Tag: Benjamin Netanyahu

  • PM Israel Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat, Begini Kondisinya

    PM Israel Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat, Begini Kondisinya

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berhasil menjalani operasi pengangkatan prostat pada hari Minggu (29/12/2024). Ia dilaporkan dalam kondisi baik, menurut rumah sakit yang merawatnya.

    Operasi tersebut terjadi saat Israel masih berperang melawan Hamas di Jalur Gaza, lebih dari 14 bulan setelah serangan pada 7 Oktober tahun lalu.

    “Perdana menteri telah sadar dari anestesi dan dalam kondisi baik. Ia telah dipindahkan ke unit pemulihan dan akan tetap diobservasi dalam beberapa hari mendatang,” kata Pusat Medis Hadassah dalam sebuah pernyataan, dikutip NTDV.

    Pada hari Sabtu, kantor Netanyahu mengumumkan bahwa ia telah didiagnosis mengidap infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh pembesaran prostat jinak.

    Sebelumnya, pada bulan Maret, Netanyahu juga dilaporkan menjalani operasi hernia, dan pada bulan Juli tahun lalu, dokter memasang alat pacu jantung setelah mengalami masalah medis.

    Dr. Ofer Gofrit, kepala departemen urologi di Hadassah Medical Center di Yerusalem, mengatakan dalam sebuah pernyataan video pada Minggu malam bahwa prosedur tersebut berjalan dengan baik dan tidak ada kekhawatiran akan kanker atau keganasan.

    “Kami hanya berharap yang terbaik,” katanya.

    (suc/kna)

  • Infeksi Saluran Kemih, PM Israel Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat

    Infeksi Saluran Kemih, PM Israel Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat

  • PM Israel Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat, Begini Kondisinya

    Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu akan menjalani operasi pengangkatan prostat. Netanyahu didiagnosis mengalami infeksi saluran kemih.

    Dilansir AFP, Netanyahu menjalani tes di Rumah Sakit Hadassah pada hari Rabu (25/12).

    Netanyahu “didiagnosis dengan infeksi saluran kemih akibat pembesaran prostat jinak,” kata kantor perdana menteri dalam sebuah pernyataan.

    Akibat diagnosis itu, Netanyahu akan menjalani operasi prostat pada Minggu (29/12/2024) waktu setempat.

    Diketahui, pada bulan Maret, ia menjalani operasi hernia, sementara pada bulan Juli tahun lalu dokter memasang alat pacu jantung pada Netanyahu setelah mengalami masalah medis.

    (aik/aik)

  • PM Israel Benjamin Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat

    PM Israel Benjamin Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjalani operasi pengangkatan prostat, Minggu (29/12) usai didiagnosis menderita infeksi saluran kemih.

    “Netanyahu menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Hadassah pada hari Rabu, di mana ia didiagnosis mengalami infeksi saluran kemih akibat pembesaran prostat jinak,” kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan dikutip AFP, Minggu (29/12).

    Prosedur ini dilakukan di tengah situasi perang Israel melawan militan Hamas di Jalur Gaza.

    “Sebagai hasilnya, perdana menteri akan menjalani operasi pengangkatan prostat,” tambah pernyataan tersebut.

    Pada bulan Maret, ia telah menjalani operasi hernia, sementara pada Juli tahun lalu, dokter menanamkan alat pacu jantung pada Netanyahu setelah mengalami masalah kesehatan.

    (tim/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Perang Atrisi dari Iran Mulai Berdampak, Israel Alami Defisit Keuangan Rp 566 Triliun pada 2024 – Halaman all

    Perang Atrisi dari Iran Mulai Berdampak, Israel Alami Defisit Keuangan Rp 566 Triliun pada 2024 – Halaman all

    Perang Atrisi dari Iran Mulai Berdampak, Israel Alami Defisit Keuangan Rp 566 Triliun pada 2024

    TRIBUNNEWS.COM – Perang atrisi yang dilancarkan Iran dan milisi proksinya dalam kerangka ‘Poros Perlawanan’ mulai berdampak terhadap Israel.

    Dari sisi perekonomian, Kementerian Keuangan Israel memperkirakan anggaran tahun 2024 akan mencatat defisit fiskal sebesar 7,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

    “Defisit ini merupakan peningkatan signifikan dari ekspektasi sebelumnya yang mengindikasikan defisit hanya sebesar 6,6 persen (pada 2024),” kata laporan Khaberni, Minggu (29/12/2024). 

    Laporan itu menyatakan, peningkatan defisit fiskal Israel ini mencerminkan dampak perang yang sedang berlangsung di Gaza dan eskalasi militer di Lebanon, Yaman, Suriah, dan front lain.

