Tag: Benjamin Netanyahu

  • Israel Setujui Rencana Ekspansi Pemukiman di Dataran Tinggi Golan yang Dicaplok dari Suriah – Halaman all

    Israel Setujui Rencana Ekspansi Pemukiman di Dataran Tinggi Golan yang Dicaplok dari Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Israel pada Minggu (15/12/2024) mengumumkan keputusan untuk melanjutkan ekspansi pemukiman di Dataran Tinggi Golan yang diduduki.

    Tujuannya adalah menggandakan jumlah populasi Israel di wilayah tersebut, Al Mayadeen melaporkan.

    Rencana ini disetujui oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    Netanyahu menyatakan bahwa memperkuat keberadaan Israel di Golan adalah langkah penting untuk memperkuat negara, terutama di tengah ketegangan yang terus berkembang di Suriah.

    “Kami akan terus mempertahankannya, membuatnya berkembang, dan menetap di sana,” ujar Netanyahu dalam sebuah pernyataan resmi.

    Dia juga menekankan bahwa Israel tidak berniat terlibat dalam konfrontasi langsung dengan Suriah, namun tetap berkomitmen untuk menjaga keamanan wilayah tersebut.

    Dataran Tinggi Golan, yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Suriah, telah diduduki Israel sejak Perang Enam Hari pada 1967 dan dianeksasi pada 1981, meskipun langkah ini tidak diakui oleh masyarakat internasional.

    Netanyahu menyebutkan bahwa keberadaan pasukan Israel di wilayah tersebut memastikan keamanan negara dan merupakan bagian dari kedaulatan Israel.

    Israel berencana memperluas pemukiman dengan mendirikan lebih banyak permukiman baru serta meningkatkan jumlah populasi Israel di Golan.

    Langkah ini dianggap sebagai bagian dari upaya Israel untuk memperkuat klaimnya atas wilayah tersebut, meskipun banyak negara, termasuk Suriah, menganggapnya sebagai pelanggaran hukum internasional.

    Israel Lanjutkan Pendudukan

    Pasukan Israel juga dilaporkan memperluas pendudukannya di pedesaan Quneitra dan wilayah Suriah selatan lainnya.

    Koresponden Al Mayadeen menginformasikan bahwa pasukan Israel telah menguasai beberapa desa baru, termasuk sumber air penting di Cekungan al-Yarmouk, serta bergerak maju menuju kota el-Maalgah.

    Keberadaan pasukan Israel kini semakin dekat dengan jalan raya internasional yang menghubungkan Damaskus dengan Beirut, yang memperbesar potensi ketegangan di kawasan tersebut.

    Selain itu, Israel juga melakukan serangan udara di Suriah, dengan tujuan menghancurkan fasilitas militer dan senjata strategis yang dituding dapat digunakan oleh kelompok pemberontak untuk menyerang Israel.

    Dalam beberapa hari terakhir, Israel mengklaim telah menghancurkan lebih dari 90 persen sistem pertahanan udara Suriah.

    Meskipun ada ketegangan yang semakin meningkat, kepala pemerintahan Suriah, Ahmad al-Sharaa, menegaskan bahwa negara tersebut tidak ingin terlibat dalam konfrontasi langsung dengan Israel.

    Namun, ia juga menyatakan bahwa Suriah akan terus berjuang untuk memulihkan kedaulatannya atas Dataran Tinggi Golan.

    Kecaman Internasional

    Rencana ekspansi pemukiman ini langsung menuai kecaman dari negara-negara Arab dan komunitas internasional.

    Kementerian Luar Negeri Yaman mengutuk langkah Israel dan menyatakan solidaritas dengan Suriah dalam menghadapi “agresi Zionis.”

    Arab Saudi mengecam rencana ini sebagai bagian dari “sabotase” terhadap upaya pemulihan stabilitas di Suriah.

    Uni Emirat Arab (UEA) dan Irak juga mengungkapkan penentangannya terhadap langkah tersebut, dengan menegaskan kembali dukungan mereka terhadap hak Suriah untuk memulihkan kedaulatan atas wilayah Dataran Tinggi Golan yang dicaplok.

    Dampak Geopolitik

    Langkah ini semakin memperburuk ketegangan antara Israel dan Suriah, serta menambah kompleksitas dalam hubungan Israel dengan negara-negara tetangganya.

    Ekspansi permukiman ini juga dipandang sebagai bagian dari upaya Israel untuk memantapkan pengaruhnya di wilayah yang sangat strategis tersebut, yang memiliki nilai strategis baik secara militer maupun sumber daya alam.

    Rencana ekspansi pemukiman ini mencerminkan kebijakan Israel yang terus mempertahankan klaim atas wilayah yang telah dicaploknya, meskipun mendapat kecaman keras dari komunitas internasional yang menilai langkah tersebut melanggar hukum internasional dan resolusi PBB.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Israel akan Pakai Senjata Mesin, Dikendalikan Jarak Jauh Menargetkan Warga Palestina di Tepi Barat – Halaman all

    Israel akan Pakai Senjata Mesin, Dikendalikan Jarak Jauh Menargetkan Warga Palestina di Tepi Barat – Halaman all

    Israel akan Pakai Senjata Mesin, Dikendalikan Jarak Jauh Menargetkan Warga Palestina di Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM- Tentara Israel sedang bersiap untuk mengerahkan senapan mesin otomatis yang dipantau dari jarak jauh untuk melindungi pemukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat yang diduduki, Radio Tentara Israel melaporkan pada tanggal 15 Desember.

