Tag: Benjamin Netanyahu

  • Jalur Gaza Hancur, Irlandia Pastikan Tangkap PM Israel Netanyahu jika Pergi ke Negaranya – Halaman all

    Jalur Gaza Hancur, Irlandia Pastikan Tangkap PM Israel Netanyahu jika Pergi ke Negaranya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris, baru-baru ini mengumumkan akan menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, jika berkunjung ke negaranya.

    “Ya, tentu saja,” kata Simon Harris ketika menjawab pertanyaan apakah Irlandia akan melaksanakan perintah ICC untuk menangkap Netanyahu.

    “Kami mendukung pengadilan internasional dan melaksanakan surat perintah penangkapan mereka,” katanya kepada Televisi Publik Irlandia (RTI).

    Ia juga menolak tuduhan Israel, Irlandia memusuhi mereka.

    “Saya menolak keras tuduhan bahwa Irlandia memusuhi Israel. Irlandia mendukung perdamaian, dan mendukung hak asasi manusia serta hukum internasional,” tegasnya.

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Irlandia mengatakan tindakan Irlandia yang membela Palestina dengan mendukung kasus genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan terhadap Israel, bukanlah tindakan permusuhan terhadap Israel.

    Sebelumnya, Israel tidak terima dengan sikap Irlandia dan mengancam akan menutup kedutaan besarnya di Dublin.

    Menanggapi sikap Israel, Irlandia tidak berniat menarik kembali keputusannya untuk ikut serta dalam gugatan yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel.

    Menteri Luar Negeri Irlandia, Micheál Martin, menyatakan kedutaan besar negaranya di Israel tidak akan ditutup setelah tindakan Israel.

    “Kedutaan kami sedang melakukan pekerjaan penting, dan Irlandia akan terus menjaga hubungan diplomatiknya dengan Israel, yang mencakup hak untuk menyetujui dan tidak menyetujui poin-poin penting,” kata Micheál Martin, Rabu (18/12/2024).

    Ia mengatakan dukungan terhadap dikeluarkannya surat perintah penangkapan oleh ICC terhadap Netanyahu tidak boleh dianggap sebagai tindakan permusuhan.

    “Mengakui negara Palestina, seperti yang telah kami lakukan, bukanlah tindakan permusuhan,” kata Micheál Martin.

    “Perilaku tentara Israel bertentangan dengan pedoman moral,” lanjutnya.

    Ia menegaskan Irlandia telah meminta Israel untuk melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza.

    “Sepanjang waktu, kami menyerukan kepada tentara Israel untuk melakukan gencatan senjata di Gaza, dan menghentikan kehancuran,” katanya.

    “Saya yakin jika hal itu terjadi, dunia akan dikejutkan oleh kejadian tersebut. Kehancuran sudah terjadi (di Jalur Gaza), dan dia akan memahami perlunya perubahan radikal dalam situasi ini,” tegasnya.

    Jumlah Korban di Jalur Gaza

    Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.

    Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 45.097 jiwa dan 107.244 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (18/12/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

    Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.

    Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Kaleidoskop 2024 Perang Gaza: Bagaimana Sejarah Konflik Israel-Palestina? – Halaman all

    Kaleidoskop 2024 Perang Gaza: Bagaimana Sejarah Konflik Israel-Palestina? – Halaman all

    Kaleidoskop 2024 Perang Gaza: Bagaimana Sejarah Konflik Israel-Palestina?

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dan Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas terlibat dalam Perang Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, menambah daftar panjang konflik bersenjata dua entitas yang mendiami sebuah wilayah di Jazirah Arab.

    Perang Gaza itu ditandai oleh serangan Banjir Al-Aqsa oleh faksi-faksi milisi Palestina di Jalur Gaza yang menyerbu ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

    Hamas menyatakan, serangan itu adalah akumulasi dari penindasan pendudukan Israel dan penistaan zionis terhadap situs-situs suci di tanah Palestina.

    Serangan Banjir Al-Aqsa ini diklaim pihak Israel menewaskan 1.200 orang dan Hamas menyandera 253 orang Israel.

    Israel membalas dengan serangan militer di Gaza yang menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza per 18 Desember 2024. 

    Hampir seluruh populasi yang berjumlah 2,3 juta orang di daerah kantong itu telah mengungsi dari rumah mereka dan sebagian besar wilayahnya telah dihancurkan sepanjang 2024, menandai satu di antara aksi genosida dan pemusnahan etnis paling suram dalam sejarah peradaban.

    “Perang Gaza adalah episode paling berdarah dalam konflik antara Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama lebih dari 75 tahun dan menyebabkan ketidakstabilan di Timur Tengah,” tulis ulasan Reuters.

    Personel Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas di Jalur Gaza. Hamas menyatakan tidak ada pertukaran sandera sebelum pasukan Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza. (khaberni/HO)

    Apa Asal Mula Konflik Israel-Palestina

    Konflik tersebut terjadi karena benturan atas keinginan Israel untuk mendapatkan tanah air yang aman di wilayah yang telah lama dianggapnya sebagai Timur Tengah, dengan aspirasi Palestina yang belum terwujud untuk mendapatkan negara mereka sendiri.

    Pada tahun 1947, ketika Palestina berada di bawah kekuasaan mandat Inggris, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui rencana untuk membaginya menjadi negara-negara Arab dan Yahudi dan untuk pemerintahan internasional atas Yerusalem.

    Para pemimpin Yahudi menerima rencana tersebut, di mana mereka mendapat sebanyak 56 persen tanah Palestina. Liga Arab menolak usulan tersebut.

    Sosok Yahudi yang disebut-sebut sebagai ‘Bapak Pendiri Israel’, David Ben-Gurion, memproklamasikan negara Israel modern pada tanggal 14 Mei 1948, sehari sebelum berakhirnya kekuasaan Inggris yang dijadwalkan.

    “Deklarasi negara Israel ini menjadi ruang membangun tempat perlindungan yang aman bagi orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari penganiayaan dan mencari rumah nasional di tanah yang mereka kutip hubungannya sudah ada sejak jaman dahulu,” tulis Reuters.

    Pada akhir tahun 1940-an, kekerasan meningkat antara orang Arab, yang mencakup sekitar dua pertiga populasi, dan orang Yahudi.

    Sehari setelah Israel didirikan, pasukan dari lima negara Arab menyerang.

    Dalam perang berikutnya, sekitar 700.000 warga Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka, berakhir di Yordania, Lebanon, dan Suriah, serta di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

    Warga Palestina meratapi hal ini sebagai “Nakba”, atau malapetaka.

    Israel membantah pernyataan bahwa mereka telah memaksa keluar warga Palestina.

    Perjanjian gencatan senjata menghentikan pertempuran pada tahun 1949, tetapi tidak ada perdamaian resmi.

    Keturunan warga Palestina yang tetap bertahan dalam perang kini berjumlah sekitar 20 persen dari populasi Israel.

