para sandera.

    “Hamas telah menolak semuanya… Saya berharap ada perubahan karena saya ingin para sandera itu dibebaskan,” ucap Netanyahu.

    “Kami berusaha mencari beberapa ruang untuk memulai perundingan,” tuturnya.

    “Mereka (Hamas-red) menolak untuk melakukan itu… Mereka mengatakan tidak ada yang perlu dibicarakan,” imbuh Netanyahu dalam konferensi pers.

    Menanggapi sikap Hamas dan Israel tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan kepada wartawan bahwa Washington berpendapat “ada cara untuk mengatasi” kebuntuan tersebut. AS diperkirakan akan mengajukan proposal baru untuk memecah kebuntuan yang terjadi.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Netanyahu Sebut Hamas Tolak Perundingan Gencatan Senjata Gaza

    Netanyahu Sebut Hamas Tolak Perundingan Gencatan Senjata Gaza

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut kelompok Hamas telah menolak semua elemen proposal gencatan senjata di Jalur Gaza, yang akan memfasilitasi pembebasan para sandera. Netanyahu menuduh Hamas enggan memulai perundingan baru membahas gencatan senjata tersebut.

    “Hamas telah menolak semuanya… Saya berharap ada perubahan karena saya ingin para sandera itu dibebaskan,” ucap Netanyahu dalam konferensi pers pada Rabu (4/9), yang memicu keraguan untuk potensi kesepakatan gencatan senjata, seperti dilansir Kamis (5/9/2024).

    Pernyataan Netanyahu disampaikan sehari setelah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan sudah “saatnya melakukan finalisasi kesepakatan itu”.

    “Kami berusaha mencari beberapa ruang untuk memulai perundingan,” tuturnya.

    “Mereka (Hamas-red) menolak untuk melakukan itu… Mereka mengatakan tidak ada yang perlu dibicarakan,” imbuh Netanyahu.

    Netanyahu mendapat tekanan tambahan dari dalam negeri dan luar negeri untuk mencapai kesepakatan yang mengatur pembebasan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, setelah otoritas Israel mengumumkan kematian enam sandera yang jenazahnya ditemukan di terowongan bawah tanah.

    Pada Senin (2/9) waktu setempat, Netanyahu menegaskan pasukan Tel Aviv akan mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphi yang ada di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir. Dia juga bersumpah “tidak akan menyerah pada tekanan” atas masalah tersebut.

    Hamas, yang serangannya terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu memicu perang di Jalur Gaza, menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari daerah kantong Palestina tersebut sebagai bagian dari perundingan gencatan senjata yang terhenti, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan AS.

    Namun Netanyahu, dalam konferensi pers pada Rabu (4/9) waktu setempat, menegaskan posisinya soal Koridor Philadelphi, dengan mengatakan bahwa penyerahan kendali atas koridor itu akan memungkinkan Hamas menyelundupkan senjata dan sandera serta “para teroris” keluar dari Jalur Gaza.

    “Anda perlu sesuatu untuk menekan mereka, mencegah mereka, menekan mereka agar melepaskan sandera yang tersisa. Jadi jika Anda ingin membebaskan para sandera, Anda harus mengendalikan Koridor Philadelphi,” tegasnya.

    Ditambahkan juga oleh Netanyahu bahwa perdebatan soal Koridor Philadelphi bukanlah satu-satunya hal yang mencuat.

    Dia menyebut masih banyak hal yang belum terjawab, termasuk pertanyaan soal berapa banyak tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan pembebasan sandera, apakah Israel bisa memveto pembebasan tahanan tertentu dan ke mana tahanan yang dibebaskan itu harus dibawa.

    “Semuanya belum terselesaikan,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Warga Israel Mogok Massal Protes Kematian 6 Sandera, Bandara Ditutup

    Warga Israel Mogok Massal Protes Kematian 6 Sandera, Bandara Ditutup

    Tel Aviv

    Unjuk rasa secara nasional, yang diwarnai aksi mogok kerja massal, berlangsung di berbagai wilayah Israel mulai Senin (2/9) waktu setempat, setelah pasukan Tel Aviv menemukan enam jenazah sandera di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza.

    Aksi itu dimaksudkan untuk menekan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu agar mencapai kesepakatan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina yang ditahan di negara tersebut.