    Menteri Keamanan Nasional Itamar Gen Gvir, bersama dengan pejabat Israel lainnya, telah mempersiapkan pemukim Yahudi untuk perang guna mengusir warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki dan menghilangkan kemungkinan berdirinya negara Palestina.

    Senjata otomatis yang dikembangkan oleh Rafael Combat Systems akan dipasang di menara pengawas di sekitar puluhan permukiman dan di dekat pintu masuknya. Senjata tersebut akan dikendalikan dari jarak jauh dari pusat komando “untuk mencegah serangan bersenjata dan operasi infiltrasi.”

    Sistem yang sama dipasang di perbatasan Gaza pada tahun 2008 dan dioperasikan oleh pengintai di pangkalan-pangkalan. Namun, sistem ini gagal mencegah pejuang dari gerakan Perlawanan Islam, Hamas, mendekati dan menerobos pagar pembatas untuk menyerang permukiman dan pangkalan militer Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.

    Selama Operasi Banjir Al-Aqsa, para pejuang Brigade Qassam dilaporkan menggunakan pesawat tak berawak serang untuk melumpuhkan senjata otomatis selama jam-jam pertama operasi.

    Angkatan Darat pertama-tama akan menyebarkan senjata di lokasi yang dianggapnya ‘berisiko tinggi’, dan memperluas penyebarannya dari waktu ke waktu hingga mencakup lokasi tambahan.

    Menurut laporan, Unit Pengintaian ke-636 Divisi Tepi Barat Angkatan Darat akan mengoperasikan sistem tersebut.

    Tentara dan pemukim Israel telah meningkatkan serangan mereka terhadap warga Palestina di Tepi Barat sejak dimulainya perang genosida Israel di Gaza tahun lalu.

    Tentara dan pemukim Israel telah membunuh 812 warga Palestina dan melukai 6.500 orang di Tepi Barat sejak saat itu.

    Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir telah menyediakan lebih dari 120.000 senjata api kepada pemukim Yahudi di Tepi Barat sejak pecahnya Perang Gaza.

    “Lebih dari 120.000 senjata didistribusikan kepada warga yang memenuhi syarat, sementara puluhan ribu lainnya menerima persetujuan bersyarat,” kata Ben-Gvir, pemimpin Partai Kekuatan Yahudi sayap kanan, di akun X miliknya pada bulan Oktober.

    “Kami bermaksud untuk terus mempersenjatai Israel. Itulah yang telah kami lakukan, dan itulah yang akan terus kami lakukan!”

    Ben Gvir dan sesama politisi dan menteri supremasi Yahudi telah mengumumkan keinginan mereka untuk menggunakan pemukim Yahudi untuk mengusir penduduk asli Palestina dari Tepi Barat yang diduduki dan mencaploknya ke Israel.

    Setelah Donald Trump terpilih menjadi presiden AS pada bulan November, Ben Gvir, yang merupakan penduduk pemukiman Kiryat Arba, menyatakan bahwa “inilah saatnya untuk kedaulatan” atas Tepi Barat.

    Pada tanggal 9 Desember, setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad di Syra, Bezalel Smotrich menyerukan peningkatan pemukiman Yahudi dan penetapan “fakta di lapangan” untuk memastikan negara Palestina tidak akan pernah didirikan.

     

     

    Netanyahu: Israel akan Kuasai dan Selesaikan Dataran Tinggi Golan Suriah

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pada tanggal 15 Desember bahwa pemerintahnya dengan suara bulat menyetujui rencana untuk mendorong pertumbuhan demografi di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki dan pemukiman Katzrin.

    Sejak jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad, Israel telah menduduki wilayah Suriah tambahan dalam upaya untuk menciptakan ‘Israel Raya’

    “Memperkuat Golan berarti memperkuat Negara Israel, dan hal itu sangat penting saat ini. Kami akan terus mempertahankannya, membuatnya berkembang, dan menyelesaikannya,” kata Netanyahu.

    Pemerintah telah menyisihkan lebih dari 40 juta NIS untuk melaksanakan rencana tersebut.

    Tentara Israel menduduki Dataran Tinggi Golan Suriah selama Perang Enam Hari tahun 1967. 

    Israel menolak untuk menarik pasukannya atau mengembalikan wilayah tersebut meskipun penaklukan wilayah tersebut tidak dapat diterima selama perang menurut hukum internasional dan di tengah tuntutan Resolusi Dewan Keamanan PBB 242.

    Tentara Israel telah menduduki wilayah Suriah tambahan sejak militan ekstremis dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh mantan pemimpin Al-Qaeda Abu Mohammad al-Julani (sekarang Ahmad al-Sharaa), merebut Damaskus minggu lalu dan menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad.

    Koresponden Al Mayadeen melaporkan bahwa pasukan Israel kini berada 15 kilometer dari jalan internasional Beirut-Damaskus setelah memperluas pendudukan mereka di pedesaan Quneitra dan merebut desa baru. 

    Perwira militer Israel telah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin lokal dari tujuh desa Suriah di dekat Dataran Tinggi Golan yang diduduki pasukan Israel minggu lalu, Yedioth Ahronoth melaporkan pada tanggal 15 Desember.