    Intifada atau gerakan perjuangan bersenjata di Palestina melawan agresor Israel. (fatehyouthgermany.blogspot.com)

    Perang Apa Saja yang Terjadi Sejak Itu?

    Pada tahun 1967, Israel melancarkan serangan pendahuluan terhadap Mesir dan Suriah, yang memicu Perang Enam Hari.

    Israel merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur Arab dari Yordania, Dataran Tinggi Golan dari Suriah, serta Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza dari Mesir.

    Sensus Israel tahun 1967 menyebutkan populasi Gaza berjumlah 394.000, sedikitnya 60?ri mereka adalah pengungsi Palestina dan keturunan mereka.

    Pada tahun 1973, Mesir dan Suriah menyerang posisi Israel di sepanjang Terusan Suez dan Dataran Tinggi Golan, yang memicu Perang Yom Kippur.

    Israel berhasil memukul mundur kedua pasukan dalam waktu tiga minggu.
     
    Israel menginvasi Lebanon pada tahun 1982 dan ribuan gerilyawan Organisasi Pembebasan Palestina di bawah pimpinan Yasser Arafat dievakuasi melalui laut setelah pengepungan selama 10 minggu.

    Pasukan Israel ditarik keluar dari Lebanon pada tahun 2000.

    Pada tahun 2005, Israel menarik para pemukim dan tentara dari Gaza.

    Hamas memenangkan pemilihan parlemen pada tahun 2006 dan menguasai penuh Gaza pada tahun 2007.

    Pertempuran besar terjadi antara Israel dan militan Palestina di Gaza pada tahun 2006, 2008, 2012, 2014 dan 2021.

    Pada tahun 2006, militan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran menangkap dua tentara Israel di wilayah perbatasan dan Israel melancarkan tindakan militer, yang memicu perang selama enam minggu.

    Terdapat pula dua intifada atau pemberontakan Palestina dari tahun 1987 hingga 1993 dan tahun 2000 hingga 2005.

    Pada intifada kedua, Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya melakukan bom bunuh diri di Israel, dan Israel melancarkan serangan tank dan serangan udara terhadap kota-kota Palestina.

    Sejak saat itu, telah terjadi beberapa putaran permusuhan antara Israel dan Hamas, yang menolak mengakui Israel.

    Sebaliknya, Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara lain. 

    Hamas mengatakan bahwa aktivitas bersenjatanya merupakan perlawanan terhadap pendudukan Israel, klaim yang belakangan diakui juga oleh negara-negara di PBB kalau Hamas adalah organisasi perjuangan Palestina.

    Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri cadangan melakukan patroli di wilayah Gaza Utara yang tampak rata tanah. Meski sudah beroperasi berbulan-bulan, IDF belum mampu membongkar kemampuan tempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas yang menjalankan taktik gerilya hit and run. (khaberni/HO)

    Apa Saja Upaya yang Telah Dilakukan untuk Mencapai Perdamaian?

    Pada tahun 1979, Mesir menjadi negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel, yang mana Semenanjung Sinai dikembalikan ke kekuasaan Mesir.

    Pada tahun 1993, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin PLO Arafat berjabat tangan pada Perjanjian Oslo yang menetapkan otonomi terbatas Palestina di Tepi Barat dan Gaza.

    Pada tahun 1994, Israel menandatangani perjanjian damai dengan Yordania. 

    Namun, pertemuan puncak enam tahun kemudian yang dihadiri oleh Arafat, Perdana Menteri Israel Ehud Barak, dan Presiden AS Bill Clinton di Camp David gagal mengamankan kesepakatan damai final.

    Pada tahun 2002, sebuah rencana Liga Arab yang diusulkan menawarkan Israel hubungan normal dengan semua negara Arab sebagai imbalan atas penarikan penuh dari wilayah yang direbutnya dalam perang Timur Tengah tahun 1967, pembentukan negara Palestina, dan “solusi yang adil” bagi para pengungsi Palestina.

    Penyajian rencana tersebut dibayangi oleh Hamas, yang meledakkan sebuah hotel Israel yang penuh dengan korban Holocaust saat jamuan makan Paskah.

    Upaya perdamaian lebih lanjut telah terhenti sejak 2014.

    Di bawah Presiden AS Donald Trump pada tahun 2020, Israel mencapai kesepakatan yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham untuk menormalisasi hubungan dengan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.

    Palestina berhenti berurusan dengan pemerintahan Amerika Serikat (AS) setelah Trump memutuskan hubungan dengan kebijakan AS dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. 

    Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

    Qatar dan Mesir telah bertindak sebagai mediator dalam perang terbaru, mengamankan gencatan senjata pada akhir tahun 2023 yang berlangsung selama tujuh hari, di mana beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas ditukar dengan tahanan yang ditahan oleh Israel, dan lebih banyak bantuan kemanusiaan mengalir ke Gaza.

    Utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang akan secara resmi memangku jabatan tersebut setelah Trump kembali menjabat, mengatakan pada awal Desember kalau “hari ini tidak akan indah” jika para sandera yang ditawan di Gaza tidak dibebaskan sebelum Trump kembali ke Gedung Putih pada tanggal 20 Januari.

    Di Mana Situasi Negosiasi Gencatan Senjata Saat Ini?

    Pembicaraan selama berbulan-bulan mengenai gencatan senjata lebih lanjut di Gaza sejauh ini terbukti tidak membuahkan hasil , hanya berkisar pada isu yang sama.

    Hal yang terpokok, Hamas mengatakan akan membebaskan sandera yang tersisa hanya sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengakhiri perang secara permanen. 

    Israel mengatakan tidak akan mengakhiri perang sampai Hamas dihancurkan.

    Masalah lain yang menghambat kesepakatan tersebut termasuk kontrol atas perbatasan antara Gaza dan Mesir, urutan langkah timbal balik dalam perjanjian apa pun, jumlah dan identitas tahanan Palestina yang akan dibebaskan bersama sandera Israel, dan kebebasan bergerak bagi warga Palestina di dalam Gaza.

    Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengupayakan “kesepakatan besar” di Timur Tengah yang akan mencakup normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.

    Riyadh mengatakan hal ini akan memerlukan kemajuan menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka, yang telah dikesampingkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Apa Saja Masalah Utama Israel-Palestina?

    Terdapat sejumlah masalah utama antara Israel dan Palestina yaitu:

    Solusi dua negara

    Pemukiman Israel di tanah Palestina yang diduduki (Israel)

    Status Yerusalem

    Perbatasan yang disepakati

    Nasib Pengungsi Palestina

    Solusi Dua Negara

    Solusi dua nefara adalah wacana kesepakatan yang akan menciptakan negara bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza bersama Israel. 

    Netanyahu mengatakan Israel harus memiliki kendali keamanan atas semua wilayah di sebelah barat Sungai Yordan.