    “Munculnya front-front (perang) pertempuran ini mengakibatkan peningkatan belanja militer Israel secara signifikan,” kata laporan itu.

    Israel menuding, Iran berada di belakang para milisi perlawanan di kawasan mulai dari Hizbullah Lebanon hingga Houthi di Yaman yang menjadikan solidaritas terhadap perjuangan Palestina melawan agresi Israel di Gaza sebagai dalil terus menyerang negara zionis tersebut.

    Di sisi lain, milisi proksi Iran seperti Hizbullah dan Houthi terus menggaungkan strategi perang atrisi terhadap Israel.

    Gerakan Hamas, juga menyatakan menjalankan taktik ini melawan pasukan Israel.

    Sebagai informasi, Perang atrisi adalah strategi militer yang bertujuan melemahkan lawan dengan cara terus-menerus menyerang pasukan dan peralatan mereka hingga mereka kelelahan dan tidak dapat melanjutkan pertempuran.  

    Kementerian Keuangan Israel memperkirakan defisit hanya akan mencapai 4,2 persen pada tahun 2023, namun seiring dengan meningkatnya ketegangan militer dan meluasnya cakupan konflik di kawasan, biaya militer meningkat secara signifikan. 

    Menurut perkiraan, defisit akan mencapai sekitar 35 miliar dolar AS atau sebesar Rp 566,5 Triliun pada akhir tahun ini.

    Angka fantastis ini mencerminkan beban keuangan yang diakibatkan oleh perang.

    Tentara IDF Israel dalam Perang kedua melawan Lebanon. Israel mengancam akan melancarkan perang ketiga seiring intensifnya serangan roket Hizbullah ke pemukiman Yahudi di utara Israel. (tangkap layar ap)

    Belanja Militer Bengkak, Bantuan AS Belum Sepenuhnya Terwujud

    Pada tahun 2022, Israel mencapai surplus anggaran sebesar 0,6 persen dari PDB, berkat belanja militer yang stabil, peningkatan investasi asing, dan peningkatan pengumpulan pajak.

    Namun, awal tahun 2024 menunjukkan dampak krisis keuangan yang memporak-porandakan perekonomian Israel akibat eskalasi militer dan belanja pertahanan yang tinggi.

    “Dalam upaya untuk mengatasi defisit ini, Parlemen Israel (Knesset) baru-baru ini setuju untuk memperluas anggaran tahun 2024 untuk menutupi biaya militer, karena total pengeluaran ditetapkan sekitar 760,5 miliar shekel (sekitar 207 miliar dolar), dan termasuk anggaran reguler sebesar 557,5 miliar shekel ( 152 miliar dolar) dan anggaran untuk pengembangan proyek. Neraca modal berjumlah 202,8 miliar shekel ($55,3 miliar),” kata laporan Khaberni.

    Meskipun ada upaya Kementerian Keuangan Israel untuk mengurangi defisit melalui dukungan Amerika Serikat (AS), dukungan militer yang dijanjikan AS belum sepenuhnya terpenuhi, sehingga memperburuk situasi keuangan Israel.

    “Pada saat yang sama, laporan ekonomi menunjukkan bahwa defisit fiskal Israel telah mencapai tingkat rekor, sebagian disebabkan oleh peningkatan belanja militer dan lemahnya pertumbuhan ekonomi, yang memberikan tantangan besar bagi pemerintah di masa depan,” kata laporan Khaberni.

    Sebuah rudal diluncurkan saat berlangsungnya latihan tahunan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) di wilayah pesisir Teluk Oman dan dekat Selat Hormuz, Iran. (tangkap layar The Jerusalem Post/credit photo: Reuters))

    Iran Targetkan Kehancuran Israel Pada 2040

    Israel dan Iran, dua musuh lama di kawasan, telah saling bertukar serangan langsung beberapa kali selama 2024 ini.

    Serangan sekitar 200 rudal hipersonik Iran ke Israel pada Rabu (2/10/2024) silam, digaungkan hanya sebagian kecil dari kekuatan Teheran dalam menghancurkan kekuatan musuh bebuyutannya itu.

    Serangan itu dideklarasikan Iran sebagai pembalasan yang sudah mereka janjikan atas kematian sejumlah tokoh penting mereka, baik tokoh militer dalam negeri maupun pemimpin gerakan proksi di kawasan.

    Pemimpin gerakan proksi yang dimaksud antara lain pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dan tentu saja yang terbaru, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah.