    “Para petugas bertemu secara terbuka dengan para tetua desa di rumah mereka untuk meyakinkan mereka bahwa tidak akan ada hal buruk yang menimpa penduduk dan bahwa kehidupan sehari-hari mereka akan terus berjalan tanpa gangguan,” tulis surat kabar Israel tersebut.

    Kapten Omer, seorang komandan kompi dari Brigade Lapis Baja ke-7, bertemu dengan para pemimpin setempat di desa Umm Batnah, yang terletak 12 km jauh di wilayah Suriah,  

    “Saya meminta tetua desa untuk mengumpulkan senjata dari penduduk setelah mereka mengambil senapan dari pos-pos militer Suriah yang terbengkalai,” kata komandan tersebut.

    Militer mengklaim mereka hanya akan tetap berada di wilayah tersebut sampai wilayah tersebut dapat diserahkan kepada “entitas negara yang mapan dan terdefinisi” untuk mencegah “kelompok teroris” merebut kendali, mengacu pada HTS pimpinan Julani, yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra.

    Israel sebelumnya mendukung Front Nusra pimpinan Julani, afiliasi Al-Qaeda di Suriah, dengan senjata, gaji, perawatan medis, dan dukungan udara dari pesawat tempurnya selama perang kelompok sebelumnya melawan pemerintah Suriah dari tahun 2012 hingga 2018.

    Meskipun mendukung Julani di masa lalu, Israel sekarang menggunakan kehadiran kelompoknya sebagai dalih untuk menduduki wilayah Suriah tambahan dan mengebom infrastruktur militer Suriah.

    Gerakan pemukim Yahudi Israel, yang mendapat dukungan luas dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para menterinya, memandang Suriah selatan, termasuk Damaskus, sebagai bagian dari “Israel Raya”.

    Haaretz menulis bahwa Netanyahu ingin membangun “warisan sebagai pemimpin yang memperluas batas wilayah Israel setelah 50 tahun mundur.”

    “Ada dukungan antusias dari pihak kanan terhadap gagasan bahwa hukuman yang tepat bagi musuh-musuh Israel adalah hilangnya wilayah. Netanyahu memiliki mitra utama dalam diri Donald Trump,” tambah surat kabar itu.

    Menurut Suzanne Maloney, wakil presiden Brookings Institution dan direktur program kebijakan luar negerinya, “Pemerintahan baru pasti akan mengambil pendekatan permisif terhadap ambisi teritorial Israel.”

    “Netanyahu ingin dikenang sebagai orang yang menciptakan Israel Raya, bukan hanya sebagai perencana politik yang dituduh melakukan korupsi yang menelantarkan 100 sandera di Gaza. Itulah sebabnya ia akan mencoba memperkuat kendali Israel di Gaza utara. Itulah sebabnya ia tidak akan terburu-buru menarik diri dari wilayah yang baru diduduki di Golan. Dalam keadaan tertentu, ia bahkan mungkin memperluasnya,” pungkas Haaretz .

     

    Suriah Takkan Terlibat Konflik dengan Israel

    Penguasa baru de-facto Suriah dan pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Ahmed al-Sharaa pada tanggal 14 Desember membahas untuk pertama kalinya berbagai pelanggaran Israel terhadap wilayah dan kedaulatan Suriah.

    Mantan komandan ISIS dan Al-Qaeda mengatakan kudeta yang didukung Turki dan AS di Suriah adalah ‘kemenangan atas proyek politik Iran yang berbahaya’ di Asia Barat

    “Kami tidak akan terlibat dalam konflik dengan Israel,” kata Sharaa – yang baru-baru ini menghapus nama samaran Abu Mohammad al-Julani – dalam sebuah wawancara di TV Suriah, seraya menunjuk pada “negara Suriah yang melemah.”

    Mantan wakil komandan ISIS dan salah satu pendiri Al-Qaeda di Suriah itu menambahkan bahwa “argumen” Israel untuk menyerang negara itu “tidak ada lagi.” “Hizbullah dan Iran sudah tidak ada lagi,” katanya.

    Namun, Sharaa gagal mengatasi pendudukan Israel atas sebagian besar tanah Suriah di barat daya negara tersebut, yang menurut para pejabat di Tel Aviv akan berlangsung “ sepanjang musim dingin .”

    Sharaa melanjutkan dengan mengklaim bahwa HTS dan sekutunya “tidak memiliki permusuhan dengan masyarakat Iran.” Meskipun demikian, ia menyebut kudeta yang didukung AS dan Turki di Suriah sebagai “kemenangan atas proyek politik Iran yang berbahaya di kawasan tersebut.”

    Ia juga mengatakan pasukannya “bisa saja menyerang pangkalan Rusia di Suriah” tetapi memutuskan untuk “memberi Rusia kesempatan untuk mempertimbangkan kembali hubungan mereka dengan rakyat Suriah.”

    Laporan di media Rusia minggu ini mengatakan bahwa para pejabat di Moskow yakin mereka telah mencapai “kesepakatan informal” dengan cabang Al-Qaeda tersebut untuk mempertahankan dua pangkalan militernya di negara tersebut – pangkalan angkatan laut di Tartous dan Pangkalan Udara Hmeimim di dekat kota pelabuhan Latakia.