    Syarat Netanyahu ini justru akan menghalangi berdirinya negara Palestina yang berdaulat.

    Kelompok aktivis pemukim Yahudi mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa pada hari ketiga libur Paskah Yahudi di Yerusalem pada 25 April 2024. Aksi mereka dikawal ketat oleh polisi Israel. Mohammad Hamad / Anadolu (Mohammad Hamad / ANADOLU / Anadolu melalui AFP)

    Pemukiman Israel

    Sebagian besar negara menganggap pemukiman Yahudi yang dibangun di atas tanah yang direbut Israel pada tahun 1967 sebagai ilegal.

    Israel membantah hal ini dan mengutip hubungan historis dan alkitabiah dengan tanah tersebut.

    Perluasan pemukiman yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang paling diperdebatkan antara Israel, Palestina, dan masyarakat internasional.

    Kelompok Yahudi Israel memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Pada perayaan hari Paskah Yahudi (Pesakh) kaum Yahudi Ekstremis Israel bersikeras untuk menggelar penyembelihan kurban di lokasi kuil ketiga yang mereka yakini ada di dalam kompleks masjid. (Wafa Agency)

    Status Yerusalem

    Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang meliputi situs-situs Kota Tua yang dikelilingi tembok yang dianggap suci oleh umat Muslim, Yahudi, dan Kristen, untuk menjadi ibu kota negara mereka.

    Israel mengatakan Yerusalem harus tetap menjadi ibu kotanya yang “tak terpisahkan dan abadi”.

    Klaim Israel atas bagian timur Yerusalem tidak diakui secara internasional.

    Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, tanpa menyebutkan sejauh mana yurisdiksinya di kota yang disengketakan itu, dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke sana pada tahun 2018.

    Nasib Pengungsi Palestina

    Saat ini sekitar 5,6 juta pengungsi Palestina – sebagian besar keturunan mereka yang melarikan diri pada tahun 1948 – tinggal di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat yang diduduki Israel, dan di Gaza.

    Sekitar setengah dari pengungsi yang terdaftar masih tidak memiliki kewarganegaraan, menurut kementerian luar negeri Palestina, banyak yang tinggal di kamp-kamp yang padat.

    Palestina telah lama menuntut agar para pengungsi dan jutaan keturunan mereka diizinkan untuk kembali.

    Israel mengatakan bahwa setiap pemukiman kembali pengungsi Palestina harus dilakukan di luar perbatasannya.

     

    (oln/rtrs/*)
     

  • Media Israel: IDF Sebut Kemampuan Militer Hamas Pulih, Sukses Rekrut Ribuan Petempur Baru – Halaman all

    Media Israel: IDF Sebut Kemampuan Militer Hamas Pulih, Sukses Rekrut Ribuan Petempur Baru – Halaman all

    Media Israel: IDF Sebut Kemampuan Militer Hamas Pulih, Sukses Rekrut Ribuan Petempur Baru

    TRIBUNNEWS.COM – Situs web Israel, Walla, mengutip sumber militer Israel (IDF) melaporkan kalau Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas dalam beberapa bulan terakhir berhasil merekrut ribuan petempur baru di Jalur Gaza.

    Sumber-sumber Israel mengatakan kalau para petempur baru Hamas menerima pelatihan dari para pemimpin baru yang menyesuaikan mereka dengan pola pertempuran tentara Israel.

    “Mereka (rekrutan baru Hamas) bertempur dengan para pemimpin militer (Hamas) yang tidak berhasil dibunuh oleh Israel,” kata laporan itu, dikutip Khaberni, Rabu (18/12/2024).

    Adaptasi Cara Perlawanan

    Situs Israel tersebut, mengutip sumber militer IDF, juga menambahkan kalau dalam beberapa bulan terakhir, pejuang Hamas telah menjalani pelatihan dan membangun garis pertahanan melawan tentara Israel.

    Sumber tersebut melanjutkan, para pemimpin Hamas terus beroperasi dengan cara yang tidak konvensional melawan pasukan tentara pendudukan Israel di Gaza.

    “Sumber IDF menekankan bahwa Hamas telah menyesuaikan diri di beberapa wilayah di Jalur Gaza selatan dengan kondisi pertempuran melawan pasukan pendudukan Israel,” kata laporan tersebut.

    Juni lalu, koresponden militer Radio Angkatan Darat Israel Doron Kadosh menggunggah cuitan di platform X, di mana ia membahas seputar rehabilitasi kekuatan gerakan Hamas.

    Kadosh menyebut, Hamas bisa memulihan kekuatannya di tingkat militer, dan juga pada tingkat “memulihkan kendali atas lembaga eksekutif” pemerintah di Gaza. 

    Personel Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dalam sebuah parade militer di Jalur Gaza.

    Kemampuan Militer Hamas Pulih

    Kadosh menjelaskan – dengan mengutip sumber keamanan senior Israel – bahwa IDF mengakui upaya yang dilakukan gerakan Hamas untuk merekrut dan melatih anggota baru di sayap militernya.

    Regenerasi petempur Hamas ini untuk menggantikan mereka yang terbunuh atau terluka dalam perang.

    Koresponden militer tersebut mengutip seorang anggota terkemuka dari lembaga keamanan Israel yang mengatakan, “Semua sistem militer Hamas sedang pulih dan berusaha merehabilitasi diri mereka sendiri di seluruh Jalur Gaza.”

    Adapun pengeboman Israel terus berlanjut di berbagai wilayah Jalur Gaza, bertepatan dengan berlanjutnya pengeboman dan peledakan rumah-rumah serta lingkungan pemukiman.

    Seiring itu, perlawanan dari faksi-faksi milisi pembebasan Palestina juga meningkat di berbagai wilayah dari Gaza Utara seperti di Jabalia hingga Rafah di Gaza Selatan

    Dengan dukungan mutlak Amerika, sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melakukan genosida di Gaza yang menyebabkan lebih dari 152.000 orang Palestina menjadi martir dan terluka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan orang. anak-anak dan orang lanjut usia, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

    Gencatan Senjata, Hamas Minta Israel Tak Minta Syarat Baru

    Hamas menyebut perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung di Qatar sebagai langkah yang serius dan positif.

    Hamas pun menambahkan bahwa pertukaran tawanan dengan tahanan dapat dicapai jika Israel berhenti mengajukan persyaratan baru.

    Pernyataan itu diumumkan dalam pernyataan yang dirilis pada hari Selasa (17/12/2024), sehari setelah delegasi Israel tiba di Doha, Qatar untuk bertemu dengan para mediator, mengutip PressTV.

    Qatar, bersama dengan Amerika Serikat dan Mesir, telah terlibat dalam negosiasi di balik layar selama berbulan-bulan untuk gencatan senjata Gaza dan pembebasan tawanan Israel.

    Namun, selain jeda pertempuran selama satu minggu akhir tahun lalu, negosiasi berturut-turut masih juga gagal menghentikan perang.

