Tag: Benjamin Netanyahu

  • Sejumlah Delegasi Negara Walk Out saat Netanyahu Pidato di PBB

    Sejumlah Delegasi Negara Walk Out saat Netanyahu Pidato di PBB

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu baru saja memulai pidato di hadapan Majelis Umum PBB di New York City. Namun, selang beberapa saat, banyak delegasi dari beberapa negara memilih untuk keluar.

    Dilansir BBC dan AFP, Jumat (27/9/2024), aksi itu dilakukan beberapa delegasi negara saat Netanyahu naik ke panggung sebagai bentuk protes. Namun tidak disebutkan delegasi mana saja yang memilih keluar.

    Netanyahu memulai pidatonya dengan bersumpah untuk melawan ‘fitnah’. Dia mengklaim sengaja datang ke PBB untuk berbicara di hadapan delegasi negara.

    “Setelah saya mendengar kebohongan dan fitnah yang ditujukan kepada negara saya oleh banyak pembicara di podium ini, saya memutuskan untuk datang ke sini dan meluruskan semuanya,” kata Netanyahu.

    Dalam pidatonya, Netanyahu juga memperingatkan bahwa Israel akan menyerang Iran jika diserang terlebih dahulu. Dia mengatakan Israel dapat mencapai bagian mana pun di Iran.

    “Saya punya pesan untuk para tiran Teheran. Jika kalian menyerang kami, kami akan menyerang kalian,” kata Netanyahu.

    “Tidak ada tempat di Iran yang tidak dapat dijangkau oleh tangan panjang Israel, dan hal itu berlaku di seluruh Timur Tengah,” imbuhnya.

    (whn/aud)

  • Macron Bilang Netanyahu Salah Jika Tolak Gencatan Senjata di Lebanon

    Macron Bilang Netanyahu Salah Jika Tolak Gencatan Senjata di Lebanon

    Jakarta

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa akan menjadi “kesalahan” bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menolak gencatan senjata di Lebanon. Macron menyebut Netanyahu harus mengambil “tanggung jawab” atas eskalasi regional.

    “Usulan yang diajukan adalah usulan yang solid,” kata Macron pada konferensi pers di Montreal, Kanada bersama Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dilansir kantor berita AFP, Jumat (27/9/2024).

    Macron menekankan bahwa rencana yang didukung oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa itu telah disiapkan bersama Netanyahu sendiri.

    Para pejabat tinggi Israel sebelumnya telah menolak usulan gencatan senjata dengan kelompok Hizbullah. Washington juga menegaskan bahwa rencana gencatan senjata telah “dikoordinasikan” dengan Israel.

    Namun, Netanyahu mengatakan pemerintahnya bahkan tidak menanggapi usulan tersebut dan malah memerintahkan militer untuk “terus bertempur dengan kekuatan penuh” melawan Hizbullah.

    “Saya pikir akan menjadi kesalahan bagi perdana menteri (Israel) untuk menolaknya karena dia harus bertanggung jawab atas eskalasi regional yang jauh melampaui apa yang dapat dikendalikan siapa pun, dan tentu saja korban sipil baru di Lebanon,” kata Macron.

    “Kita benar-benar harus segera mencapai gencatan senjata,” imbuh Trudeau, sambil menunjuk pada foto-foto menyedihkan dari Lebanon.

    Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu lainnya, serta beberapa negara Arab, telah meluncurkan seruan bersama untuk penghentian pertempuran selama 21 hari di Lebanon. Seruan ini disampaikan serangan udara Israel menewaskan ratusan orang dan membuat lebih dari 100.000 orang mengungsi di Lebanon minggu ini.

    Seruan untuk gencatan senjata selama tiga minggu tersebut muncul beberapa jam setelah kepala angkatan darat Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi pada hari Rabu lalu, mendesak para prajurit untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan darat terhadap Hizbullah.

    Presiden Prancis mengatakan bahwa reaksi awal Israel terhadap usulan tersebut tidak “pasti”. Macron pun mengemukakan kemungkinan untuk mengadakan sidang Dewan Keamanan mengenai masalah tersebut guna “meningkatkan tekanan.”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Arab Saudi Umumkan Koalisi Global untuk Dirikan Negara Palestina

    Arab Saudi Umumkan Koalisi Global untuk Dirikan Negara Palestina

    Riyadh

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengumumkan peluncuran inisiatif baru untuk mendirikan negara Palestina. Inisiatif itu juga akan menggalang dukungan untuk penerapan solusi dua negara, setelah upaya internasional selama beberapa dekade berujung kegagalan.

    Aliansi global untuk implementasi solusi dua negara itu, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (27/9/2024), diumumkan dalam pidato Pangeran Faisal saat pertemuan yang melibatkan Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Norwegia pada Kamis (26/8) waktu setempat.

    Pangeran Faisal mengatakan bahwa pertemuan perdana untuk aliansi global itu akan digelar di Riyadh, ibu kota Saudi. Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menambahkan bahwa pertemuan lanjutan pertama juga akan digelar di Riyadh dan Brussels.

    Dalam pidatonya, Pangeran Faisal menyebut inisiatif tersebut merupakan upaya bersama negara-negara Arab dan Eropa.

    “Kita akan melakukan segala upaya untuk mencapai rencana yang bisa diandalkan dan tidak dapat diubah untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan komprehensif,” cetusnya.

    Ditegaskan kembali oleh Pangeran Faisal soal perlunya bergerak secara kolektif untuk mengambil keputusan, yang akan membawa hasil nyata menuju gencatan senjata segera dan menerapkan solusi dua negara.