    Pada hari Sabtu, Reuters mengutip pernyataan pejabat Suriah yang mengatakan bahwa Kremlin “mengurangi” kehadiran militernya di garis depan di Suriah utara dan dari posisi di Pegunungan Alawite tetapi tetap mempertahankan dua pangkalannya.

    Di bagian lain wawancaranya di televisi, Sharaa mengungkapkan bahwa ia tengah berhubungan dengan kedutaan-kedutaan besar negara-negara barat dan “sedang mengadakan diskusi dengan Inggris untuk mengembalikan perwakilannya di Damaskus.”

    “Kami memiliki rencana sistematis untuk mengatasi penghancuran sistematis yang dilakukan oleh rezim tersebut,” kata Sharaa, seraya menambahkan bahwa “pengalamannya ” memerintah provinsi Idlib dengan dukungan Turki “akan berlanjut di provinsi-provinsi lain di negara ini.”

    Pada hari Sabtu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Gedung Putih berhubungan langsung dengan HTS dan Sharaa, yang kepalanya masih dihargai sebesar $10 juta oleh pemerintah AS.

    “Ya, kami telah melakukan kontak dengan HTS dan pihak-pihak lain,” kata Blinken dalam konferensi pers di Aqaba, Yordania. “Pesan kami kepada rakyat Suriah adalah ini: Kami ingin mereka berhasil, dan kami siap membantu mereka melakukannya,” imbuh Blinken.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Assad Jatuh, Israel Setujui Rencana Perluas Permukiman di Dataran Tinggi Golan

    Assad Jatuh, Israel Setujui Rencana Perluas Permukiman di Dataran Tinggi Golan

    ERA.id – Pemerintah Israel menyetujui rencana memperluas permukiman di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang saat ini diduduki oleh Israel, demikian menurut pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (15/12/2024).

    Rencana senilai 10,81 juta dolar AS tersebut disetujui dengan suara bulat oleh kabinet “mengingat perang dan front baru dengan Suriah” kata pernyataan itu dilansir dari Xinhua.

    Menurut pernyataan itu, rencana tersebut bertujuan untuk melipatgandakan populasi Israel di Dataran Tinggi Golan. Rencana itu termasuk mendirikan sebuah desa pelajar, sebuah program pengembangan untuk mengintegrasikan penduduk baru, serta inisiatif-inisiatif untuk memperkuat sistem pendidikan dan infrastruktur energi terbarukan.

    “Memperkuat Golan berarti memperkuat Negara Israel dan itu sangat penting saat ini. Kita akan terus mempertahankannya (Dataran Tinggi Golan), menjadikannya berkembang, dan menetap di dalamnya,” kata Netanyahu di awal rapat kabinet terkait rencana tersebut.

    Israel merebut sebagian Dataran Tinggi Golan dalam perang 1967 dan mencaploknya, meski menuai kecaman internasional.

    Menyusul jatuhnya pemerintahan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada 8 Desember, Israel menguasai zona penyangga yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebuah wilayah demiliterisasi yang dibentuk pada 1974 di bawah perjanjian gencatan senjata Israel-Suriah.

    Pasukan Israel juga menguasai sebuah pos terdepan milik militer Suriah dan menempatkan pasukannya di puncak Gunung Hermon di Golan. Sementara itu, Israel semakin intensif melancarkan serangan udara terhadap aset-aset militer Suriah di seluruh Suriah, dengan alasan untuk mencegah agar senjata-senjata tersebut tidak jatuh ke teroris.

  • Terowongan Senjata Iran di Suriah Jadi Target Israel, Disebut Tampung Sistem Rudal Canggih – Halaman all

    Terowongan Senjata Iran di Suriah Jadi Target Israel, Disebut Tampung Sistem Rudal Canggih – Halaman all

    TRIBUNNEWS.com – Israel diketahui telah melancarkan serangan bertubi-tubi terhadap Suriah, pasca-runtuhnya rezim Bashar al-Assad beberapa waktu lalu.

    TV Al-Ghad yang bermarkas di Yordania, melaporkan Israel menargetkan sejumlah fasilitas militer penting Suriah pada akhir pekan lalu.

    Jet tempur Israel dikatakan menghantam gudang rudal balistik Scud, peluncur roket, dan bandara militer Nasiriyah di wilayah Qalamoun.

    Selain itu, Israel juga dilaporkan menargetkan terowongan senjata milik Iran di Suriah, yang disebutkan menampung sistem rudal canggih.

    Pejabat Israel sebelumnya diketahui telah menekankan, serangan di Suriah bertujuan untuk mencegah pengiriman senjata ke Hizbullah dan pasukan lain yang didukung Iran.

    Sementara itu, baru-baru ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bicara soal Iran.

    Netanyahu mengklaim serangan Israel terhadap Iran dan sekutunya selama beberapa bulan terakhir, telah menghancurkan Poros Perlawanan yang dipimpin Teheran.

    “Setahun yang lalu, saya katakan kita akan mengubah wajah Timur Tengah, dan kita melakukannya.”

    “Suriah (sekarang) bukan Suriah yang sama. Lebanon (saat ini) bukan Lebanon yang sama Gaza (juga) bukan Gaza yang sama.”

    “Dan kepala (pemimpin) Poros (Perlawanan), Iran, bukan lagi Iran yang sama. Mereka merasakan kekuatan kita,” ujar Netanyahu dalam sebuah pernyataan, Minggu (15/12/2024), dikutip dari Iran International.