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian, secara terbuka mengatakan, apa yang menjadi pertunjukan pada Rabu dini kemarin hanya sebagian kecil dari kekuatan rudal Iran.

    Teheran, kata dia, masih menyimpan banyak kekuatan senjata yang bisa dikerahkan untuk menyerang Israel meski mendapat bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu baratnya.

    Lalu kenapa Iran tak sekalian meluncurkan semua kekuatan rudal mereka ke Israel?

    Untuk mengetahui jawaban tersebut, Shlomo Ben-Ami, mantan menteri luar negeri Israel, pernah memberikan analisisnya saat Iran memberikan pembalasan ke Israel atas pemboman konsulat mereka di Damaskus, Surah, April silam.

    Sistem pertahanan Israel mencoba mencegat serangan roket balistik Iran yang ditembakkan ke negara Yahudi itu di dekat kota utara Baqa al-Gharbiya pada Selasa malam, 1 Oktober 2024. (AFP)

    Perang Atrisi, Targetkan Kehancuran Israel Pada 2040

    Dimuat di laman situs The Strategist, Ben-Ami secara sederhana mengindikasikan kalau Iran tidak melancarkan pembalasan habis-habisan karena menjalankan strategi perang atrisi jangka panjang terhadap Israel.

    All out menghadapi Israel yang didukung Amerika Serikat dalam tempo singkat, dinilai justru akan menyeret Iran dalam perang dahsyat melibatkan nuklir yang justru menghancurkan diri sendiri. 

    “Iran telah menunjukkan kehati-hatiannya dengan gamblang; bersikap radikal tidak berarti bersikap tidak rasional dan ingin bunuh diri. Alih-alih pertikaian bersejarah, nuklir atau konvensional, Iran tampaknya melancarkan perang atrisi jangka panjang terhadap Israel,” kata ulasan Ben-Ami di laman tersebut, dikutip Selasa (2/10/2024).

    Untuk menjelaskan strategi perang atrisi yang dilancarkan Iran ini, Ben-Ami menarik ke belakang soal motivasi Iran memerangi Israel.

    Menurutnya, seperti halnya Adolf Hitler, Vladimir Putin, dan bahkan Osama bin Laden, niatan Iran memerangi Israel muncul karena nilai-nilai ideologis dan keyakinan.

    “Dorongan untuk melenyapkan Israel berakar pada kepercayaan eskatologis Syiah bahwa Mahdi, Imam Kedua Belas dan mesias Islam, akan muncul kembali di akhir dunia.

    Rezim Iran semakin melihat pemberantasan Israel sebagai langkah yang diperlukan untuk kembalinya Mahdi. 

    Pendiri Republik Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengaitkan kemunduran Islam secara historis dengan konspirasi asing, menuduh kekuatan Barat menggunakan Zionisme untuk menyusup ke Timur Tengah.

     Dari perspektif ini, membebaskan tempat-tempat suci Islam di Yerusalem dari kendali Israel dan menghancurkan rezim Zionis akan menebus dan memperbarui Islam kontemporer.

    Yang mengkhawatirkan, banyak orang di rezim Iran telah mengindikasikan bahwa waktunya tepat untuk mencapai tujuan suci ini,” kata Ben-Ami dalam tulisannya.

    Ben-Ami lalu menjabarkan apa yang dia ketahui terkait hal itu.

    “Pada tahun 2017, Iran meluncurkan jam digital yang menghitung mundur hari-hari hingga kehancuran Israel pada tahun 2040. Pameran yang terletak di Palestine Square, Teheran, mewujudkan komitmen lama Republik Islam untuk memusnahkan negara Yahudi tersebut,” katanya dalam ulasan itu.

    Ben-Ami menilai, sebagian orang memandang janji Iran ini sebagai sekadar ‘latihan retorika’ untuk menggalang dukungan di dalam negeri dan di seluruh dunia Muslim.

    Namun, seiring berlanjutnya perang Gaza dan tampaknya akan meluas, tambah Ben-Ami, banyak orang di Israel, termasuk mantan perdana menteri Ehud Barak, melihat rencana yang dapat ditindaklanjuti yang ingin dilaksanakan Iran, meskipun konsekuensinya tidak dihiraukan.

    Ben-Ami yang juga menjabat sebagai wakil presiden Toledo International Center for Peace tersebut, mencatat kalau pada tahun 2020, Ayatollah Ali Khamenei, penerus Khomeini sebagai pemimpin tertinggi, menyebut rezim Zionis sebagai ‘tumor kanker’ yang ‘tidak diragukan lagi akan dicabut dan dihancurkan.’