    Pada hari Senin (16/12/2024), menteri urusan militer Israel, Israel Katz, mengindikasikan bahwa negosiator Israel belum pernah sedekat ini dengan kesepakatan untuk pembebasan tawanan di Gaza sejak gencatan senjata November 2023.

    Seorang pejabat senior Hamas yang berkantor di Doha juga menyatakan pada hari Senin bahwa negosiasi untuk mencapai kesepakatan “lebih dekat dari sebelumnya”.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berbicara tentang operasi Israel di Suriah, menyusul pembicaraan telepon dengan Presiden terpilih AS Donald Trump, 15 Desember 2024. (Screenshot/GPO)

    Tetapi pejabat tersebut memperingatkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih bisa mengganggu kesepakatan seperti yang telah dilakukannya sebelumnya.

    Diperkirakan lebih dari seratus tawanan Israel masih berada di Gaza.

    Hamas mengatakan bahwa mereka hanya akan membebaskan tawanan tersebut jika Israel sepenuhnya menghentikan agresinya terhadap Gaza dan setuju untuk membebaskan ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara rezim tersebut.

    Netanyahu Dikabarkan Tidak Menghadiri Perundingan Gencatan Senjata di Kairo

    Sebelumnya, Reuters mengabarkan bahwa PM Israel Benjamin Netanyahu berangkat menuju Kairo untuk perundingan gencatan senjata.

    Namun kantor Netanyahu membantah hal tersebut.

    Mengutip Sky News, juru bicaranya mengirim pesan kepada wartawan yang berisi:

    “Perdana menteri tidak berada di Kairo.”

    Netanyahu justru mengunjungi Gunung Hermon di sisi perbatasan Suriah, Selasa (17/12/2024).

    Selama di sana, Netanyahu mengatakan pasukan Israel akan menduduki zona penyangga di dalam wilayah Suriah tersebut untuk waktu yang tidak dapat diperkirakan.

    Sementara itu, jumlah korban tewas di Gaza dalam perang Israel-Hamas telah melampaui 45.000 orang minggu ini, menurut pejabat Palestina.

    Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News bahwa AS yakin kedua belah pihak semakin dekat dengan gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu.

    “Kami yakin – dan Israel telah mengatakan ini – bahwa kami semakin dekat, dan tidak diragukan lagi, kami yakin akan hal itu, tetapi kami juga berhati-hati dalam optimisme kami,” ujar Kirby.

     

    (oln/khbrn/*)

     

  • Netanyahu Ogah Beranjak dari Gunung ‘Keramat’ Suriah, Ini Alasannya

    Netanyahu Ogah Beranjak dari Gunung ‘Keramat’ Suriah, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pasukan Israel akan tetap berada di Gunung Hermon, sebuah situs strategis di perbatasan Suriah, hingga ditemukan pengaturan baru yang dapat menjamin keamanan Israel.

    Gunung Hermon, yang berada di zona demiliterisasi antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, dikuasai oleh pasukan Israel setelah runtuhnya pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad bulan ini.

    Meski langkah ini disebut sebagai tindakan terbatas dan sementara untuk menjaga keamanan perbatasan Israel, belum ada kepastian kapan pasukan akan ditarik. Bahkan, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz telah memerintahkan persiapan pasukan untuk tetap berada di wilayah tersebut sepanjang musim dingin.

    Dilansir Reuters, pada Selasa (17/12/2024), Netanyahu mengunjungi Gunung Hermon untuk menerima pengarahan operasional dari para komandan militer dan pejabat keamanan.

    “Kami melakukan penilaian ini untuk memutuskan penempatan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) di tempat penting ini hingga ditemukan pengaturan lain yang dapat menjamin keamanan Israel,” katanya, melalui pernyataan yang dikeluarkan kantornya.

    Langkah Israel ini mendapat kecaman dari berbagai negara dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap perjanjian internasional. Beberapa pihak menyerukan agar pasukan Israel segera ditarik dari zona penyangga yang dibentuk setelah Perang Arab-Israel 1973.

    Keamanan Perbatasan dan Kontroversi Internasional

    Gunung Hermon memiliki arti strategis besar bagi Israel, terutama dalam memastikan pengawasan terhadap wilayah-wilayah sekitar yang dianggap rawan. Namun, keputusan Israel untuk memasuki zona demiliterisasi menuai kritik luas.

    Beberapa pejabat internasional menilai tindakan Israel sebagai pelanggaran terhadap perjanjian yang telah disepakati setelah perang 1973. Perjanjian tersebut mengatur zona penyangga sebagai area tanpa kehadiran militer aktif.

    Namun, Israel berargumen bahwa langkah ini diperlukan untuk merespons ancaman keamanan yang meningkat di wilayah tersebut, terutama setelah ketidakstabilan yang disebabkan oleh keruntuhan pemerintahan Assad.

    Dalam beberapa pekan terakhir, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz telah menegaskan bahwa pasukan harus siap untuk menghadapi tantangan musim dingin di lokasi tersebut.

    “Keamanan wilayah perbatasan adalah prioritas utama. Kami akan memastikan bahwa IDF siap untuk semua skenario,” kata Katz dalam pernyataannya pekan lalu.

    Pernyataan Katz menunjukkan kemungkinan kehadiran pasukan Israel di Gunung Hermon untuk waktu yang tidak sebentar, meskipun pihak pemerintah menyebut langkah ini sebagai solusi sementara.

    (luc/luc)

  • Hamas Bunuh 3 Tentara Israel dalam Pertempuran Jarak Dekat dan Ledakkan Rumah dengan 11 Tentara di dalamnya

    Hamas Bunuh 3 Tentara Israel dalam Pertempuran Jarak Dekat dan Ledakkan Rumah dengan 11 Tentara di dalamnya

    GELORA.CO – Kelompok perlawanan Palestina Hamas mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah membunuh tiga tentara Israel dalam bentrokan di Jalur Gaza utara.

    Sayap bersenjata kelompok tersebut, Brigade Qassam, mengatakan para pejuangnya telah menewaskan tiga tentara dari jarak dekat dan menghancurkan sebuah pengangkut personel di kamp pengungsi Jabalia.

    Menurut pernyataan tersebut, helikopter Israel terlihat mengevakuasi tentara yang tewas dan terluka dari lokasi tersebut.

    Dikutip dari Anadolu, kelompok tersebut juga mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa mereka telah meledakkan sebuah rumah di Jabalia tengah ketika 11 tentara berada di dalamnya, dengan mengatakan bahwa tentara tersebut tewas dan terluka dalam serangan tersebut.

    Tidak ada komentar dari tentara Israel mengenai klaim tersebut.

    Israel terus melancarkan perang genosida di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.000 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di Gaza.

  • Apa Tujuan Israel Serang Pangkalan AL Rusia di Tartus Suriah?