    Sejak jatuhnya Assad, Israel telah meningkatkan serangan udara terhadap posisi tentara Suriah dan militan yang didukung Iran di seluruh negara Arab.

    Israel berdalih, serangan itu untuk mencegah pemberontak mengakses aset militer canggih yang mungkin digunakan untuk menyerang mereka.

    “Pada hari Sabtu, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan secara terbuka: ‘Hizbullah telah kehilangan rute pasokan militernya melalui Suriah.’”

    “Ini, tentu saja, merupakan bukti tambahan atas pukulan telak yang telah kami berikan kepada seluruh poros Iran,” tutur Netanyahu.

    Namun, ia memperingatkan serangan udara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan terus mencegah Teheran dan proksinya menyerang Israel.

    “Saya dengan tegas menyatakan kepada Hizbullah dan Iran: Untuk mencegah Anda menyerang kami, kami akan terus mengambil tindakan terhadap Anda sebagaimana diperlukan, di setiap arena dan setiap saat,” tegasnya.

    Israel Layangkan Ancaman Terhadap HTS

    Israel diketahui juga melayangkan ancaman terhadap oposisi Suriah, Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS).

    Hal ini disampaikan jurnalis dan analis politik Israel, Barak Ravid, dalam wawancara dengan CNN.

    Ravid mengatakan pesan ancaman itu disampaikan Israel kepada HTS lewat tiga pihak.

    Israel, kata Ravid, memperingatkan HTS untuk tidak mendekati perbatasan.

    “Kami (tentara pendudukan Israel) tak akan tinggal diam jika HTS mendekati perbatasan,” ujar Ravid menirukan pesan itu, Sabtu (14/12/2024).

    Ia menambahkan, Israel memiliki hubungan dekat dengan beberapa kelompok di Suriah, terutama kelompok Kurdi di wilayah utara negara itu.

    Ravid juga menyebut Israel akrab dengan komunitas Druze di Dataran Tinggi Golan Suriah.

    “Terkait dengan Druze di Suriah, Israel telah memberi tahu Druze di Israel, Mereka (Druze di Israel) akan melakukan intervensi jika komunitas Druze di Suriah terancam,” ungkap Ravid.

    Ravid mencatat, Israel menunjukkan keraguan besar terhadap HTS.

    Keraguan itu jauh lebih besar dibanding yang ditunjukkan oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, atau negara-negara Eropa terhadap kelompok tersebut.

    Ia menyatakan Israel saat ini berupaya melemahkan kemampuan tentara Suriah yang tersisa.

    Ia juga menekankan, Israel akan terus mengebom fasilitas-fasilitas militer yang tersisa dalam beberapa hari mendatang, yang mencerminkan tujuan rezim Zionis untuk melemahkan tentara Suriah.

    Ravid menyatakan Israel bermaksud memanfaatkan situasi saat ini untuk memastikan pihak manapun yang menguasai Suriah dalam beberapa tahun mendatang, akan membutuhkan waktu lama untuk membangun kembali tentaranya.

    Tumbangnya Rezim al-Assad

    Diketahui, rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tumbang setelah puluhan tahun berkuasa, Minggu(7/12/2024), ketika ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi.

    Kelompok oposisi bersenjata terlibat dalam perjuangan panjang dalam upaya menjatuhkan rezim al-Assad, dikutip dari Middle East Monitor.

    Setelah bentrokan meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan banyak kendali atas banyak wilayah, mulai Aleppo, Idlib, hingga Hama.

    Akhirnya, saat rakyat turun ke jalanan di Damaskus, pasukan rezim mulai menarik diri dari lembaga-lembaga publik dan jalan-jalan.

    Sementara, kelompok oposisi mempererat cengkeraman mereka di pusat kota.

    Dengan diserahkannya Damaskus ke oposisi, rezim al-Assad selama 61 tahun resmi berakhir.

    Al-Assad bersama keluarganya diketahui melarikan diri dari Suriah, usai oposisi menguasai Damaskus.

    Rezim al-Assad dimulai ketika Partai Baath Sosialis Arab berkuasa di Suriah pada 1963, lewat kudeta.

    Pada 1970, ayah al-Assad, Hafez al-Assad, merebut kekuasaan dalam kudeta internal partai.

    Setahun setelahnya, Hafez al-Assad resmi menjadi Presiden Suriah.

    Ia terus berkuasa hingga kematiannya di tahun 2000, yang kemudian dilanjutkan oleh al-Assad.

    (Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

  • Netanyahu Bilang Israel Tak Tertarik untuk Konfrontasi dengan Suriah

    Netanyahu Bilang Israel Tak Tertarik untuk Konfrontasi dengan Suriah

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel tidak tertarik untuk berkonfrontasi dengan Suriah. Ini disampaikannya pada hari Minggu (15/12) waktu setempat, beberapa hari setelah ia memerintahkan pasukan Israel ke zona penyangga antara pasukan kedua negara di Dataran Tinggi Golan.

    “Kami tidak tertarik untuk berkonfrontasi dengan Suriah. Kebijakan Israel terhadap Suriah akan ditentukan oleh realitas yang berkembang di lapangan,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video, dilansir kantor berita AFP, Senin (16/12/2024). Hal ini disampaikannya satu minggu setelah kelompok pemberontak menggulingkan presiden Suriah Bashar al-Assad.