    “Akhir tahun lalu, Hossein Salami, kepala Korps Garda Revolusi Iran, bersumpah untuk menyingkirkan Israel ‘dari muka bumi’ setelah serangan udara Israel di Damaskus menewaskan seorang jenderal tinggi Iran,” kata  penulis buku Prophets Without Honor: The 2000 Camp David Summit and the End of the Two-State Solution (Oxford University Press, 2022) itu.

    Melemahkan Israel, Menghindari Perang Terbuka Secara Langsung 

    Ben-Ami menambahkan, Perang Gaza menggambarkan strategi Iran untuk mengepung Israel dengan jaringan pasukan proksi, termasuk Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, Jihad Islam di Tepi Barat, Houthi di Yaman, dan milisi Syiah di Suriah dan Irak. 

    “Tujuannya adalah untuk melemahkan Israel sambil menghindari konfrontasi langsung,” kata dia.

    Serangan ratusan rudal pada Rabu malam dan serangan pesawat nirawak dan rudal besar-besaran Iran terhadap Israel pada April, kata dia, merupakan pengecualian penting dari strategi Iran tersebut.

    Namun, kata Ben-Ami, serangan pembalasan langsung Iran ke Israel, dua kali hanya dalam waktu sekitar enam bulan, perlu untuk menjaga kredibilitas sebagai pemimpin dari apa yang disebut Poros Perlawanan dan di antara konstituen konservatifnya.

    Keputusan Iran baru-baru ini untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel melalui proksinya dipengaruhi oleh kapasitas Hamas yang mengejutkan untuk mengisolasi negara itu dan mengungkap kelemahannya.

    Secara khusus, Iran tidak dapat mengabaikan fakta bahwa serangan Hamas pada 7 Oktober telah menggagalkan rencana Arab Saudi untuk bergabung dengan Perjanjian Abraham dan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. 

    Serangan mematikan dan perang yang terjadi setelahnya telah menggagalkan visi besar Presiden Joe Biden tentang aliansi Arab Sunni-Israel yang didukung AS, yang dipandang Iran sebagai ancaman eksistensial.

    Selain itu, Iran baru-baru ini membuat ‘kemajuan yang mengkhawatirkan dan belum pernah terjadi sebelumnya menuju program nuklir militer,’ menurut Institut Studi Keamanan Nasional Israel.

    Namun, ini tidak berarti bahwa Iran akan meluncurkan bom nuklir pertamanya di Tel Aviv. Sebaliknya, dengan payung nuklir ini, Iran dapat melipatgandakan upayanya untuk melemahkan Israel, menggunakan cara konvensional untuk menghancurkannya. 

    “Mengingat kemampuan serangan balasan Israel yang diantisipasi, Iran memahami bahwa pertikaian nuklir kemungkinan akan mengakibatkan kehancurannya sendiri,” katanya.

    Untuk menjaga kredibilitasnya sebagai pemimpin Poros Perlawanan, Iran pernah memperingatkan, seperti yang dilakukan misinya di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 28 Juni, tentang ‘perang yang menghancurkan’ jika Israel menyerang Lebanon, Iran ingin menghalangi Israel dan mencegah perang non-nuklir yang dapat menghancurkan ‘aset-aset’ Lebanonnya.

    Serangan langsung ke Israel pada Rabu malam, adalah juga upaya Iran untuk menjaga citra pemimpin Poros Perlawanan di mata para  proksinya.

    “Adapun Hizbullah bergabung dalam perang melawan Israel hanya untuk menyelamatkan muka di hadapan Palestina dan akan senang jika Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu menyetujui gencatan senjata di Gaza yang akan melepaskan milisi Syiah dari konflik tersebut,” kata Ben-Ami.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan menolak proposal gencatan senjata di Gaza yang mengakhiri perang dengan Hamas seperti usulan yang disampaikan Amerika Serikat kepadanya. (Times of Israel/Dudu Bachar)

    Netanyahu Gali Lubang Kubur Sendiri

    Dengan latar belakang ini, kata Ben-Ami, pendorong utama bagi Iran untuk melancarkan perang gesekan (atrisi) sebenarnya adalah pemerintah Israel sendiri. 

    Tujuan Netanyahu yang tidak realistis untuk mencapai ‘kemenangan penuh’ di Gaza justru ‘melayani’ strategi Iran untuk menipu Israel dalam konflik yang tidak meyakinkan sambil mengatur rencana jangka panjang untuk menghancurkan negara Yahudi tersebut, kata dia dalam analisisnya. 