    Demikian seperti dilansir The Jerusalem Post dan Anadolu Agency, Senin (2/9/2024).

    Juru bicara serikat pekerja terbesar Israel, Histadrut, mengumumkan bahwa Bandara Ben Gurion akan ditutup pada Senin (2/9) pagi, mulai pukul 08.00 waktu setempat, dengan seluruh aktivitas lepas landas dan pendaratan akan dihentikan mulai jam tersebut.

    Penutupan Bandara Ben Gurion itu menjadi bagian dari aksi mogok kerja massal yang berlangsung secara nasional di Israel mulai pukul 06.00 waktu setempat.

    Saat ditanya berapa lama penutupan operasional Bandara Ben Gurion akan berlangsung, juru bicara Histadrut menjawab “tidak jelas”.

    Kepala Histradrut, Arnon Bar-David, mengumumkan pada Minggu (1/9) waktu setempat bahwa akan terjadi aksi mogok kerja massal secara luas, dan unjuk rasa besar-besaran, yang bertujuan menyerukan pemulangan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

    Bar-David menyebut ratusan ribu orang akan turun ke jalanan dalam unjuk rasa besar-besaran di berbagai wilayah Israel.

    “Besok (2/9), mulai pukul 06.00 pagi, perekonomian Israel akan terhenti. Saya tidak akan membiarkan begitu saja pengabaian yang terjadi,” tegas Bar-David dalam pernyataan pada Minggu (1/9) waktu setempat.

    Pengumuman itu disampaikan saat ribuan warga Israel berdemo di berbagai wilayah negara tersebut, menyerukan pemulangan para sandera dari Jalur Gaza dan memprotes pengabaian pemerintah Tel Aviv terhadap para sandera.

    Mogok kerja massal dan unjuk rasa besar-besaran itu dilakukan beberapa jam setelah militer Tel Aviv mengumumkan enam jenazah sandera telah dievakuasi dari Jalur Gaza.

    Sebelumnya dilaporkan oleh militer Israel bahwa keenam jenazah sandera itu ditemukan di dalam terowongan bawah tanah yang ada di area selatan Rafah di Jalur Gaza, atau sekitar satu kilometer dari lokasi pasukan Israel menyelamatkan satu sandera lainnya dalam keadaan hidup pada Selasa (27/8) pekan lalu.

    Hamas menyebut para sandera itu tewas karena serangan pasukan Israel di area itu. Namun militer Israel membantah, dengan juru bicara militer Tel Aviv Letnan Kolonel Nadav Shoshani menyebut keenam sandera itu dibunuh oleh “teroris” Hamas.

    Laporan surat kabar Israel, Haaretz, yang mengutip sumber Israel menyebut tiga dari enam sandera yang tewas itu seharusnya dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan pertukaran sandera-tahanan yang saat ini masih dinegosiasikan.

    “Mereka muncul dalam daftar yang diberikan pada awal Juli. Ada kemungkinan sebelumnya untuk memulangkan mereka dalam keadaan hidup,” ucap sumber Israel tersebut.

    Otoritas Israel memperkirakan ada lebih dari 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas dan militan lainnya di Jalur Gaza, dengan beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh.

    Selama berbulan-bulan, Qatar dan Mesir bersama Amerika Serikat (AS) yang bertindak sebagai mediator telah berupaya keras mewujudkan kesepakatan antara Israel dan Hamas, untuk memastikan gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan serta mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.

    Namun upaya mediasi itu terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas soal menghentikan perang di Jalur Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • 6 Sandera Tewas di Gaza, Netanyahu Bersumpah Balas Dendam ke Hamas!

    6 Sandera Tewas di Gaza, Netanyahu Bersumpah Balas Dendam ke Hamas!

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan “membalas dendam” ke kelompok Hamas setelah pasukan Tel Aviv menemukan enam jenazah sandera di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza. Pejabat Hamas menyalahkan serangan udara Israel sebagai penyebab kematian para sandera itu.

    “Mereka yang membunuh para sandera, tidak menginginkan kesepakatan (untuk gencatan senjata di Gaza),” tegas Netanyahu dalam pernyataannya pada Minggu (1/9), seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (2/9/2024).

    Netanyahu kemudian melontarkan pesan khusus kepada para pemimpin Hamas atas kematian para sandera tersebut. “Kami akan memburu Anda, kami akan menangkap Anda, dan kami akan membalas dendam,” tegasnya.