    Pekan lalu, kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mendeklarasikan kemenangannya atas perebutan kekuasaan di Suriah. Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Golani berhasi menyingkirkan Assad dari kekuasaan, mengakhiri pemerintahan tangan besi klan Assad selama lima dekade.

    Sejak itu, pasukan Israel telah bergerak ke zona demiliterisasi di dalam Suriah yang dibuat setelah perang Arab-Israel tahun 1973, termasuk sisi Suriah dari Gunung Hermon yang strategis yang menghadap ke ibu kota Suriah, Damaskus, tempat Israel mengambil alih pos militer Suriah yang ditinggalkan.

    Israel telah menyatakan bahwa mereka tidak berniat untuk tinggal di sana. Israel menyebut serangan ke wilayah Suriah itu sebagai tindakan terbatas dan sementara untuk memastikan keamanan perbatasan. Israel juga telah melancarkan ratusan serangan terhadap persediaan senjata strategis Suriah.

    Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, UEA, dan Yordania, mengutuk apa yang mereka sebut sebagai perebutan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan oleh Israel.

  • Netanyahu Akan Tambah Populasi Israel di Golan, Arab Saudi Bilang Gini

    Netanyahu Akan Tambah Populasi Israel di Golan, Arab Saudi Bilang Gini

    Riyadh

    Pemerintah Arab Saudi mengecam rencana Israel untuk menggandakan populasinya di area Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang puluhan tahun diduduki Tel Aviv. Riyadh menyebutnya sebagai langkah “sabotase” terhadap Suriah.

    Kementerian Luar Negeri Saudi, seperti dilansir Al-Arabiya, Senin (16/12/2024), menyatakan “kutukan dan kecaman” terhadap rencana Israel tersebut, yang diumumkan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Minggu (15/12) waktu setempat.

    Riyadh menyebut rencana itu sebagai bagian dari “sabotase berkelanjutan terhadap peluang untuk memulihkan keamanan dan stabilitas di Suriah” setelah pasukan pemberontak menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad sepekan lalu.

    “Kerajaan memperbarui seruan kepada komunitas internasional untuk mengutuk pelanggaran Israel ini, menekankan perlunya menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Suriah,” tegas pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi.

    “Golan merupakan tanah Arab Suriah yang diduduki,” sebut Kementerian Luar Negeri Saudi.

    Netanyahu dan pemerintahannya dilaporkan telah sepakat, pada Minggu (15/12), untuk melipatgandakan populasi Israel di area Dataran Tinggi Golan.

    “Memperkuat Golan adalah memperkuat Negara Israel, dan hal ini sangat penting saat ini. Kami akan terus mempertahankannya, mengembangkannya, dan tinggal di dalamnya,” tegas Netanyahu dalam pernyataannya.

  • Netanyahu Bertekad Lipat Gandakan Populasi Israel di Golan!

    Netanyahu Bertekad Lipat Gandakan Populasi Israel di Golan!

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyatakan akan melipatgandakan populasi Israel di area Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang diduduki Tel Aviv. Langkah tersebut menuai kontroversi, mengingat pemimpin oposisi Suriah yang menggulingkan rezim Bashar al-Assad pekan lalu, cenderung moderat.

    “Memperkuat Golan adalah memperkuat Negara Israel, dan hal ini sangat penting saat ini. Kami akan terus mempertahankannya, mengembangkannya, dan tinggal di dalamnya,” tegas Netanyahu dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (16/12/2024).

    Kantor Netanyahu mengatakan dalam pernyataannya bahwa pemerintah Israel dengan suara bulat menyetujui rencana senilai lebih dari 40 juta Shekel untuk mendorong pertumbuhan demografis di Golan.

    Disebutkan bahwa Netanyahu telah mengajukan rencana tersebut kepada pemerintah Tel Aviv “mengingat perang dan front baru yang dihadapi Suriah, dan karena keinginan untuk melipatgandakan populasi Golan”.

    Analis Avraham Levine dari Pusat Penelitian dan Pendidikan Alma, yang mengkhususkan diri pada tantangan keamanan Israel di perbatasan utaranya, menyebut sekitar 31.000 warga Israel telah tinggal dan menetap di Golan. Kebanyakan dari mereka bekerja di bidang pertanian, termasuk perkebunan anggur, dan pariwisata.

    Golan sendiri merupakan rumah bagi 24.000 warga Druze, minoritas Arab yang menganut aliran ajaran Islam. Sebagian besar mengidentifikasi diri mereka sebagai warga Suriah.

    Tahun 2019 lalu, ketika masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Washington menyatakan dukungan terhadap kedaulatan Israel atas Golan, meskipun aneksasi itu tidak diakui oleh sebagian besar negara di dunia.

  • HTS di Suriah Tolak Serang IDF, Israel Akan Gandakan Jumlah Penduduk Golan, AS Kirim Kapal Induk – Halaman all

    HTS di Suriah Tolak Serang IDF, Israel Akan Gandakan Jumlah Penduduk Golan, AS Kirim Kapal Induk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dengan tegas menolak berperang atau berkonflik dengan Israel.

    Pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Jolani, mengaku kini berfokus memulihkan Suriah yang baru saja ditinggalkan rezim Bashar al-Assad.

    Di sisi lain, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menyerang Suriah ratusan kali sejak rezim Assad tumbang.