    Dengan memperpanjang perang secara tidak perlu dan menolak menerima peran Otoritas Palestina dalam pemerintahan Gaza, ujar Ben-Ami, pemerintah Netanyahu telah mengisolasi Israel, merenggangkan hubungan dengan para dermawan AS-nya, dan mengikis pencegahan strategisnya sendiri.

    “Ternyata satu-satunya fanatik yang benar-benar tidak rasional dan suka menarik pelatuk dalam persamaan yang mematikan ini adalah Netanyahu dan sekutu teofasisnya, yang bertekad untuk terlibat dalam perang apokaliptik di Gaza dan Lebanon.

    Ketika Israel utara terbakar akibat rentetan roket terbesar Hizbullah hingga saat ini, dan penduduk sipilnya dievakuasi, Orit Strock, menteri permukiman dan misi nasional dari Partai Zionis Religius, berseru bahwa ini adalah ‘waktu keajaiban’ bagi permukiman Tepi Barat. Strock merujuk pada kepercayaan bahwa Tuhan akan menghancurkan musuh-musuh Israel dan mewariskan tanah itu kepada mereka.

    Para halusinator mesianik ini memiliki kolaborator yang bersedia di Netanyahu. Bersama-sama, mereka melakukan lebih banyak hal untuk memusnahkan proyek nasional Yahudi daripada yang dapat dicapai Iran sendiri,” tulis Ben-Ami menyimpulkan kalau Israel tengah mendesain sendiri kehancuran mereka.

     

    (oln/khbrn/*)

     

  • Mayor Jenderal Tentara Israel: IDF Rugi Besar di Jabalia, Serbuan Berulang Tanpa Target Jelas – Halaman all

    Mayor Jenderal Tentara Israel: IDF Rugi Besar di Jabalia, Serbuan Berulang Tanpa Target Jelas – Halaman all

    Mayor Jenderal Tentara Israel: IDF Rugi Besar di Jabalia, Serbuan Berulang Tanpa Target Jelas

    TRIBUNNEWS.COM – Pensiunan Mayor Jenderal (Reserve/Pasukan Cadangan) Militer Israel (IDF), Yitzhak Brik mengungkapkan dalam sebuah pernyataan kepada surat kabar Ibrani “Maariv” tentang kerugian besar yang diderita tentara Israel dalam invasi kelima mereka ke Jabalia, Gaza Utara.

    Dalam serbuan kelima IDF ke Jabalia, pasukan Israel dilaporkan kehilangan hampir empat puluh tentara yang tewas.

    Yitzhak Brick menunjukkan kalau tentara Israel menghadapi kesulitan dalam melenyapkan Hamas karena kurangnya pasukan.

    Faktor lain, tentara Israel cenderung tidak tinggal di wilayah yang mereka kuasai dan kendalikan untuk waktu yang lama.

    Hal ini menyebabkan kegagalan Pasukan Israel untuk menghilangkan kekuasaan dan pengaruh Hamas di sejumlah wilayah ‘merah’ termasuk Jabalia..

    Brick menambahkan, tentara Israel penggerebekan berulang kali tanpa sasaran yang jelas.

    IDF Hadapi Masalah Besar

    Terkait tantangan yang dihadapi IDF dalam agresinya ke Gaza, pakar militer Israel mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Jalur Gaza punya masalah besar yang bisa memicu bencana bagi Israel.

    Avi Askhenazi, nama pakar itu, dengan tegas mengatakan masalah itu ialah burnout atau kelelahan fisik dan mental.

    Askhenazi yang menjadi kontributor media Israel Maariv menyebut burnout merupakan perkara besar, tetapi tidak terperikan.

    Menurutnya, perang di Gaza yang sudah berlangsung hampir 1,5 tahun membuat para tentara Israel merasa tidak nyaman dan memunculkan kesalahan di medan tempur.

    Awalnya Askhenazi menyinggung tewasnya seorang kapten Israel di Gaza yang bernama Amit Levi.

    Kematian Levi masih misterius. Belum diketahui dengan pasti apakah dia tewas ditembak oleh rekan sendiri ataukah diserang pejuang Hamas.

    Pada saat kejadian, pasukan Levi sedang bergerak di atas sebuah kendaraan. Kendaraan itu melaju tanpa penerangan.

    Diyakini ada ada pasukan lain yang beroperasi di area itu dan melepaskan tembakan setelah melihat gerakan misterius.