    “Yang terutama adalah negara Palestina yang merdeka,” sebutnya.

    Israel membombardir Jalur Gaza dan memicu kehancuran besar-besaran sejak perang berkecamuk pada Oktober tahun lalu, setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel bagian selatan hingga menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Lebih dari 41.000 orang dilaporkan tewas di Jalur Gaza akibat rentetan serangan Israel sejauh ini.

    Pangeran Faisal, dalam pidatonya, mengatakan bahwa perang yang sedang berlangsung telah memicu bencana kemanusiaan yang menghancurkan, termasuk juga kejahatan Israel di Tepi Barat, Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci umat Muslim dan Kristen lainnya.

    Ditekankan oleh Pangeran Faisal bahwa hak untuk membela diri, yang selalu diklaim oleh Israel dalam serangannya, tidak membenarkan pembunuhan puluhan ribu warga sipil, pemindahan paksa, penggunaan kelaparan sebagai alat perang, penghasutan, dehumanisasi dan penyiksaan sistematis, termasuk kekerasan seksual dan kejahatan lainnya oleh militer Israel.

    Saudi telah berulang kali menegaskan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa adanya pembentukan negara Palestina, yang didasarkan pada perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

    Namun, Tel Aviv tidak menunjukkan minat untuk melakukan hal tersebut. Mayoritas anggota parlemen Israel, Knesset, menolak solusi dua negara, sedangkan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu secara konsisten menolak komitmen tersebut.

    Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), pekan lalu, mengatakan bahwa Riyadh tidak akan mengakui Israel tanpa adanya negara Palestina. MBS juga mengutuk keras “kejahatan pendudukan Israel” terhadap rakyat Palestina.

    “Kerajaan tidak akan menghentikan upayanya yang tidak kenal lelah menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa Kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa hal tersebut,” tegas MBS di depan Dewan Syura.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Bertekad Hentikan Pengiriman Senjata Iran ke Hizbullah

    Israel Bertekad Hentikan Pengiriman Senjata Iran ke Hizbullah

    Tel Aviv

    Angkatan Udara Israel menegaskan akan menghentikan pengiriman senjata apa pun dari Iran kepada kelompok Hizbullah, yang bermarkas di Lebanon. Angkatan Udara Tel Aviv juga mengatakan pihaknya bersiap membantu pasukan dalam operasi darat melawan Hizbullah.

    “Di Lebanon, kami akan mencegah segala kemungkinan pengiriman senjata di Lebanon dari Iran,” tegas Komandan Angkatan Udara Israel, Mayor Jenderal Tomer Bar, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (27/9/2024).

    “Kepercayaan diri Nasrallah … bergantung pada pasokan yang datang dari Iran,” sebutnya, merujuk pada pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

    “Kami sedang bersiap bahu-membahu dengan Komando Utara untuk melakukan manuver darat. Telah bersiap, jika diaktifkan. Ini adalah keputusan yang harus dibuat di atas kita,” ujar Bar saat berbicara kepada jajaran tentara Israel, dalam video yang dirilis militer Israel.

    Israel telah bersumpah untuk mengamankan wilayah utaranya dan memulangkan ribuan warganya yang terpaksa mengungsi sejak Hizbullah marak melancarkan serangan lintas perbatasan sejak tahun lalu, sebagai solidaritas terhadap militan Palestina yang bertempur melawan militer Israel di Jalur Gaza.

    Sebuah pesawat tempur Israel menyerang pinggiran ibu kota Beirut, yang menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai 15 orang lainnya, termasuk seorang wanita yang kini dalam kondisi kritis.

    Dengan tambahan kematian itu, maka sedikitnya 28 orang tewas dalam rentetan serangan Israel di Lebanon sepanjang Kamis (26/9). Sementara total korban tewas akibat gempuran Israel di Lebanon sejak Senin (23/9) waktu setempat telah mencapai lebih dari 600 orang.

    Kelompok Hizbullah mengakui salah satu komandan unit angkatan udara mereka, Mohammad Surur, tewas dalam serangan Israel tersebut.

    Serangan udara terus dilancarkan, dengan di sisi perbatasan Israel dan Lebanon, pasukan Tel Aviv menggelar latihan simulasi invasi darat. Hal ini dinilai sebagai tahap potensial berikutnya dalam konflik yang terus berkecamuk antara Israel dan Hizbullah.

    Israel Tolak Seruan Gencatan Senjata dengan Hizbullah

    Israel telah menolak seruan global untuk melakukan gencatan senjata dengan Hizbullah. Tel Aviv bahkan menentang sekutu terdekatnya, Amerika Serikat (AS), dengan terus melanjutkan serangan udara yang telah menewaskan ratusan orang di Lebanon.

    Saat tiba di New York sebelum berpidato di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa militer Israel akan terus menyerang Hizbullah dengan “kekuatan penuh”.

    “Kami tidak akan berhenti hingga kami mencapai semua tujuan kami, yang pertama dan terutama, memulangkan para penduduk wilayah utara ke rumah-rumah mereka dengan selamat,” tegas Netanyahu.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, dalam pernyataan terpisah via media sosial X juga menegaskan hal serupa. “Tidak akan ada gencatan senjata di wilayah utara,” tulisnya.

    Penolakan itu disampaikan setelah AS dan Prancis mengusulkan gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah, yang diungkap pada Rabu (25/9) waktu setempat.