    Dalam pernyataan sebelumnya, seorang pejabat senior Hamas, Izzat al-Risheq, seperti dikutip Al Jazeera, menyalahkan Israel atas kematian enam sandera yang jenazahnya ditemukan di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza bagian selatan. Dia menyebut para sandera itu tewas karena serangan Israel di area itu.

    “Terbunuh oleh tembakan dan pengeboman pendudukan (Israel-red),” sebut pejabat Hamas tersebut.

    Namun militer Israel membantah tuduhan Hamas itu, dengan juru bicara militer Tel Aviv Letnan Kolonel Nadav Shoshani saat berbicara kepada wartawan mengungkapkan bahwa keenam sandera itu dibunuh oleh Hamas.

    “Menurut penilaian awal kami, mereka (para sandera) dibunuh secara brutal oleh para teroris Hamas,” sebutnya.

    “Kami mengetahui mereka dibunuh oleh para teroris Hamas. Kami mengetahui — saya bisa memberitahu Anda — tidak ada serangan yang terjadi secara real-time di dalam terowongan tersebut,” tegas Shoshani kepada para wartawan.

    Dia menyebut tuduhan Hamas soal para sandera tewas dibunuh pasukan Israel hanyalah “perang psikologis”.

    Shoshani mengatakan bahwa keenam jenazah sandera itu ditemukan di dalam terowongan bawah tanah yang ada di area selatan Rafah, atau sekitar satu kilometer dari lokasi pasukan Israel menyelamatkan satu sandera lainnya dalam keadaan hidup pada Selasa (27/8) pekan lalu.

    Netanyahu, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa Israel “berjuang di semua front melawan musuh kejam yang ingin membunuh kita semua”. Dia menyinggung soal penembakan di dekat Hebron, Tepi Barat, pada Minggu (1/9) yang dilaporkan menewaskan tiga polisi Israel.

    Hamas belum mengklaim penembakan itu, namun menyebutnya sebagai “operasi heroik yang dilakukan kelompok perlawanan”.

    “Fakta bahwa Hamas terus melakukan kekejaman seperti yang dilakukan pada 7 Oktober, mengharuskan kita untuk melakukan segala hal yang kita bisa untuk memastikan Hamas tidak bisa lagi melakukan hal tersebut,” cetus Netanyahu dalam pernyataannya.

    Lihat Video ‘Warga Israel Marah ke Netanyahu, Tuntut Pemulangan Sandera di Gaza’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Gempuran Israel Targetkan Polisi Hamas di Sekolah Gaza, 11 Orang Tewas

    Gempuran Israel Targetkan Polisi Hamas di Sekolah Gaza, 11 Orang Tewas

    Gaza City

    Serangan udara Israel menargetkan sekelompok polisi Hamas yang berjaga di sebuah sekolah di Jalur Gaza, yang kini menjadi tempat penampungan para pengungsi Palestina. Sedikitnya 11 orang tewas dalam serangan yang terjadi pada Minggu (1/9) waktu setempat.

    Militer Israel mengklaim serangan udaranya itu menghantam pusat komando Hamas di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (2/9/2024).
    “Sedikitnya 11 orang, termasuk seorang wanita dan seorang anak perempuan, tewas ketika serangan udara Israel menghantam sekolah Safad di Gaza City yang menampung para pengungsi,” tutur juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, saat berbicara kepada AFP.

    Disebutkan juga oleh Bassal bahwa beberapa orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel tersebut.

    Seorang pejabat kesehatan Gaza lainnya, yang enggan disebut namanya, mengakui bahwa terdapat pos polisi Hamas di kompleks sekolah tersebut.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut Angkatan Udaranya telah menyerang pusat komando Hamas yang ada di sekolah Safad di Jalur Gaza.

    “IAF (Angkatan Udara Israel-red) menyerang teroris-teroris Hamas yang beroperasi di dalam pusat komando dan kendali yang terletak di dalam area yang sebelumnya berfungsi sebagai sekolah Safad di Gaza City,” demikian pernyataan militer Israel mengenai serangannya tersebut.