    Pasukan Israel dalam agresi militernya di Jalur Gaza mendapat serangan sergapan berupa peledakan rumah jebakan oleh kelompok milisi pembebasan Palestina, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. (Khaberni)

    “Tampaknya pasukan Levi didentifikasi sebagai pasukan musuh [oleh pasukan Israel lainnya] dan tidak ada koordinasi di antara dua pasukan itu,” kata Askhenazi dalam kolom di Maariv hari Kamis, (26/12/2024).

    Namun, hingga kini belum ada konfirmasi dari IDF mengenai penyebab pasti kematian misterius Levy.

    Lalu, Askhenazi mengatakan Divisi 99 dan 162 IDF sudah beroperasi di Gaza selama berbulan-bulan. Tingkat keletihan kedua divisi itu sangat tinggi.

    Dia mengatakan tentara Israel yang beroperasi di tempat yang sama memunculkan burnout.

    “Tentara mulai membuat kesalahan, fokus dalam misi mulai berkurang, ketegangan operasional berkurang, risiko kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa meningkat,” kata seorang narasumber militer yang dikutip oleh Askhenazi.

    Askhenazi mengatakan tentara Israel dikerahkan terlalu lama di medan tempur akan merasa lebih aman dan kurang terancam. Hal itu membuat banyak musuh bisa mendekat tanpa diketahui.

    “Ada kekacauan di dalam batalion. Para tentara dan komandan sudah letih. Ada masalah dengan para penjaga, ada masalah dengan keputusan komandan kompi yang merencanakan keluarnya kita dari posisi bertahan dengan cara yang berbahaya,” kata salah satu tentara Israel yang terluka karena kecelakaan.

    Askhenazi menyebut IDF telah mengakui bahwa keletihan tentara akibat operasi militer memang tinggi, terutama di Divisi 162 dan 99 yang hanya beroperasi di Gaza.

    Sementara itu, satuan dan divisi lain beroperasi di zona tempur berbeda, misalnya di Israel, Lebanon, dan Suriah.

    Dua Tentara Israel di pagar keamanan yang memisahkan wilayah pendudukan Israel dengan Jalur Gaza. (Khaberni)

    Banyak tentara Israel alami trauma

    Awal tahun ini media-media Israel menyebutkan bahwa ada banyak tentara Israel yang mengalami trauma dan stres setelah dibebastugaskan dari operasi di Gaza.

    Salah satu dari mereka bahkan dilaporkan menembak kawan sendiri di Tel Aviv.

    “Seorang tentara Israel yang baru-baru saja kembali dari pertempuran di Jalur Gaza membunuh kawannya di dalam apartemen,” demikian laporan Channel 12.

    Sementara itu, Haaretz pada bulan Desember 2023 menyebut sebanyak 18 persen dari tentara Israel yang ikut dalam serangan di Gaza mengalami masalah kesehatan mental.

    Salah seorang dari mereka ada yang tiba-tiba bangun dari mimpi buruk lalu menembakkan senjata.

    Jumlah tentara Israel yang tewas

    IDF mengklaim jumlah tentara Israel yang tewas sejak perang meletus ialah 822 personel.

    Sebanyak 390 di antaranya tewas sejak operasi militer Israel di Gaza. Adapun korban luka mencapai 5.524 tentara.

    Di sisi lain, warga Palestina yang tewas karena serangan Israel kini mencapai lebih dari 45.000 orang. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    Jabalia Jadi Kota Hantu, IDF Ubah Metode Operasi Saat Tentara Berjatuhan

    Surat kabar Israel, Haaretz menerbitkan laporan panjang dari kamp pengungsi Jabalia, di utara Jalur Gaza.

    Dalam laporannya, media tersebut mengonfirmasi kalau kamp tersebut telah berubah menjadi kota hantu, setelah sebelumnya menjadi salah satu tempat paling ramai di dunia sebelum perang.

    Analis urusan militer surat kabar tersebut, Amos Harel, mengatakan bahwa tentara Israel (IDF) menghancurkan sekitar 70 persen bangunan di kamp Jabalia, selama operasi militer yang dimulai di sana pada tanggal 5 Oktober 2024.

    Momen itu merupakan ketiga kalinya tentara Israel menyerbu kamp Jabalia, yang pertama pada Desember 2023, dan yang kedua pada Mei lalu, menurut Harel.

    Selama kunjungan singkat ke kamp tersebut, Harel menambahkan, “Dapat dilihat bahwa beberapa bangunan yang tersisa pun mengalami kerusakan yang nyata.

    Analis tersebut menyatakan, sulit untuk membandingkan situs dan bangunan besar Hizbullah yang diledakkan oleh tentara Israel di desa-desa di Lebanon selatan, dan perluasan poros Philadelphia di Rafah (Gaza selatan), dengan apa yang terjadi selama dua setengah bulan terakhir di kamp Jabalia, dalam hal tingkat keparahan dan cakupan kehancuran.