    Terlepas dari sikap Tel Aviv, baik Washington maupun Paris berusaha menjaga prospek gencatan senjata tetap hidup dan menyebut negosiasi terus berlanjut, termasuk di sela-sela pertemuan PBB di New York.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Timur Tengah Membara, Warga AS Protes Dukungan untuk Israel

    Timur Tengah Membara, Warga AS Protes Dukungan untuk Israel

    Washington DC

    Para demonstran menggelar aksi protes di beberapa kota di wilayah Amerika Serikat (AS) untuk menentang dukungan militer Amerika kepada Israel. Unjuk rasa ini digelar ketika risiko konflik besar-besaran semakin meningkat di Timur Tengah usai Tel Aviv menggempur Lebanon.

    Para aktivis antiperang dalam aksi tersebut bahkan menuntut embargo senjata terhadap Israel, yang merupakan sekutu dekat AS.

    Puluhan demonstran berkumpul di Herald Square di New York City pada Selasa (24/9) malam waktu setempat, dengan membawa spanduk bertuliskan “Jangan ganggu Lebanon sekarang” dan “Tidak ada perang AS-Israel di Lebanon”.

    Unjuk rasa tersebut digelar oleh kelompok koalisi ANSWER, yang merupakan singkatan dari “Act Now to Stop War and End Racism”. Demikian seperti dilansir Reuters, Rabu (25/9/2024).

    Dalam aksinya, para demonstran meneriakkan slogan-slogan berbunyi “Jangan ganggu Timur Tengah”, “Bebaskan Palestina”, dan “Biden, Harris, Trump dan Bibi: tidak ada yang diterima di kota kami” — merujuk pada Presiden AS Joe Biden, Wakil Presiden Kamala Harris, mantan Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Unjuk rasa yang lebih kecil dengan slogan dan spanduk serupa digelar di dekat Gedung Putih di Washington DC pada Selasa (24/9) malam, bahkan saat hujan mengguyur kota tersebut.

    “Serangan Israel di Lebanon dan pengepungan serta genosida yang sedang berlangsung di Gaza dimungkinkan oleh banyaknya bom, rudal dan pesawat tempur yang dipasok oleh pemerintah AS,” sebut kelompok ANSWER dalam sebuah pernyataan.

    Disebutkan juga oleh kelompok ANSWER bahwa unjuk rasa serupa juga digelar di beberapa kota lainnya seperti San Francisco, Seattle, San Antonio dan Phoenix.

    Israel mengatakan tindakannya merupakan aksi membela diri terhadap kelompok-kelompok militan seperti Hamas dan Hizbullah yang dianggap bermusuhan. AS tetap mempertahankan dukungan terhadap Tel Aviv, sekutunya, selama perang berkecamuk meskipun ada kritikan dari dalam negeri dan luar negeri.

    Pada Mei lalu, Biden mengatakan dukungan AS untuk Israel “sangat teguh”, namun dia juga menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza. “Apa yang terjadi di Gaza bukanlah genosida. Kami menolaknya,” ucap Biden saat berbicara dalam acara Jewish American Heritage Month di Gedung Putih pada saat itu.

    Unjuk rasa marak di berbagai wilayah AS selama berbulan-bulan saat perang berkecamuk di Jalur Gaza. Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 41.467 orang tewas. Perang itu memicu kehancuran, menyebabkan krisis kelaparan dan membuat 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.

    Perang itu dipicu oleh serangan mematikan Hamas terhadap Israel bagian selatan pada Oktober tahun lalu, yang menurut otoritas Tel Aviv, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Pada Senin (23/9) waktu setempat, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap wilayah selatan dan timur Lebanon, yang diklaim menargetkan posisi dan persenjataan Hizbullah.

    Sehari setelahnya, atau pada Selasa (24/9), Tel Aviv mengatakan pasukan militernya melancarkan serangan baru secara “ekstensif”, termasuk serangan di pinggiran selatan Beirut yang dilaporkan berhasil menewaskan komandan pasukan roket Hizbullah.

    Lebih dari 560 orang tewas, termasuk 50 anak-anak dan 94 perempuan, akibat rentetan serangan di negara tersebut sejak awal pekan ini. Sekitar 1.800 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan tersebut.

    Situasi di Lebanon ini menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya perang regional yang bisa mengacaukan stabilitas Timur Tengah. Para pemimpin berbagai negara anggota PBB menggelar pertemuan pekan ini di AS dengan agenda utama membahas situasi di Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Erdogan Kecam PBB karena Tak Ambil Tindakan Soal Gaza

    Erdogan Kecam PBB karena Tak Ambil Tindakan Soal Gaza

    New York

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena tak mengambil tindakan mengenai Gaza. Erdogan menuduh Israel mengubah wilayah Palestina menjadi “kuburan anak-anak dan perempuan terbesar di dunia”.

    Kecaman itu, seperti dilansir AFP, Rabu (25/9/2024), disampaikan Erdogan saat berpidato di hadapan Majelis Umum PBB yang menggelar pertemuan puncak di New York, Amerika Serikat (AS), pada (24/9) waktu setempat.

    Erdogan dalam pidatonya juga memberikan dukungan untuk Lebanon, yang saat ini sedang digempur secara besar-besaran oleh militer Israel yang mengklaim menargetkan posisi dan persenjataan kelompok Hizbullah.

    Dia mengecam pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang dituduhnya menyeret kawasan Timur Tengah lebih dalam “ke dalam perang”.

    “Tidak hanya anak-anak tetapi juga sistem PBB sedang sekarat di Gaza,” kata Erdogan saat berpidato di hadapan Majelis Umum PBB.