    Apa Tujuan Israel Serang Pangkalan AL Rusia di Tartus Suriah?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Serangan Israel di Tartus, Suriah, pada akhir pekan lalu mengakibatkan ledakan dahsyat yang guncangannya menyerupai gempa bumi.

    Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), Israel melancarkan serangan ke fasilitas militer Suriah yang salah satunya mengenai depot rudal permukaan-ke-permukaan.

    “Ledakan di Tartus sangat keras. Sejumlah ahli mengatakan serangan itu kemungkinan menghantam tempat produksi senjata kimia,” kata Resul Serdar dari Al Jazeera.

    Media Israel yang melaporkan serangan itu menyebut ledakan di Tartus bak “Hiroshima” saking dahsyatnya.

    Video-video yang beredar di media sosial menunjukkan asap seperti jamur membubung tinggi di lokasi pengeboman.

    Apa tujuan Israel menyerang Tartus?

    Sejak rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad runtuh, Israel telah menyerang sejumlah wilayah di perbatasan negara itu.

    Serangan itu utamanya terjadi di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang sebagian direbut Israel pada 1967 silam. Ada zona penyangga atau demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan, yang disepakati Israel dan Suriah pada 1974.

    Kawasan ini yang hendak direbut Israel dengan dalih agar tak ada lagi ancaman terhadap Negeri Zionis oleh milisi Suriah.

    “Memperkuat (pertahanan Israel) di Golan berarti memperkuat Negara Israel, dan ini sangat penting saat ini,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak lama usai rezim Al Assad tumbang.

    Meski telah mengakui menyerang Dataran Tinggi Golan, Israel pada faktanya juga menyerang sejumlah wilayah Suriah di luar Golan.

    Wilayah-wilayah Suriah yang diserang umumnya merupakan lokasi fasilitas militer Suriah yang telah ditinggalkan pasukan Al Assad.

    Salah satu fasilitas militer itu berada di Tartus. Kawasan ini bahkan menjadi lokasi pangkalan Angkatan Laut (AL) Rusia.

    Beberapa waktu lalu, citra satelit menunjukkan pasukan Rusia telah berkemas dan membongkar peralatan militer mereka di pangkalan angkatan laut Tartus dan pangkalan udara Hmeimim.

    Penampakan itu terlihat pasca pemerintahan Al Assad tumbang. Rusia merupakan salah satu negara pendukung rezim Al Assad selain Iran. Setelah Al Assad tumbang, Rusia menjadi tempat suaka Al Assad yang kabur dari Suriah pada 8 Desember lalu.

    Mengenai serangannya di berbagai fasilitas militer Suriah, Israel mengeklaim hal itu untuk mencegah persenjataan militer Suriah yang terbengkalai dipakai oleh milisi untuk menyerang Negeri Zionis.

    Sejalan dengan ini, catatan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) menunjukkan Israel telah melancarkan sekitar 473 serangan yang menargetkan situs militer di Suriah, demikian dikutip NBC News.

    (gas/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Merajut Kembali Kebinekaan demi Membangun Peradaban Indonesia

    Merajut Kembali Kebinekaan demi Membangun Peradaban Indonesia

    loading…

    Hadi Susiono Panduk, Kolumnis kelahiran Undaan Kidul-Kudus. Alumnus Universitas Diponegoro Semarang. Foto/Istimewa

    Hadi Susiono Panduk
    Kolumnis kelahiran Undaan Kidul-Kudus. Alumnus Universitas Diponegoro Semarang

    SITUASI dunia jelas tidak dalam keadaan baik-baik saja, business as usual. Perang Rusia-Ukraina , diprediksi bertambah sengit, setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengizinkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menggunakan rudal jarak jauh buatan Amerika Serikat, Army Tactical Missile System (ATACMS) untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia. Rudal yang diproduksi perusahaan Lockheed Martin ini memiliki kemampuan menyerang target hingga jarak 300 kilometer. Senjata ini pertama kali dikembangkan pada era 1980-an untuk menghadapi Uni Soviet, seperti dilansir harian New York Times, 20 November 2024.

    Selang sehari, Pemerintah Federasi Rusia, disebut membalas menyerang Ukraina, dengan meluncurkan rudal balistik Intermediate-Range Ballistic Missile (IRBM), Oreshnik. Rudal ini biasanya dirancang dengan jangkauan ribuan kilometer dan dapat membawa hulu ledak nuklir, meskipun dalam beberapa kasus juga dapat dilengkapi dengan hulu ledak konvensional, seperti diberitakan dalam tajuk Explainer di Harian Surat Kabar Nasional Inggris The Guardian, 22 November 2024.

    Di belahan dunia lain, Timur Tengah , terjadi konflik tak berkesudahan antara Israel-Hamas, Hizbullah, Houthi, dan proksi pro-Iran lainnya. Perang besar antara Israel-Hamas terjadi, pada tanggal 8 Oktober 2023. Zionis Israel telah membumihanguskan Jalur Gaza dan membantai lebih dari 42.000 warga Palestina (VOA-Indonesia, 10/11/2024).

    Tidak sampai di situ, Pemerintahan Benjamin Netanyahu juga, menginvasi dan membombardir wilayah Lebanon, hingga lebih dari 3.000 warga Lebanon tewas, 13.492 luka-luka. Di antara korban yang tewas terdapat 589 wanita, dan 185 anak-anak (Aljazeera, 5/11/2024).

    Kini, genjatan senjata antara Israel dan Hizbullah telah disepakati dengan menampilkan juru runding dari Amerika Serikat dan Prancis. Salah satu kesepakatan yang dibuat adalah bahwa Hizbullah diberikan waktu 60 hari untuk mengakhiri keberadaan pasukannya di Selatan Lebanon. Begitu juga, Israel harus menarik pasukannya dari wilayah yang sama pada waktu yang sama pula (BBC News, 26/11/2024).

    Pada saat genjata senjata diumumkan, timbul pergolakan dan penggulingan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah yang dilakukan oleh koalisi pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang melancarkan serangan mengejutkan di wilayah Aleppo, Idlib hingga ke jantung Kota Damaskus (CNN.Com, 9/12/2024). Pemerintahan rezim Bashar al-Assad pun tumbang setelah berkuasa selama 24 tahun. Suriah pun sedang bergolak dan entah sampai kapan akan terbentuk pemerintahan yang stabil.