    Lihat Video ‘Warga Israel Marah ke Netanyahu, Tuntut Pemulangan Sandera di Gaza’:

    Perang yang berkecamuk antara militer Israel dan kelompok Hamas meletus setelah militan Gaza itu menyerang Tel Aviv pada 7 Oktober tahun lalu. Serangan Hamas itu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Sejak saat itu, militer Israel tanpa henti mengebom Jalur Gaza dari udara, laut dan darat. Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 40.738 orang, kebanyakan warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel selama 11 bulan terakhir.

    Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagian korban tewas di Jalur Gaza adalah perempuan dan anak-anak.

    Lihat Video ‘Warga Israel Marah ke Netanyahu, Tuntut Pemulangan Sandera di Gaza’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • Warga Israel Demo Desak Gencatan Senjata Usai 6 Sandera Tewas di Gaza

    Warga Israel Demo Desak Gencatan Senjata Usai 6 Sandera Tewas di Gaza

    Jakarta

    Puluhan ribu warga Israel turun ke jalan menuntut kesepakatan gencatan senjata setelah enam sandera ditemukan tewas di Gaza. Demo ini juga diikuti aksi pemogokan oleh serikat pekerja Israel.

    Dilansir Aljazeera, Senin (2/9/2024), terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan pada Minggu (1/9) malam waktu setempat. Para pengunjuk rasa menuntut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyepakati gencatan senjata dengan Hamas.

    Para pengunjuk rasa meneriakkan “Sekarang! Sekarang!” dan menuntut Netanyahu mencapai gencatan senjata dengan kelompok Palestina Hamas untuk memulangkan para tawanan yang tersisa.

    Banyak warga Israel memblokir jalan-jalan di Tel Aviv dan berdemonstrasi di luar kantor Netanyahu di Yerusalem Barat.

    Dalam sebuah pernyataan, Forum Sandera dan Keluarga Hilang, yang mewakili keluarga para tawanan yang ditahan di Gaza, mengatakan kematian enam sandera adalah akibat langsung dari kegagalan Netanyahu mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran dan memulangkan orang-orang yang mereka cintai.

    “Mereka semua dibunuh dalam beberapa hari terakhir, setelah bertahan selama hampir 11 bulan dari penganiayaan, penyiksaan dan kelaparan di penawanan Hamas,” kata forum tersebut.

    Salah satu sandera yang tewas adalah Carmel Gat, sepupunya bernama Gil Dickmann mendesak Israel untuk memberikan tekanan lebih besar pada pemerintah mereka.

    Lebih lanjut, kolumnis surat kabar Israel Haaretz, Gideon Levy, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Netanyahu telah membela partai-partai sayap kanan di pemerintahannya yang menentang konsesi apa pun kepada Hamas.

    “Mereka [pihak-pihak] tidak peduli dengan para sandera,” katanya.

    Levy menekankan bahwa di dalam Partai Likud Netanyahu, kelompok terbesar di pemerintahan, Netanyahu memiliki banyak kekuasaan dan partai tersebut mendukungnya.

    “Oleh karena itu, tantangan dari dalam pemerintah sangat terbatas,” ujarnya.

    “Tantangan yang nyata dan satu-satunya yang mungkin terjadi adalah jalanan (demo), namun masih terlalu dini untuk menilainya,” imbuhnya.

    (zap/yld)

  • Hamas Tunjuk Hidung Israel Usai Serangan Udara Tewaskan Sandera

    Hamas Tunjuk Hidung Israel Usai Serangan Udara Tewaskan Sandera

    Gaza

    Israel menemukan enam jenazah sandera di terowongan bawah tanah Gaza, Palestina. Hamas menuding serangan udara Israel yang menyebabkan enam sandera itu tewas.

    Dilansir AFP, Minggu (1/9/2024), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden awalnya menyebut jenazah warga AS Hersh Goldberg-Polin termasuk di antara enam mayat sandera yang ditemukan di Gaza. Biden menyebut mayat itu ditemukan di terowongan di bawah Rafah, Gaza.

    “Hari ini, di sebuah terowongan di bawah kota Rafah, pasukan Israel menemukan enam jenazah sandera yang ditawan Hamas,” kata Biden.

    “Kami kini telah mengonfirmasi bahwa salah satu sandera, adalah warga negara Amerika, Hersh Goldberg-Polin,” imbuh Biden.

    Pria berusia 23 tahun itu merupakan satu di antara 251 sandera yang ditangkap Hamas saat serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan. Sekitar 100 sandera diyakini masih ditawan. Israel menyebut puluhan di antaranya telah tewas.