    “Sebenarnya, nilai-nilai yang diklaim Barat untuk dipertahankan kini sedang sekarat … Saya bertanya secara terbuka: Hei organisasi hak asasi manusia, bukankah mereka yang berada di Gaza dan Tepi Barat adalah manusia?” ucapnya.

    Dalam pidatonya, Erdogan juga mengkritik Dewan Keamanan PBB yang disebutnya gagal memerintahkan penghentian pertempuran. Dia berulang kali mengatakan bahwa “dunia lebih besar dari lima” — yang merujuk pada lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto.

    “Dewan Keamanan PBB, tunggu apa lagi untuk mencegah genosida di Gaza dan mengatakan ‘hentikan’ kekejaman ini, kebiadaban ini?” tanya Erdogan.

    Sebagai seorang pengkritik vokal terhadap serangan Israel di Jalur Gaza, Erdogan mendesak komunitas internasional untuk menghentikan “Netanyahu dan jaringan pembunuhannya”. Dia bahkan menyamakan Netanyahu dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler.

    “Sama seperti Hitler dihentikan oleh aliansi kemanusiaan 70 tahun lalu, Netanyahu dan jaringan pembunuhannya harus dihentikan oleh ‘aliansi kemanusiaan’,” cetusnya.

    Mengenai gelombang serangan terbaru yang dilancarkan Israel terhadap Lebanon, Erdogan mengatakan: “Apa lagi yang Anda tunggu untuk menghentikan jaringan pembantaian yang juga membahayakan nyawa warga negaranya sendiri serta rakyat Palestina dan menyeret seluruh kawasan ke dalam perang demi prospek politiknya?”

    Terakhir, Erdogan menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza, di mana rentetan serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 41.467 orang.

    “Gencatan senjata segera dan permanen harus dicapai, pertukaran sandera-tahanan harus dilakukan, dan bantuan kemanusiaan harus dikirimkan ke Haza tanpa hambatan dan tanpa gangguan,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Sejumlah Delegasi Negara Walk Out saat Netanyahu Pidato di PBB

    Netanyahu Bersumpah Akan Lanjutkan Serangan Israel ke Hizbullah

    Jerusalem

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa militer Israel akan melanjutkan kampanye pengeboman terhadap Hizbullah, ketika jet Israel menggempur kelompok yang didukung Iran di Lebanon.

    “Kami akan terus menyerang Hizbullah… siapa pun yang memiliki rudal di ruang tamunya dan roket di rumahnya tidak akan memiliki rumah,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan setelah mengunjungi pangkalan intelijen Israel, dilansir AFP, Rabu (25/9/2024).

    Pernyataan Netanyahu ini dipertegas oleh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant saat pidato di hadapan pasukan militer Israel.

    “Kita harus melanjutkannya sampai kita mencapai tujuan kita — untuk memastikan kembalinya penduduk Israel di utara dengan selamat ke rumah mereka,” ucapnya.

    Gallant membandingkan pertarungan melawan Hizbullah dengan pertarungan melawan Hamas di Gaza, Palestina.

    “Hizbullah bukan Hamas, ada persamaan tapi ada perbedaannya. Medannya terlihat berbeda, musuhnya terlihat berbeda, ancaman dan tantangannya berbeda,” ujarnya.

    Dia menambahkan, Hizbullah telah mengalami pukulan hebat selama seminggu terakhir.

    Namun dia mengatakan bahwa Israel telah menyiapkan lebih banyak serangan, setelah pihak berwenang Lebanon melaporkan sedikitnya 558 orang tewas dalam serangan Israel pada hari Senin, dan ribuan orang mengungsi.

    Musuh lama Hizbullah dan Israel hampir setiap hari terlibat baku tembak lintas perbatasan sejak militan Palestina Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Gaza.

    Hizbullah mengklaim 18 serangan terhadap Israel pada hari Selasa, sementara militer Israel mengatakan kelompok itu menembakkan sekitar 300 roket melintasi perbatasan.

    (fas/fas)

  • Lebih Mengerikan daripada Serangan Udara

    Lebih Mengerikan daripada Serangan Udara

    Beirut

    Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, mengatakan serangan bom yang menggunakan ribuan pager dan radio walkie-talkie “melewati semua garis merah”. Dia menuduh Israel berada di balik rangkaian peristiwa yang menurutnya merupakan deklarasi perang.

    Seorang WNI di Lebanon mengatakan serangan terbaru yang menyasar perangkat komunikasi nirkabel ini lebih mengerikan dibandingkan serangan udara. Pihak KBRI mendorong evakuasi ratusan WNI yang masih berada di negara itu.

    Dalam pidato yang sangat dinanti-nantikan, Hassan Nasrallah mengakui Hezbollah telah menderita “pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya”. Tapi ia bersumpah akan terus bertempur dan memberikan “hukuman yang adil”.

    “Musuh telah melewati semua aturan, hukum, dan garis merah. Mereka sama sekali tidak peduli dengan apa pun, tidak secara moral, tidak secara manusiawi, tidak secara hukum,” kata Nasrallah.

    “Ini adalah pembantaian, agresi besar terhadap Lebanon, rakyatnya, perlawanannya, kedaulatannya, dan keamanannya. Ini dapat disebut kejahatan perang atau deklarasi perang – apa pun sebutannya, itu pantas dan sesuai dengan deskripsinya. Ini adalah niat musuh,” tambahnya.