    “Israel sudah jelas melewati batas di Suriah, itu merupakan ancaman eskalasi tak berdasar di kawasan ini,” kata Jolani tempo hari saat diwawancarai Syria TV.

    “Kondisi Suriah yang letih karena perang, setelah konflik dan perang bertahun-tahun, tidak mengizinkan adanya konfrontasi baru. Prioritas saat ini adalah pembangunan kembali dan stabilitas, tidak ditarik ke dalam sengketa yang bisa memunculkan kehancuran lebih lanjut.”

    Dia mengatakan solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas. Menurutnya, “petualangan politik yang tanpa perhitungan” tidak dihendaki.

    Sementara itu, pemerintah Israel sudah menyetujui rencana untuk mengembangkan kawasan Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang diduduki Israel.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (15/12/2024), mengatakan rencana itu termasuk memperkuat pemukiman dan menggandakan jumlah penduduk di sana.

    “Pemerintah secara bulat menyetujui rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mendukung pertumbuhan demografi di pemukiman di Dataran Tinggi Golan dan Katzrin dengan total anggaran lebih dari 40 juta shekel,” kata kantor itu, dikutip dari Sputnik News.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (khaberni/HO)

    Di samping itu, yang turut menjadi menjadi bagian dari rencana itu ialah kawasan pendidikan, energi terbarukan, dan pembangunan tempat tinggal pelajar.

    Ada pula progam pengembangan organisasi yang bertujuan untuk membantu Dewan Regional Golan dalam menyambut penduduk baru.

    “Penguatan Dataran Tinggi Golan itu penting untuk keamanan dan stabilitas negara Israel. Itu penting terutama dalam situasi saat ini. Kita akan terus menjaga, mengembangkan, dan menduduki area ini.”

    Sebelumnya, Netanyahu mengklaim Dataran Tinggi Golan akan selamanya menjadi bagian dari Israel.

    Israel memperkuat pertahanan di Golan setelah rezim Assad tumbang. Negara Zionis itu juga merampas sebagian wilayah Suriah.

    Pada Minggu, Netanyahu berujar kesepakatan yang dicapai setelah Perang Yom Kippur 1973 tak lagi sah lantaran pasukan Suriah telah meninggalkan posisinya. Dia kemudian meminta IDF menduduki buffer zone atau zona penyangga.

    Rencana Netanyahu untuk Golan itu mendapat kecaman dari Arab Saudi. Menurut Arab Saudi, tindakan Israel itu adalah “sabotase”.

    “Sabotase yang berlanjut terhadap peluang untuk memulihkan keamanan dan stabilitas di Suriah,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi pada Minggu.

    Sementara itu, PBB sudah meminta Israel untuk menarik diri dari zona penyangga yang berada di perbatasan Israel-Suriah.

    “Sangat prihatin atas pelanggaran besar terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Suriah baru-baru ini,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres.

    Prancis, Jerman, dan Spanyol juga sudah meminta Israel mundur dari zona demiliterisasi.

    Seorang tentara Israel duduk di belakang truk dekat zona penyangga yang memisahkan Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel dari wilayah Suriah lainnya pada 8 Desember 2024. (AFP/JALAA MAREY)

    Kapal induk AS dikerahkan ke Timur Tengah

    Di tengah berlangsungnya konflik Suriah, AS mengirimkan satuan tempur kapal induk USS Harry S. Truman ke Timur Tengah.

    Pada Senin kemarin, kapal itu sudah dilaporkan berlayar di Laut Merah.

    “Pada tanggal 14 Desember, Satu Tempur Kapal Induk USS Harry S. Truman (HSTCSG) yang terdiri atas kapal komando USS Harry S. Truman (CVN 75), Sayap Udara (CV) 1 dengan sembilan skuadron udara yang diberangkatkan; Skuadron Perusak (DESRON) 28; rudal penjelajah kelas Ticonderoga dengan sistem pemandu, USS Gettysburg …,” kata Komando Pusat AS melalui akun X.

    Menurut Komando Pusat AS, tujuan pengerahan itu ialah menjaga stabilitas dan keamanan di Timur Tengah.

    Adapun pada awal November lalu, jet-jet tempur F-15E dikerahkan ke Timur Tengah dari Inggris. Jet itu memperkuat militer AS di Timur Tengah.

    (Tribunnews/Febri)

  • Assad Tumbang, Israel Gandakan Pemukim Yahudi di Dataran Tinggi Golan

    Assad Tumbang, Israel Gandakan Pemukim Yahudi di Dataran Tinggi Golan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel sepakat soal rencana menambah pemukim di wilayah yang diduduki di Dataran Tinggi Golan, usai rezim Bashar Al Assad di Suriah runtuh.

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan “pemerintah secara bulat” menyetujui untuk “mengembangkan demografi” di wilayah tersebut.

    Netanyahu mengatakan pemerintah akan menggelontorkan anggaran lebih dari 40 juta shekel atau sekitar Rp177 miliar untuk meningkatkan populasi pemukim.

    “Memperkuat Golan berarti memperkuat Negara Israel, dan hal ini sangat penting saat ini,” kata Netanyahu, dikutip Al Jazeera, Minggu (15/12).

    Dia lalu berujar, “Kami akan terus mempertahankannya membuat wilayah itu berkembang, dan menetap di dalamnya.”

    Langkah ini membuat Israel bisa menggandakan jumlah populasi di Dataran Golan.