    Tantangan Indonesia ke Depan
    Konflik dan peperangan sebagaimana disebut, menyadarkan kepada kita sebagai bangsa harus senantiasa mempersiapkan segala kemungkinan terburuk, prepare for the worst. Indonesia berada di pusaran pertarungan geopolitik Amerika-China. Dinamika geopolitik di Asia Pasifik, terkait revalitas negara-negara besar berpotensi memicu perang terbuka, dan hal ini mengancam negara-negara kawasan, termasuk Indonesia. Dunia begitu cepat berubah. Situasi kawasan regional bahkan internasional tidak mudah diterka. Lebih lanjut, Indonesia berada di kawasan yang paling dinamis dan cenderung bergejolak karena revalitas kekuatan besar yakni Amerika-China. Laut China Selatan, Laut China Timur, Semenanjung Korea, Selat Taiwan, dan Pasifik Selatan adalah titik-titik panas di kawasan karena menjadi bagian dari proyeksi kekuatan negara-negara adidaya dunia.

    Ilustrasi tersebut, meniscayakan berbagai tantangan bangsa Indonesia yang akan merayakan Indonesia Emas pada tahun 2045. Tantangan Indonesia bukan hanya tantangan yang bersifat domestik fundamental seperti swasembada pangan, kelangkaan pupuk dan tidak stabilnya 9 harga bahan pokok, tetapi juga tantangan bersifat eksternal yang mengharuskan Indonesia mengambil peran lebih aktif dalam percaturan kancah internasional.

    Menangkal Disintegrasi dengan Keakuran Nasional
    Indonesia dihuni berbagai suku, agama, ras dan antargolongan, terdiri lebih dari 281,6 juta jiwa yang menyebar dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Jawa serta pulau kecil sekitar 17.504. Dari sisi penganut agama, Indonesia menjamin berbagai agama hidup berdampingan, seperti Islam, Protestan, Katolik, Budha, Konghucu. Keberagaman juga terjadi pada 721 bahasa daerah di Indonesia

    Indonesia bukanlah Jawa, karena didiami lebih dari 151,6 juta penduduk. Bukan juga Papua, karena luas wilayahnya terbesar, yaitu 786.000 km2, juga demikian halnya Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Indonesia bukanlah ketiganya. Indonesia sejatinya, adalah kelima-limanya. Indonesia juga bukan islam, meskipun agama terpopuler tersebut, dipeluk oleh 87, 2 persen dari jumlah penduduk, sehingga Indonesia dilabeli negara dengan Muslim terbesar di dunia, yakni 241,7 juta pemeluk. Indonesia bukan juga Protestan, Katolik, Budha, Konghucu, atau yang lainnya. Tetapi, keseluruhan agama itulah Indonesia. Kebinekaan yang luar biasa tersebut, harus terus terjaga, terawat, dan terus tersampaikan kepada generasi muda Indonesia saat ini, sebagai modal dasar bagi penerus sejarah perjuangan anak bangsa.

  • PBB Wanti-wanti Konflik Suriah Belum Berakhir

    PBB Wanti-wanti Konflik Suriah Belum Berakhir

    Jakarta, CNN Indonesia

    Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah memperingatkan bahwa konflik di negara tersebut belum berakhir, meski mantan Presiden Bashar al-Assad telah melarikan diri ke Rusia.

    Geir Pedersen, utusan PBB untuk Suriah menyoroti saat ini masih ada bentrokan. antara kelompok-kelompok yang didukung oleh Turki dan Kurdi di bagian utara Suriah. Ia juga menyerukan Dewan Keamanan PBB agar Israel menghentikan seluruh aktivitas mereka di Bukit Golan.

    “Telah terjadi pertempuran yang signifikan dalam dua minggu terakhir, sebelum gencatan senjata ditengahi. Gencatan senjata selama lima hari kini telah berakhir dan saya sangat prihatin dengan laporan-laporan mengenai eskalasi militer,” kata Pedersen, mengutip AFP, Selasa (17/12).

    “Eskalasi seperti itu bisa menjadi bencana besar,” imbuhnya.

    Pedersen juga mengatakan ia telah bertemu pemimpin baru Suriah setelah kelompok pemberontak mengambilalih pemerintahan negara tersebut.

    Ia juga sempat mengunjungi penjara Sednaya, yang merupakan penjara bawah tanah serta ruang penyiksaan dan eksekusi yang dioperasikan di bawah rezim Assad.

    Dia menyerukan “dukungan luas” untuk Suriah dan mengakhiri sanksi-sanksi untuk memungkinkan rekonstruksi negara yang dilanda perang tersebut.

    “Langkah konkret dalam transisi politik yang inklusif akan menjadi kunci untuk memastikan Suriah menerima dukungan ekonomi yang dibutuhkan,” ujar Pedersen.

    Negara-negara Barat sedang berkutat dengan pendekatan mereka terhadap Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok pemberontak Suriah yang berakar pada cabang Al-Qaeda di Suriah.

    Sebagian besar negara Barat menetapkan HTS sebagai kelompok teroris, meski retorikanya kini berubah.

    Di sisi lain, Pedersen mencatat Israel telah melakukan lebih dari 350 serangan di Suriah setelah kepergian rezim sebelumnya, termasuk serangan besar di Tartous.

    “Serangan-serangan semacam itu menempatkan penduduk sipil yang terpukul pada risiko yang lebih besar dan merusak prospek transisi politik yang teratur,” katanya.

    Ia memperingatkan rencana yang kabinet Israel untuk memperluas permukiman di dalam Golan, yang diduduki oleh Israel sejak tahun 1967 dan dicaplok pada tahun 1981.

    Pada hari Selasa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan pengarahan keamanan di atas puncak Suriah yang strategis di dalam zona penyangga yang diawasi oleh PBB di Dataran Tinggi Golan yang direbut Israel bulan ini.

    “Israel harus menghentikan semua aktivitas pemukiman di Golan Suriah yang diduduki, yang ilegal. Serangan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Suriah harus dihentikan,” kata Pedersen.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Negosiasi Gencatan Senjata Gaza Hamas-Israel di Titik Krusial, Ini Rincian Poin-Poin Kesepakatan – Halaman all

    Negosiasi Gencatan Senjata Gaza Hamas-Israel di Titik Krusial, Ini Rincian Poin-Poin Kesepakatan – Halaman all

    Negosiasi Gencatan Senjata Hamas-Israel di Titik Krusial, Ini Rincian Poin-Poin Kesepakatan

    TRIBUNNEWS.COM – Khaberni, mengutip laporan media Ibrani dengan narasumber para pejabat berwenang tingkat tinggi, melaporkan kalau negosiasi kesepakatan pertukaran dan gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah mencapai tahap yang menentukan. 

    “Dengan meningkatnya ekspektasi akan kemungkinan tercapainya kesepakatan dalam waktu dekat, diskusi terus dilakukan secara intensif, meski terdapat beberapa gap yang masih dalam pembahasan antara kedua pihak,” kata laporan itu, Selasa (17/12/2024). 

    Axios mengutip seorang pejabat tinggi di entitas pendudukan Israel mengkonfirmasi bahwa ada “perbedaan dan kesenjangan” dalam negosiasi mengenai perjanjian gencatan senjata di Gaza, namun ia menambahkan bahwa semua kesenjangan ini dapat ditutup.