    Pemimpin Hezbollah tersebut berkeras bahwa rantai komando dan kemampuan kelompoknya untuk berkomunikasi tetap utuh.

    Nada bicara Nasrallah menantang dan ia bersumpah akan memberikan hukuman yang berat. Namun, sekali lagi, ia menyatakan bahwa Hezbollah tidak tertarik menambah eskalasi konflik dengan Israel.

    Ledakan dilaporkan terjadi di Lebanon selatan, termasuk kota Sidon, serta pinggiran selatan Beirut, dan Lembah Bekaa (AFP)

    Jumlah korban tewas akibat ledakan perangkat komunikasi walkie-talkie bertambah menjadi 25 orang dari sebelumnya sebanyak 20, kata Menteri Kesehatan Firass Abiad.

    Selain korban tewas, setidaknya 608 orang telah terluka, tuturnya. Jumlah ini meningkat dari jumlah sebelumnya yaitu 450 orang.

    Total korban tewas dalam dua hari tersebut kini mencapai 37 orang, karena setidaknya 12 orang tewas akibat serangan pager pada Selasa (17/09).

    Sejumlah walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hezbollah meledak di pinggiran selatan ibu kota Beirut, Lembah Bekaa, dan Lebanon selatan.

    Ledakan sejumlah walkie-talkie terjadi selama pemakaman 12 orang pada insiden ledakan pager.

    Hezbollah menyalahkan Israel atas serangan itu. Israel belum berkomentar soal insiden ini.

    Serangan itu terjadi ketika Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan “fase baru dalam perang”. Pada waktu bersamaan, satu divisi tentara Israel dikerahkan kembali ke utara.

    Sekretaris Jenderal PBB, Antnio Guterres, memperingatkan “risiko serius eskalasi dramatis” dan meminta semua pihak “menahan diri secara maksimal”. “Jelas, logika di balik peledakan semua perangkat ini adalah sebagai serangan pendahuluan sebelum operasi militer besar-besaran,” ujarnya kepada wartawan.

    Israel: serangan terbaru respons atas aksi Hezbollah selama ‘puluhan tahun’

    Dalam perkembangan terakhir, Israel meluncurkan serangan udara terbaru di Lebanon bagian selatan yang videonya beredar di media sosial.

    Kata Israel, ini sebagai tanggapan atas aksi Hezbollah selama ‘puluhan tahun’.

    Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa mereka sedang berupaya untuk “mendegradasi” “kemampuan dan infrastruktur teroris Hezbollah”.

    “Selama beberapa dekade, Hezbollah telah mempersenjatai rumah-rumah warga sipil, menggali terowongan di bawahnya, dan menggunakan warga sipil sebagai tameng – yang telah mengubah Lebanon selatan menjadi zona perang,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

    Tujuannya, menurut pernyataan itu, adalah untuk “membawa keamanan ke Israel utara untuk memungkinkan kembalinya penduduk ke rumah mereka dan mencapai tujuan perang”.

    Potensi konflik besar-besaran

    Kekhawatiran terjadinya konflik besar-besaran sudah meningkat setelah 11 bulan pertempuran lintas batas yang dipicu oleh baku serang antara Israel dan Hamas di Gaza.

    Beberapa jam setelah ledakan pada Rabu (18/09), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk memulangkan puluhan ribu orang yang mengungsi dari wilayah utara negara itu “dengan aman ke rumah mereka”.

    Sementara itu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel “membuka babak baru dalam perang” dan bahwa “pusat gravitasi bergeser ke utara melalui pengalihan sumber daya dan pasukan”.

    Sebuah divisi tentara yang baru-baru ini terlibat di Gaza telah dikerahkan kembali ke utara, demikian dikonfirmasi militer Israel.

    Sejumlah ledakan terjadi ketika berlangsung pemakaman sekitar 12 orang korban ledakan pager termasuk anggota Hezbollah, Mohammed Ammar (Reuters)

    Hezbollah mengatakan bahwa mereka mendukung Hamas – yang juga didukung oleh Iran dan dilarang sebagai organisasi teroris oleh Israel dan banyak negara Barat. Hezbollah menegaskan hanya hanya akan menghentikan serangan lintas batas setelah pertempuran di Gaza berakhir.

    Indikasi tentang apa yang mungkin direncanakan kelompok itu selanjutnya dapat muncul pada hari Kamis (19/09), ketika pemimpinnya yang kuat, Hassan Nasrallah, akan memberikan pidato.

    Kantor media Hezbollah mengumumkan kematian 13 petempurnya, termasuk seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, sejak gelombang kedua ledakan.

    Hezbollah mengatakan telah menargetkan pasukan Israel di dekat perbatasan dan di Dataran Tinggi Golan, dengan menembakkan roket ke posisi artileri Israel.

    Militer Israel mengatakan sekitar 30 roket melintas dari Lebanon pada Rabu (18/09). Roket-roket itu memicu kebakaran tetapi tidak menimbulkan korban luka.

    Militer Israel juga menyebut pesawat tempur telah menyerang anggota Hezbollah di Lebanon selatan.

    BBC

    WNI di Lebanon: ‘Sewaktu-waktu bisa saja kejadian lagi’

    Ilham Akbar baru hendak ke luar rumah ketika tiba-tiba dia mendengar suara ledakan yang cukup keras pada Selasa sore.

    “Suaranya itu seperti dekat. Enggak lama kemudian saya dengar suara ambulans datang. Kira-kira lokasi kejadian itu sekitar 500 meter dari rumah saya,” kata Ilham kepada BBC News Indonesia.