    Harel menyamakan Jabalia dengan kota hantu, dengan mengatakan: “Di luar Anda dapat melihat sekelompok anjing berkeliaran mencari sisa makanan.”

    Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. Penyergapan demi penyergapan menyebabkan kerugian besar di kalangan IDF. (rntv/tangkap layar)

    IDF Bergelimpangan Kena Jebakan

    Divisi Lapis Baja ke-162 IDF dilaporkan mengoperasikan 4 brigade tempur di Jabalia dan di kota-kota tetangga Beit Hanoun dan Beit Lahia (utara), menurut Haaretz.

    Harel menyebut, Izz al-Din Haddad, komandan sayap militer Hamas di Jalur Gaza utara, sedang mengoordinasikan upaya untuk menghadapi pasukan Israel di kamp tersebut.

    Dia mengatakan kalau Hamas melancarkan pertempurannya di sana melalui kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang yang dipersenjatai dengan senjata ringan, rudal RPG, bahan peledak, dan alat peledak lainnya.

    Sejak dimulainya invasi terakhir pada Oktober lalu, 35 tentara Israel telah tewas dalam pertempuran di dalam dan sekitar kamp dan ratusan dari mereka terluka, menurut Harel.

    Kamp Jabalia di Gaza Utara, sebelum dan sesudah perang.

    Metode Baru Operasi IDF Sangat Menghancurkan 

    Menurut analis Haaretz, setelah pasukan Israel menderita sejumlah besar kematian dan cedera, terutama ketika pasukan IDF memasuki rumah-rumah jebakan, metode operasi yang berbeda diadopsi.

    Dia menjelaskan bahwa tentara Israel telah mulai mengambil gerakan yang lebih lambat dan hati-hati.

    Metode ini akan meninggalkan kehancuran besar-besaran, namun mengurangi jumlah kematian di antara pasukannya.

    Metode ini dilakukan dengan membombardir secara beruntun sebuah titik sampai kemudian pasukan darat IDF bergerak ke titik selanjutnya.

    Begitu seterusnya.

    Dia mengatakan bahwa dalam dua minggu pertama operasi, warga ragu-ragu untuk meninggalkan kamp Jabalia, namun tentara Israel meningkatkan tekanan, termasuk penembakan besar-besaran di dekat warga sipil untuk memaksa mereka segera pergi.

    Gambar satelit Jabalia pada Desember 2023 (Maxar)

    Perwujudan General’s Plans

    Harel menunjukkan bahwa apa yang terjadi di kamp Jabalia, berlangsung di tengah niat Israel mewujudkan General’s Plan (rencana para jenderal).

    Dalam skenario ini, Israel bermaksud untuk memindahkan seluruh penduduk sipil Palestina dari utara dan selatan Jalur Gaza hingga Koridor Netzarim di Kota Gaza.

    Rencana para jenderal adalah rencana yang diusulkan – pada awal September lalu – oleh mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, Mayor Jenderal Giora Eiland, dan didukung oleh puluhan perwira senior dan mantan perwira militer.

    Dengan begitu, Israel mendapatkan kendali Israel atas distribusi bantuan kemanusiaan dengan melakukan pengepungan di Jalur Gaza utara dan menggusur penduduknya, menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.

    Menurut rencana, seluruh wilayah utara Koridor Netzarim (yang didirikan oleh tentara Israel di tengah Jalur Gaza untuk memisahkan utara dari selatan), yaitu Kota Gaza dan seluruh lingkungannya, akan menjadi wilayah berstatus daerah militer tertutup.

    Dengan kata lain, seluruh penduduk di wilayah tersebut, yang diperkirakan oleh tentara Israel berjumlah sekitar 300.000 orang, akan terpaksa segera meninggalkan wilayah tersebut melalui koridor yang diklaim aman oleh tentara Israel, menurut sumber yang sama.

    Omong Kosong Israel Soal Safe Zone

    Namun, orang-orang Palestina tidak mempercayai apa yang Israel anggap sebagai jalur atau wilayah aman (safe zone), karena mereka sebelumnya terpaksa mengungsi ke wilayah yang dianggap aman, dan kemudian berulang kali terkena pemboman Israel, yang mengakibatkan korban jiwa, luka-luka, dan kehancuran besar-besaran.