    Pernyataan tersebut menunjukkan kalau ada beberapa ‘tantangan’ dalam perundingan tersebut, namun pejabat Israel menyatakan optimisme mengenai kemungkinan menemukan solusi terhadap masalah yang belum terselesaikan ini.

    Menteri di pemerintahan pendudukan, dalam konteks ini, Menteri Pertahanan di pemerintahan pendudukan Israel, Yisrael Katz, menyatakan dalam pertemuan tertutup di Knesset pada Senin kalau peluang kesepakatan pertukaran tahanan dengan gerakan Hamas menjadi lebih besar dari sebelumnya. 

    Bahkan, ada peluang kalau kesepakatan gencatan senjata ini bisa dilaksanakan sebelum pergantian tahun.

    Katz menjelaskan bahwa perjanjian tersebut akan dilaksanakan secara bertahap, mengingat bahwa mayoritas anggota kabinet dan pemerintah pendudukan mendukung penyelesaian perjanjian pertukaran tahanan.

    Personel Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas di Jalur Gaza. Hamas menyatakan tidak ada pertukaran sandera sebelum pasukan Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza. (khaberni/HO)

    Tahap Kritis

    Dalam sebuah laporan yang disiarkan oleh lembaga penyiaran publik Ibrani “Kan 11,” sumber-sumber informasi menegaskan bahwa “perjanjian tersebut mungkin akan menahan sebagian dari tahanan untuk jangka waktu yang lama.” 

    Namun, sumber tersebut menambahkan bahwa ada kemajuan pesat dalam perundingan tersebut, dan para pejabat di entitas pendudukan percaya bahwa ini adalah “hari-hari yang menentukan” dalam kemajuan perundingan. 

    Ditekankan juga kalau kegagalan untuk menyetujui penghentian perang dapat menyebabkan sebagian tawanan ditahan untuk jangka waktu yang lebih lama.

    Pemblokiran Pemberitaan Media 

    Surat kabar Israel Today melaporkan bahwa kepala pemerintahan pendudukan, Benjamin Netanyahu, meminta sensor militer untuk memperketat larangan media terhadap laporan apa pun yang terkait dengan negosiasi tersebut. 

    Permintaan Netanyahu bertujuan untuk merahasiakan rincian perundingan pada tahap sensitif ini, terutama dengan adanya oposisi internal di pemerintahan terhadap kesepakatan yang mungkin mengakhiri perang.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu melihat foto-foto warga Israel yang menjadi sandera oleh gerakan pembebasan Palestina, Hamas dan gerakan lainnya di Jalur Gaza. (khaberni/HO)

    Kemajuan Nyata 

    Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa ada kemajuan nyata dalam negosiasi, dengan kemungkinan penyelesaian perjanjian sebelum akhir bulan ini. 

    Pejabat di entitas pendudukan Israel menegaskan kalau sebagian besar rincian kesepakatan telah menjadi jelas, kecuali perselisihan mengenai jumlah tahanan yang akan dibebaskan pada tahap pertama. 

    Menurut Radio Militer Israel, ada fleksibilitas di pihak Hamas mengenai beberapa isu yang belum terselesaikan, terutama yang berkaitan dengan poros “Philadelphia”.

    Peran Trump

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa ia melakukan percakapan yang “sangat baik” dengan Netanyahu mengenai perang di Gaza, mengungkapkan keinginan pemerintahannya untuk mengakhiri konflik tersebut. 

    Trump menekankan bahwa Amerika Serikat sedang bekerja keras untuk memulihkan para sandera dan menghentikan pertempuran di Gaza dan Ukraina.

    Rincian Kesepakatan

    Menurut media Ibrani, Channel 14, rincian usulan kesepakatan antara Israel dan Hamas mencakup poin-poin berikut:

    1. Pembebasan tahanan: 700 hingga 1.000 tahanan Palestina akan dibebaskan secara bertahap, termasuk tahanan dengan hukuman seumur hidup.

    2. Gencatan senjata: Gencatan senjata akan disepakati untuk jangka waktu 60 hari.

    3. Pengembalian pengungsi: Pengungsi akan diizinkan kembali ke Jalur Gaza utara sesuai mekanisme keamanan yang disepakati.

    4. Implementasi bertahap: Perjanjian akan diterapkan secara bertahap oleh kedua belah pihak untuk memastikan kepatuhan.

    Isu-isu kontroversial

    Di antara isu-isu kontroversial yang masih menjadi pembahasan adalah pengaturan terkait keberadaan dan kehadiran pendudukan Israel di poros “Philadelphia” dan poros “Netzarim”. 

    Menurut sumber-sumber Ibrani, gerakan Hamas telah menunjukkan fleksibilitas mengenai kehadiran “terbatas” tentara pendudukan di wilayah tersebut, namun rinciannya belum ditentukan.

    Tantangan Masa Depan

    Surat kabar Ibrani melaporkan kekhawatiran kalau perubahan tak terduga dalam perundingan atau insiden keamanan mungkin menghambat kemajuan menuju kesepakatan akhir. 

    Kekhawatiran ini muncul pada saat yang kritis ketika ada upaya untuk mengakhiri perang di Gaza sebelum akhir tahun.

    Dalam konteks ini, seorang pejabat di entitas pendudukan mengatakan kepada Axios bahwa “ada kesenjangan dalam negosiasi mengenai perjanjian gencatan senjata di Gaza, namun semuanya dapat diisi.”

    Delegasi ke Qatar

    Sebagai bagian dari dimulainya kembali negosiasi, Channel 12 melaporkan kalau delegasi Israel berangkat ke Qatar untuk melanjutkan diskusi mengenai kesepakatan pertukaran. 

    Delegasi tersebut terdiri dari perwakilan Shin Bet, Mossad, dan tentara pendudukan Israel (IDF).

    “Ketegangan terjadi ketika para mediator di entitas pendudukan dan Palestina terus berunding untuk mengisi kesenjangan (gap/perbedaan tuntutan) yang tersisa, berkas (usulan) tersebut masih dalam tahap antisipasi yang hati-hati, dengan kemungkinan mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri perang saat ini untuk sementara,” kata laporan Khaberni. 

    Masih harus dilihat bagaimana perkembangan terakhir dalam perundingan ini akan mempengaruhi situasi keamanan masa depan di Gaza dan wilayah tersebut secara umum.

     

    (oln/Khbrn/*)
     

     

  • Menkeu Israel Smotrich: Kami Tak Akan Biarkan Negara-Negara Arab Mendirikan Negara Palestina – Halaman all

    Menkeu Israel Smotrich: Kami Tak Akan Biarkan Negara-Negara Arab Mendirikan Negara Palestina – Halaman all

    Smotrich: Kami Tak Akan Biarkan Negara-Negara Arab Mendirikan Negara Palestina

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyatakan kalau Israel akan terus berupaya memperkuat cengkeramannya di seluruh kawasan, khaberni melaporkan, Selasa (17/12/2024).