    Selama delapan tahun tinggal di Lebanon, Ilham mengaku mulai terbiasa dengan eskalasi situasi akibat serangan udara ke Kota Beirut.

    Namun, saat itu dia merasa ada yang berbeda.

    “Kami yang sudah biasa mengalami serangan udara itu sudah bisa membedakan, karena tidak ada getaran setelah ledakan,” tuturnya.

    Setengah jam kemudian, dia baru mulai memahami bahwa ledakan tersebut bersumber dari pager.

    Situasinya terasa kian mengkhawatirkan setelah terjadi gelombang ledakan kedua pada Rabu yang menewaskan lebih banyak korban.

    Sumber ledakannya pun bukan hanya pager, tapi juga walkie-talkie, alat pembaca sidik jari, dan lain-lain.

    Menurut Ilham, serangan semacam ini terasa lebih mengerikan dibanding ketika menghadapi serangan udara.

    “Kita enggak tahu pasti posisi orang yang punya walkie talkie atau pager dan sejenisnya, apakah ada di dekat kita atau enggak, dan sewaktu-waktu bisa saja kejadian lagi,” tutur Ilham.

    Untuk menghindari ancaman itu, dia memilih bertahan di rumah dan hanya ke luar untuk kebutuhan mendesak.

    Apalagi Ilham tinggal di kawasan Dahiyeh, yang dikenal sebagai benteng pertahanan Hezbollah di selatan Beirut. Banyak dari ledakan itu terjadi di kawasan ini.

    Menurut catatan KBRI Beirut, terdapat 147 WNI yang masih bertahan di Lebanon sampai saat ini. Itu tidak termasuk staf KBRI serta personel TNI yang bergabung dalam misi perdamaian UNIFIL.

    Sejauh ini, ada satu orang WNI yang terkena serpihan ledakan ketika sedang berada di tempat umum.

    Kepala Kantor KBRI Beirut, Yosi Aprizal mengatakan WNI itu mengalami luka ringan dan kini dalam kondisi baik.

    Namun dengan eskalasi situasi yang kembali meningkat pasca-ledakan perangkat komunikasi elektronik ini, Yosi mengatakan akan terus mendorong para WNI agar bersedia dievakuasi.

    Indonesia telah menetapkan status Siaga 1 untuk kawasan Lebanon sejak 4 Agustus 2024, setelah serangan udara Israel menewaskan petinggi Hezbollah.

    Sejak saat itu, sudah ada tiga gelombang WNI yang dievakuasi ke Indonesia. Gelombang evakuasi selanjutnya rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 27 atau 28 September.

    “Kami terus mendorong mereka untuk evakuasi, mumpung kondisi saat ini masih relatif mudah untuk evakuasi, moda transportasi udara masih tersedia,” kata Yosi.

    “Khawatirnya kalau kondisinya memburuk, evakuasi akan semakin sulit,” sambungnya.

    Sejauh ini, sudah ada beberapa WNI yang menyatakan tidak bersedia untuk dievakuasi. Ada pula yang merasa masih bisa bertahan karena dapat menolerir situasi keamanan di Lebanon.

    Yosi mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan rencana darurat untuk mengevakuasi WNI melalui jalur udara, darat, dan laut jika sewaktu-waktu situasinya memburuk.

    Ilham adalah salah satu yang belum berencana meninggalkan Lebanon dalam waktu dekat karena harus menyelesaikan studi pasca-sarjana.

    “Kalau saya lihat, kondisi saat ini masih bisa ditolerir. Kalau sudah keluar dari Lebanon, akan sulit kembali ke sini kalau izin tinggal saya habis. Saya harus mengajukan visa lagi dan itu sulit,” kata Ilham.

    “Banyak dari kami belum menyelesaikan pendidikan kami masing-masing, jadi dilema.”

    Ilham hanya bisa berharap situasi di Lebanon tak memburuk, apalagi sampai berujung pada perang terbuka.

    “Kalau sampai situasinya memburuk, saya mungkin akan mengungsi ke safe house di KBRI,” kata dia.

    BBC

    Jaringan komunikasi Hezbollah disusupi Israel?

    Ledakan mematikan pada Rabu (18/09) merupakan penghinaan bagi Hezbollah mengingat seluruh jaringan komunikasinya kemungkinan telah disusupi Israel.

    Banyak warga Lebanon masih terkejut dan marah dengan gelombang pertama ledakan pada Selasa (16/09). Ketika itu ribuan pager meledak pada saat bersamaan, setelah orang-orang menerima pesan yang mereka yakini berasal dari Hezbollah

    Sumber-sumber AS dan Lebanon mengatakan kepada New York Times dan kantor berita Reuters bahwa Israel telah menanam sejumlah kecil bahan peledak di dalam pager yang meledak pada hari Selasa.

    Sebanyak 12 orang termasuk seorang gadis berusia delapan tahun dan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun tewas dan 2.800 lainnya terluka oleh ledakan tersebut, menurut menteri kesehatan Lebanon.

    Baca juga:

    Tim BBC sedang berada di pemakaman empat orang yang tewas di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, pada Rabu (18/09) ketika mereka mendengar ledakan keras sekitar pukul 17:00 waktu setempat.

    Ledakan tersebut menimbulkan kekacauan dan kebingungan di antara para pelayat. Sesaat kemudian laporan mulai bermunculan tentang ledakan-ledakan yang terjadi di berbagai wilayah di Lebanon.