    Orang tua Goldberg-Polin, yang diculik dari festival musik Supernova, menyampaikan pidato di hadapan delegasi di Konvensi Nasional Demokrat di Chicago bulan lalu. Pasangan itu juga bergabung dengan kerabat sandera lainnya yang berunjuk rasa di dekat perbatasan Gaza pada Kamis (29/8).

    “Hersh! Ini Ibu, aku mencintaimu, tetaplah kuat, bertahanlah,” teriak Rachel Goldberg-Polin ke mikrofon.

    Putranya bersembunyi di tempat perlindungan bom bersama orang lain pada 7 Oktober 2023, tetapi tempat itu dikepung oleh orang-orang bersenjata. Video yang dirilis Hamas pada hari itu menunjukkan Goldber-Polin sedang dinaikkan ke pikap dengan sebagian lengan kirinya, yang hancur dalam serangan itu, hilang.

    Dia juga muncul dalam sebuah video bukti kehidupan yang dirilis oleh Hamas pada 24 April 2024. Saat itu, dia mengatakan para tawanan hidup ‘di neraka’. Lengan kirinya telah diamputasi di bawah siku.

    Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang. Israel lalu melakukan serangan yang mereka klaim balasan dan untuk memusnahkan Hamas di Gaza.

    Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 40.691 orang Palestina. Sebagian besar korban tewas adalah wanita dan anak-anak. Jutaan warga Gaza juga menjadi pengungsi akibat serangan Israel.

    Hamas Salahkan Serangan Israel

    Pejabat senior Hamas, Izzat al-Risheq, menyalahkan Israel terkait tewasnya enam sandera di terowongan itu. Hamas menyebut para sandera tewas karena serangan udara Israel pada Sabtu (31/8).

    Dilansir Al-Jazeera, Al-Risheq juga menyalahkan AS atas ‘bias, dukungan, dan kemitraannya’ dalam perang selama 11 bulan di wilayah yang terkepung itu. Pejabat itu menyatakan Hamas lebih peduli dengan kehidupan para sandera daripada Presiden AS Joe Biden.

    Dia menekankan Hamas telah menerima usulan dan resolusi Dewan Keamanan PBB. Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan dan resolusi tersebut.

    Hamas juga menuding Netanyahu menghalangi tercapainya kesepakatan guna mempertahankan kekuasaan di Israel.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Serangan Terbaru di Gaza

    Israel juga meluncurkan serangan yang menewaskan sedikitnya 48 orang di Jalur Gaza, Palestina, pada Sabtu (31/8). Serangan terjadi di wilayah tengah dan selatan Gaza menjelang dimulainya vaksinasi polio di wilayah itu.

    Dilansir Reuters, Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mulai melakukan vaksinasi polio terhadap 640.000 anak di wilayah itu. Vaksinasi polio itu akan beradu cepat dengan waktu.

    Israel hanya memberi jeda 8 jam setiap hari dalam pertempuran antara pasukan Israel dan militan Hamas di wilayah tertentu. Wakil Menteri Kesehatan Gaza, Yousef Abu Al-Reesh, mengatakan tim vaksinasi akan mencoba menjangkau sebanyak mungkin wilayah untuk memastikan cakupan yang luas, tetapi dia mengatakan hanya gencatan senjata yang komprehensif yang dapat menjamin cukup banyak anak yang dijangkau.

    “Jika masyarakat internasional benar-benar menginginkan kampanye ini berhasil, mereka harus menyerukan gencatan senjata, mengetahui bahwa virus ini tidak akan berhenti, dan dapat menyebar ke mana saja,” katanya kepada wartawan di Rumah Sakit Nasser di kota selatan Khan Younis.

    Petugas medis telah memberikan vaksin kepada beberapa anak di bangsal Rumah Sakit Nasser pada Sabtu (31/8) sebagai langkah simbolis sebelum kampanye resmi dimulai. Kampanye ini menyusul munculnya kasus bayi lumpuh sebagian akibat virus polio tipe 2 yang menjadi kasus pertama di wilayah tersebut dalam 25 tahun.

    Pejabat WHO mengatakan sedikitnya 90% anak-anak perlu divaksinasi dua kali dengan jarak 4 minggu antardosis agar upaya ini berhasil. Tetapi, vaksinasi ini menghadapi tantangan besar di Gaza, yang sebagian besar telah hancur akibat perang selama hampir 11 bulan.