    Smotrich juga menekankan kalau Israel tidak akan membiarkan negara-negara Arab memisahkan ‘Gush Etzion’ dari Yerusalem, pusat Israel.

    Sebagai informasi, Gush Etzion (Blok Etzion) adalah gugusan pemukiman Israel yang terletak di Pegunungan Yudea, tepat di sebelah selatan Yerusalem dan Betlehem di Tepi Barat.

    Pembentukan Negara Palestina, secara akan memutus Gush Etzion dari Yerusalem.

    Ia menegaskan penolakannya terhadap pembentukan negara Palestina, mengingat hal itu merupakan ancaman bagi eksistensi Israel.

    Peta Tepi Barat. (credit foto Louisa Vieira/united nations)

    Israel Rebut 5 Ribu Hektare Tanah di Tepi Barat

    Terkait upaya menghalangi terbentuknya negara Palestina, sekitar 5.000 hektare tanah di Tepi Barat, Palestina telah direbut oleh zionis Israel.

    Hal itu juga diumumkan Bezalel Smotrich.

    Smotrich menyebut jumlah tepatnya tanah di wilayah Tepi Barat yang direbut, yakni seluas 24.000 dunum atau sekitar 5.930,5 hektar).

    Sementara Pusat Informasi Palestina menyebut Israel mengatakan tanah itu sebagai “tanah negara”.

    Pemerintahan zionis menyebut langkah itu diharapkan akan berdampak pada perencanaan regional dan membentuk kembali wilayah tersebut.

    “Tepat pada waktunya, hari ini kami menyelesaikan proses rumit untuk mengumumkan 24.000 dunum tanah negara baru di Tepi Barat,” kata Smotrich, mengutip Al Mayadeen.

    Smotrich juga bersikeras akan menggunakan tanah yang direbut itu untuk dibangun, salah satunya sebagai pemukiman.

    “Proses ini menciptakan rangkaian pemukiman, membangun cadangan lahan bagi Israel untuk membangun pemukiman, infrastruktur, dan jalan.”

    “Serta menjamin bahwa kami akan terus memperkuat pemukiman, dan kami akan tetap di sini,” tambah Menteri Israel tersebut.

    Dalam sebuah posting di X, Smotrich menekankan bahwa lebih dari 23.000 dunam tanah untuk kepentingan pemukiman di Yosh.

    “Kami menentukan fakta di lapangan dan menggagalkan pendirian negara Palestina!”

    Media Channel 14 menjelaskan bahwa pemukiman ilegal Israel Ma’ale Adumim, yang terletak di sebelah timur al-Quds yang diduduki, akan diperluas sekitar 2.600 dunum (642 hektar) ke selatan.

    Hal ini menciptakan rantai pemukiman yang terkait dengan pemukiman ilegal Kedar.

    Perluasan tambahan direncanakan untuk pemukiman ilegal seperti Migdal Oz dan Susya di Tepi Barat selatan, serta Yafit di Lembah Yordan, catat media tersebut.

    Deklarasi ini mewakili hampir setengah dari tanah yang dirampas dengan status “tanah negara” sejak penandatanganan Perjanjian Oslo pada tahun 1993, sebagaimana disorot oleh Middle East Monitor.

    Arab Saudi Tinggalkan Pakta Pertahanan AS karena Kebuntuan Status Negara Palestina

    Terkait manuver Israel Arab Saudi telah “menghentikan upayanya” untuk mencapai perjanjian pertahanan dengan AS sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel dan kini tengah mencari perjanjian yang “lebih sederhana”, Reuters mengutip pernyataan dua pejabat Saudi dan empat pejabat Barat pada 29 November lalu. 

    Sumber tersebut mengatakan Putra Mahkota Saudi Mohamed bin Salman (MbS) telah menegaskan kembali syarat bahwa normalisasi dengan Israel harus bergantung pada komitmen Tel Aviv untuk bekerja menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka, sejalan dengan Inisiatif Perdamaian Arab 2002. 

    Sumber-sumber yang dikutip di media-media Barat mengungkapkan bahwa Riyadh kini tengah mencari kesepakatan yang ‘lebih sederhana’ yang mengabaikan normalisasi dengan Israel.

    “Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih berhasrat untuk mengamankan normalisasi dengan negara adidaya Saudi sebagai tonggak sejarah dan tanda penerimaan yang lebih luas di dunia Arab,” sumber tersebut menambahkan. 

    Namun Perdana Menteri Israel tahu bahwa langkah apa pun menuju solusi dua negara akan memecah belah koalisi yang berkuasa, kata mereka. 

    Akibat posisi Arab Saudi dan Israel, “Riyadh dan Washington berharap pakta pertahanan yang lebih sederhana dapat dicapai sebelum Presiden Joe Biden meninggalkan Gedung Putih pada bulan Januari,” menurut sumber-sumber Saudi dan Barat. 

    Awal tahun ini, sejumlah laporan menyebutkan Arab Saudi tengah mengupayakan pakta pertahanan dengan Washington, akses ke persenjataan AS yang lebih baik, dan program nuklir yang didukung AS sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel.

    Namun, Riyadh secara terbuka berpegang pada posisinya bahwa normalisasi apa pun dengan Israel harus bergantung pada komitmen untuk bekerja menuju negara Palestina – sesuatu yang terus ditolak mentah-mentah oleh Tel Aviv. 

    Namun, The Guardian melaporkan pada bulan Mei bahwa kerajaan tersebut mulai mendorong pakta pertahanan yang “lebih sederhana” dengan AS yang mengabaikan kesepakatan normalisasi dengan Israel karena keengganan Tel Aviv terhadap negara Palestina yang merdeka. 

    Laporan Reuters muncul dua hari setelah gencatan senjata yang rapuh dan tidak pasti antara Hizbullah dan Israel mulai berlaku di Lebanon. 

    Presiden AS Joe Biden mengatakan minggu ini bahwa gencatan senjata di Lebanon membawa Washington lebih dekat ke visinya untuk Asia Barat yang “lebih terintegrasi”, mengacu pada normalisasi negara-negara Arab dengan Israel. 

    “Saya memuji keputusan berani yang diambil oleh para pemimpin Lebanon dan Israel untuk mengakhiri kekerasan. Keputusan ini mengingatkan kita bahwa perdamaian itu mungkin,” imbuh presiden. 

    Israel telah berulang kali melanggar gencatan senjata Lebanon dalam dua hari terakhir dengan melakukan pengeboman, serangan artileri, dan upaya untuk masuk lebih dalam ke wilayah Lebanon. 

    Presiden AS melanjutkan dengan mengatakan bahwa Washington tetap siap menjadi penengah perdamaian antara Israel dan Arab Saudi yang akan mencakup “jalur yang kredibel untuk mendirikan negara Palestina.”

     

    (oln/khbrn/*)