    Hingga kini terdapat sekitar 31.000 pemukim Israel yang tersebar di puluhan permukiman ilegal di Dataran Tinggi Golan. Mereka hidup berdampingan dengan kelompok minoritas, termasuk Druze, yang sebagian besar mengidentifikasi diri sebagai warga Suriah.

    Rencana baru ini hanya mencakup sebagian Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel sejak 1967.

    Rencana tersebut juga tak berhubungan dengan porsi tanah Suriah yang direbut Israel usai Assad jatuh. Wilayah yang mereka rebut mencakup Gunung Hermon.

    Usai rezim Assad runtuh, sejumlah pengamat menilai situasi itu menguntungkan Israel. Netanyahu, menurut mereka, tentu akan memanfaatkan momen semaksimal mungkin, termasuk pengerahan pemukim ke Dataran Tinggi Golan

    “Netanyahu memanfaatkan momen ini untuk mengumumkan penambahan permukiman untuk memperkuat pendudukan dan menjadikan permanen,” kata reporter Al Jazeera, Nour Odeh, dalam analisisnya.

    Dia juga membandingkan upaya Israel di Dataran Tinggi Golan sama seperti pendudukan Israel di Tepi Barat, Palestina.

    “Perampasan tanah, permukiman, pendudukan permanen,” imbuh Odeh.

    (isa/dna)

    [Gambas:Video CNN]

  • Netanyahu Sebut Diskusikan soal Gaza hingga Suriah dengan Trump

    Netanyahu Sebut Diskusikan soal Gaza hingga Suriah dengan Trump

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbincang dengan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal perkembangan di Gaza, Palestina, dan Suriah, Sabtu (15/12).

    Netanyahu mengaku berbicara dengan Trump soal upaya pembebasan sandera dari tangan milisi Hamas di Gaza. Dia juga membicarakan soal kemenangan Israel.

    “Kami membahas perlunya menyelesaikan kemenangan Israel dan kami berbicara panjang lebar tentang upaya yang kami lakukan untuk membebaskan sandera kami,” katanya, Minggu (15/12) seperti dikutip dari Reuters.

    Sebelumnya, pemerintahan AS yang kini masih dipimpin Presiden Joe Biden melalui penasihat keamanan nasional Jake Sullivan pada pekan lalu meyakini akan ada kesepakatan gencatan senjata di Gaza hingga pembebasan sandera.

    Netanyahu mengatakan dia dan Trump juga membahas situasi di Suriah setelah penggulingan Presiden Bashar al-Assad.

    Israel telah melakukan ratusan serangan terhadap persediaan senjata strategis Suriah beberapa hari sejak penggulingan Assad dan memindahkan pasukan ke zona demiliterisasi di Suriah.

    “Kami tidak tertarik pada konflik dengan Suriah,” klaim Netanyahu.

    Tindakan Israel di Suriah, katanya, adalah untuk, “menggagalkan potensi ancaman dari Suriah dan mencegah pengambilalihan elemen teroris di dekat perbatasan.”

    Trump akan mengucap sumpah sebagai Presiden AS pada 20 Januari mendatang. Juru bicara Trump menolak mengonfirmasi soal isi perbincangan dengan Netanyahu.

    Utusan Trump untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff pada pekan lalu mengatakan jika para sandera Israel tak dibebaskan Hamas pada hari pelantikannya, maka itu bakal menjadi ‘sebuah hari yang tak indah’.

    Sementara itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengesahkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat di Jalur Gaza, Palestina, Rabu (11/12). Resolusi itu didukung oleh 158 negara, dengan sembilan lainnya menolak dan 13 memilih abstain.

    Resolusi ini berisi desakan untuk “gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen” serta “pembebasan segara dan tanpa syarat semua sandera”.

    Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menyambut baik resolusi Majelis Umum PBB ini. Ia berterima kasih atas dukungan luar biasa negara-negara terhadap resolusi ini dan mengatakan bahwa suara tersebut “mencerminkan tekad dan kebulatan tekad masyarakat internasional.”

    “Kami akan terus mengetuk pintu Dewan Keamanan dan Majelis Umum hingga kami melihat gencatan senjata segera dan tanpa syarat diberlakukan dan hingga kami melihat bantuan kemanusiaan didistribusikan secara besar-besaran di seluruh penjuru Jalur Gaza,” ujarnya.

    Sementara itu, Wakil Duta Besar Amerika Serikat Robert Wood, selaku penentang resolusi, mengatakan bahwa pengesahan resolusi ini merupakan hal yang “memalukan dan salah.”

    Utusan Israel untuk PBB Danny Danon juga mengatakan menjelang pemungutan suara bahwa resolusi tersebut “di luar logika.”

    “Pemungutan suara hari ini bukanlah pemungutan suara untuk belas kasih. Ini adalah pemungutan suara untuk keterlibatan,” kata Danon.

    Majelis Umum PBB telah beberapa kali mengadopsi resolusi mengenai situasi di Jalur Gaza, Palestina. Kendati begitu, resolusi Majelis Umum tak bisa melewati Dewan Keamanan PBB, yang telah lumpuh pada isu-isu panas seperti Gaza dan Ukraina buntut politik internal.

    Resolusi Majelis Umum PBB tidak mengikat secara hukum. Artinya, desakan ini bisa saja diabaikan tanpa konsekuensi apa pun.

    (Reuters/kid)

    [Gambas:Video CNN]