    Sebuah video media sosial yang belum dikonfirmasi memperlihatkan seorang pria jatuh ke tanah akibat ledakan kecil dalam acara pemakaman Hezbollah yang dihadiri oleh banyak orang.

    Palang Merah Lebanon mengatakan lebih dari 30 ambulans telah merespons ledakan-ledakan di pinggiran selatan ibu kota, di Lebanon selatan, dan Lembah Bekaa.

    Pager dan walkie-talkie yang meledak menyebabkan kerusakan di rumah-rumah dan melukai ribuan orang di seluruh Lebanon pada Selasa (17/09) dan Rabu (18/09) (Getty Images)

    Kementerian kesehatan mengatakan ledakan-ledakan mematikan itu “menargetkan walkie-talkie”.

    Seorang sumber yang dekat dengan Hezbollah juga mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa walkie-talkie yang digunakan oleh para anggotanya telah meledak.

    Seorang dokter mata di sebuah rumah sakit di Beirut mengatakan kepada BBC bahwa sedikitnya 60% dari para korban yang ia tangani telah kehilangan setidaknya satu mata. Sebagian besar korban juga kehilangan satu tangan.

    “Mungkin ini adalah hari terburuk dalam hidup saya sebagai seorang dokter. Saya yakin jumlah korban dan jenis kerusakan yang telah terjadi sangat besar,” kata Dr. Elias Warrak.

    “Sayangnya, kami tidak dapat menyelamatkan banyak mata, dan sayangnya kerusakannya tidak terbatas pada mata. Beberapa orang mengalami kerusakan di otak dan wajah.”

    Walkie-talkie jadi biang keladi

    Seorang pria di Lebanon memegang perangkat Icom yang sudah dilepaskan baterainya. Perangkat yang meledak di Lebanon tampaknya adalah Icom IC-V82 (Getty Images)

    Kantor berita milik pemerintah Lebanon (NNA) mengatakan seorang pria tewas ketika sebuah walkie-talkie meledak di dalam sebuah toko yang menjual perangkat seluler di Chaat, di Lembah Bekaa utara.

    Kantor berita tersebut mengidentifikasi perangkat itu sebagai radio VHF genggam ICOM-V82.

    NNA mengatakan ICOM-V82 lainnya meledak di sebuah rumah di pinggiran kota Baalbek. Rekaman video menunjukkan kerusakan akibat kebakaran pada sebuah meja dan dinding, serta serpihan alat komunikasi seperti walkie-talkie yang bertuliskan “ICOM”.

    Foto-foto di media sosial dari dua lokasi lain menunjukkan model serupa.

    ICOM adalah perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Osaka, Jepang.

    Namun, ICOM mengatakan bahwa pihaknya tidak memproduksi atau mengekspor IC-V82, maupun baterai yang dibutuhkan untuk mengoperasikannya, selama 10 tahun.

    Perusahaan ini merupakan perusahaan Asia kedua yang terlibat dalam insiden pengeboman di Lebanon pekan ini. Sehari sebelumnya ribuan pager yang meledak tampaknya terkait dengan perusahaan Taiwan bernama Gold Apollo.

    Pendiri Gold Apollo, Hsu Ching-Kuang, dengan tegas membantah bahwa perusahaannya ada hubungannya dengan serangan tersebut. Dia mengeklaim telah memberikan lisensi merek dagangnya kepada sebuah perusahaan di Hungaria bernama BAC Consulting. Perusahaan ini tidak dapat dihubungi oleh BBC.

    Sebuah walkie talkie merek ICOM meledak dan hancur di sebuah rumah di pinggiran Baalbek, Lebanon (Getty Images)

    ICOM mengatakan kepada BBC bahwa mereka mengetahui adanya laporan bahwa perangkat radio walkie-talkie berlogo ICOM telah meledak di Lebanon. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki masalah itu.

    “IC-V82 adalah radio genggam yang diproduksi dan diekspor, termasuk ke Timur Tengah, dari tahun 2004 hingga Oktober 2014. Produk itu dihentikan produksinya sekitar 10 tahun lalu. Sejak itu, produk itu tidak pernah lagi dikirim dari perusahaan kami,” kata ICOM dalam sebuah pernyataan.

    “Produksi baterai yang diperlukan untuk mengoperasikan unit utama juga telah dihentikan dan segel hologram untuk membedakan produk palsu tidak dipasang. Jadi tidak mungkin untuk memastikan apakah produk itu dikirim dari perusahaan kami.”

    ICOM menambahkan bahwa semua radionya diproduksi di pabrik yang sama di Jepang. ICOM hanya menjual produk untuk pasar luar negeri melalui distributor resmi.

    Sebelumnya, seorang staf penjualan di anak perusahaan ICOM di AS mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa perangkat radio yang meledak di Lebanon tampaknya merupakan produk tiruan yang tidak dibuat oleh ICOM. Dia menambahkan bahwa mudah untuk menemukan versi palsu secara daring.

    Perangkat tersebut disukai oleh operator radio amatir untuk digunakan dalam komunikasi sosial atau darurat, termasuk oleh orang-orang yang melacak tornado atau badai, katanya.

    Kantor Icom di Jepang. Icom memproduksi walkie-talkie dan perangkat radio untuk khalayak yang bekerja di laut, dunia penerbangan, dan darat (Getty Images)

    Kantor berita Reuters mengutip sumber keamanan Lebanon yang mengatakan bahwa walkie-talkie tersebut dibeli Hezbollah lima bulan lalu pada periode yang sama dengan pembelian pager.