    Pada hari Sabtu, saat lebih dari 2.000 pekerja medis dan masyarakat bersiap untuk memulai vaksinasi, petugas medis di Nuseirat, salah satu dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza, mengatakan serangan Israel yang terpisah menewaskan sedikitnya 19 orang, termasuk sembilan anggota keluarga yang sama.

    Lebih dari 30 orang lainnya tewas dalam serangkaian serangan di wilayah lain di Gaza. Warga dan sumber militan mengatakan pejuang dari Hamas, Jihad Islam, dan kelompok lain bertempur melawan pasukan Israel di lingkungan Zeitoun Gaza utara, tempat tank-tank telah beroperasi selama berhari-hari, dan di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir.

    Militer Israel menyatakan akan terus beroperasi di Jalur Gaza tengah dan selatan. Pasukan Israel mengklaim telah membunuh militan dan membongkar infrastruktur militer di Kota Gaza, sementara mereka menemukan senjata dan membunuh orang-orang bersenjata di Tel Al-Sultan di Rafah barat.

    Di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, keluarga-keluarga kembali ke daerah mereka setelah tentara mengakhiri serangan selama 22 hari yang katanya ditujukan untuk mencegah Hamas berkumpul kembali. Rekaman menunjukkan area yang luas diratakan, dan bangunan serta infrastruktur hancur.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

  • AS Beri Sanksi Baru Terhadap Pemukim Israel atas Kekerasan di Tepi Barat

    AS Beri Sanksi Baru Terhadap Pemukim Israel atas Kekerasan di Tepi Barat

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) mengumumkan sanksi baru terhadap pemukim Israel di Tepi Barat atas kekerasan terhadap warga Palestina. AS mendesak sekutunya Israel untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

    Dilansir AFP, Rabu (28/8/2024), sanksi tersebut diumumkan pada hari yang sama ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran di Tepi Barat yang menewaskan sembilan warga Palestina, meskipun ada peringatan dari pemerintahan Presiden Joe Biden agar tidak memperluas perang di Gaza.

    “Kekerasan pemukim ekstremis di Tepi Barat menyebabkan penderitaan manusia yang hebat, membahayakan keamanan Israel, dan merusak prospek perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller, dalam sebuah pernyataan.

    “Sangat penting bagi pemerintah Israel untuk meminta pertanggungjawaban setiap individu dan entitas yang bertanggung jawab atas kekerasan terhadap warga sipil di Tepi Barat,” katanya.

    Sasaran sanksi terbaru termasuk Hashomer Yosh, sebuah kelompok Israel yang telah mendukung pos terdepan pemukim ilegal Meitarim Farm di selatan Hebron Hills. Departemen Luar Negeri AS mengatakan Relawan dari kelompok tersebut awal tahun ini memagari sebuah desa yang 250 penduduk Palestina semuanya telah dipaksa pergi.

    Situs web Hashomer Yosh, yang menggunakan nama alkitabiah untuk Tepi Barat, mengatakan kelompok tersebut membantu “berbagai petani di seluruh Yudea dan Samaria, yang dengan berani melindungi tanah kami dan berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan ekonomi dan kejahatan pertanian yang sering terjadi.”

    Departemen Luar Negeri juga menjatuhkan sanksi terhadap Yitzhak Levi Filant, yang dituduh memimpin pemukim bersenjata dalam mendirikan blokade jalan dan patroli dengan tujuan menyerang warga Palestina.

    Setidaknya 640 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat oleh pasukan atau pemukim Israel sejak dimulainya perang Gaza, menurut hitungan AFP berdasarkan angka resmi Palestina.

    Amerika Serikat telah berulang kali menyuarakan kekhawatirannya kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang kekerasan pemukim dan tentang perluasan permukiman yang didukung oleh anggota sayap kanan pemerintahannya.

    Sanksi AS pada umumnya melarang target dari sistem keuangan AS, yang menyebabkan bank-bank Israel membatasi transaksi dengan individu yang dikenai sanksi karena takut akan dampak buruk. Namun, pemerintahan Biden telah menunda pemberian sanksi kepada menteri pemerintah yang memimpin kebijakan permukiman.

    (rfs/jbr)