    Situs berita Axios mengutip dua sumber yang menyebut badan intelijen Israel telah memasang jebakan pada ribuan walkie-talkie sebelum mengirimkannya ke Hezbollah. Walkie-talkie adalah bagian dari sistem komunikasi darurat Hezbollah pada masa perang.

    (nvc/nvc)

  • Saudi Tak Akan Berhubungan dengan Israel Tanpa Negara Palestina

    Saudi Tak Akan Berhubungan dengan Israel Tanpa Negara Palestina

    Jakarta

    Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), mengatakan bahwa kerajaan tersebut tidak akan menjalin hubungan dengan Israel sampai negara Palestina terbentuk. Hal tersebut merupakan pukulan bagi upaya Amerika Serikat (AS) untuk kesepakatan normalisasi.

    “Kami memperbarui penolakan dan kecaman keras kerajaan atas kejahatan otoritas pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina,” kata Putra Mahkota Mohammed bin Salman dilansir AFP, Kamis (19/9/2024).

    “Kerajaan tidak akan menghentikan upayanya yang tak kenal lelah untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa negara Palestina,” tambahnya.

    Kesepakatan normalisasi yang ditengahi oleh presiden AS saat itu Donald Trump pada tahun 2020 antara Israel dan Bahrain serta Uni Emirat Arab telah mengakhiri konsensus Arab yang telah lama ada bahwa tidak boleh ada normalisasi tanpa negara Palestina yang merdeka dan menyoroti tetangga mereka yang lebih kuat, Arab Saudi.

    Baru-baru ini pada awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah mengulurkan prospek pembentukan hubungan yang cepat dengan raja minyak Teluk Arab sebagai potensi keuntungan bagi Israel dari kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera untuk Gaza.

    Blinken telah mengatakan selama kunjungan ke Haiti pada tanggal 6 September bahwa ia masih berharap untuk mengunci kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi sebelum Presiden AS Joe Biden mengundurkan diri pada bulan Januari.

    “Saya pikir jika kita bisa mendapatkan gencatan senjata di Gaza, masih ada peluang melalui keseimbangan pemerintahan ini untuk bergerak maju dalam normalisasi,” kata diplomat tinggi AS tersebut.

    Sebagai bagian dari kesepakatan apa pun, Riyadh diharapkan untuk bersikeras pada jalur menuju kenegaraan bagi Palestina serta jaminan keamanan bergaya aliansi dari Washington.

    “Untuk melanjutkan normalisasi, diperlukan dua hal–ketenangan di Gaza dan jalur yang kredibel menuju negara Palestina,” kata Blinken dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Riyadh.

    Namun, pemerintahan sayap kanan Israel pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menentang keras negara Palestina. Tingginya jumlah korban tewas warga sipil akibat perang Israel melawan Hamas di Gaza dan kerusakan besar yang terjadi di wilayah Palestina telah memberikan tekanan besar pada kerajaan itu untuk menahan diri dari pembukaan diplomatik besar apa pun.

    (rfs/rfs)

  • Sejumlah Delegasi Negara Walk Out saat Netanyahu Pidato di PBB

    Rudal Houthi Capai Israel Tengah untuk Pertama Kali, Netanyahu Marah!

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu marah atas serangan rudal yang dilancarkan kelompok Houthi di Yaman ke wilayah Israel tengah. Netanyahu menegaskan Israel akan memberikan “harga yang mahal” kepada Houthi yang bersekutu dengan Iran, atas serangan rudal pada Minggu (15/9) waktu setempat itu. Ini merupakan pertama kalinya serangan rudal Houthi mencapai wilayah Israel tengah.

    Dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (16/9/2024), juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan kelompok itu menyerang dengan rudal balistik hipersonik baru yang menempuh jarak 2.040 km (1270 mil) hanya dalam 11 1/2 menit.

    Wakil kepala kantor media Houthi, Nasruddin Amer, mengatakan dalam sebuah posting di X pada hari Minggu, bahwa rudal tersebut telah mencapai Israel setelah “20 rudal gagal mencegatnya”, menyebutnya sebagai “awal.”

    Setelah awalnya mengatakan rudal itu jatuh di area terbuka, militer Israel kemudian mengatakan rudal itu mungkin pecah di udara, dan beberapa bagian pencegat telah mendarat di ladang dan dekat stasiun kereta api. Tidak ada yang dilaporkan terluka.

    Sirene serangan udara telah berbunyi di Tel Aviv dan di seluruh Israel tengah beberapa saat sebelum jatuh sekitar pukul 6:35 pagi waktu setempat (0335 GMT). Suara sirene itu membuat penduduk berlarian mencari tempat berlindung. Ledakan keras terdengar.

    Reuters melihat asap mengepul di lapangan terbuka di Israel tengah.

    Dalam rapat kabinet mingguan, Netanyahu mengatakan bahwa Houthi seharusnya tahu bahwa Israel akan menuntut “harga yang mahal” atas serangan terhadap Israel.

    “Siapa pun yang perlu diingatkan tentang hal itu diundang untuk mengunjungi pelabuhan Hodeida,” kata Netanyahu, mengacu pada serangan udara balasan Israel terhadap Yaman pada bulan Juli atas pesawat nirawak atau drone Houthi yang menghantam Tel Aviv.

    Houthi telah berulang kali menembakkan rudal dan drone ke Israel, dalam apa yang mereka katakan sebagai solidaritas dengan Palestina, sejak perang Gaza dimulai dengan serangan Hamas terhadap Israel pada bulan Oktober lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)