    Pada tanggal 5 Oktober, tentara Israel kembali menginvasi Jalur Gaza utara, dengan dalih mencegah Hamas mendapatkan kembali kekuasaannya di wilayah tersebut, sementara Palestina mengatakan bahwa Tel Aviv ingin menduduki wilayah tersebut dan mengubahnya menjadi zona penyangga setelah menggusur mereka. 

    Dengan dukungan Amerika, Israel telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menyebabkan hampir 153.000 warga Palestina menjadi martir dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 11.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan anak-anak dan anak-anak. tua.

    Israel terus melakukan pembantaian, mengabaikan dua surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional pada 21 November, terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Galant, karena melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap warga Palestina di Gaza.

     

     

  • Israel Eksploitasi Ketidakberdayaan PBB untuk Ubah Gaza Jadi Tanah Hangus Tak Bisa Dihuni – Halaman all

    Israel Eksploitasi Ketidakberdayaan PBB untuk Ubah Gaza Jadi Tanah Hangus Tak Bisa Dihuni – Halaman all

    Israel Eksploitasi Ketidakberdayaan PBB untuk Ubah Gaza Jadi Tanah Hangus Tak Bisa Dihuni

    TRIBUNNEWS.COM – Palestina menuduh Israel mengeksploitasi ‘kegagalan’ Dewan Keamanan PBB dalam menegakkan tanggung jawab hukumnya terhadap Jalur Gaza.

    Kementerian Luar Negeri Palestina, Sabtu (28/12/2024) menekankan kalau genosida yang telah berlangsung selama lebih dari 14 bulan itu dimaksudkan untuk mengubah wilayah tersebut menjadi “tanah yang hangus dan tidak dapat dihuni.”

    “Israel mengeksploitasi kegagalan (ketidakberdayaan) Dewan Keamanan PBB untuk memenuhi tanggung jawab hukumnya, mengintensifkan penindasan terhadap rakyat kami di Gaza ,” katanya dalam sebuah pernyataan dilansir Anews, Minggu (29/12/2024).

    Pernyataan Palestina menambahkan, Israel telah melakukannya “melalui pembantaian, pengungsian massal , dan penghancuran rumah sakit dan rumah, terutama di bagian utara Jalur Gaza.”

    Kementerian Luar Negeri Palestina juga mengutuk “sikap masa bodoh masyarakat internasional terhadap genosida dan pemindahan paksa rakyat kami.”

    Palestina menggambarkan agresi Israel di Gaza sebagai aksi kejam yang “telah mencapai tingkat keterlibatan langsung dengan pelanggaran hukum internasional, tanpa akuntabilitas atau pengawasan.”

    Kementerian Luar Negeri Palestina mendesak Dewan Keamanan untuk melaksanakan Resolusi No. 2735, yang dikeluarkan pada bulan Juni yang mendukung gencatan senjata Gaza dan penarikan penuh Israel dari daerah kantong itu, bersama dengan pertukaran tahanan antara Israel dan Palestina.

    Serangan Israel telah menewaskan hampir 45.500 korban di Gaza sejak serangan lintas perbatasan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menghancurkan daerah kantong itu menjadi puing-puing.

    Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Selain itu, Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di daerah kantong tersebut.

    Kehancuran total di Gaza Utara akibat bombardemen buta Israel yang menghantam para pengungsi. Tentara Israel disebut melakukan genosida dan pembersihan etnis di Gaza Utara untuk kemudian berencana mencaplok dan membangunnya menjadi pemukiman warga Yahudi Israel. (khaberni/HO)

     Israel dan Hamas Saling Menyalahkan Soal Gagalnya Negosiasi Pertukaran Sandera

    ada Rabu (25/12/2024), Israel dan Hamas saling menyalahkan terkait kegagalan mencapai kesepakatan gencatan senjata meskipun terdapat kemajuan dalam beberapa hari terakhir.

    Hamas mengklaim bahwa Israel menetapkan persyaratan baru, sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh Hamas mengingkari kesepahaman yang telah dicapai.

    Dikutip dari Reuters, Hamas menyatakan bahwa Israel menambah persyaratan terkait penarikan pasukan, gencatan senjata, tahanan, dan pemulangan pengungsi, yang menyebabkan penundaan dalam tercapainya kesepakatan.

    Hamas juga mengungkapkan bahwa pihaknya menunjukkan fleksibilitas, dan pembicaraan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir sedang berlangsung secara serius.

    Sebaliknya, Netanyahu menuduh Hamas berbohong dan menciptakan kesulitan dalam negosiasi, Al Jazeera melaporkan.

    Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus berusaha keras untuk memulangkan para sandera yang ditahan.

    Mediasi Internasional

    Upaya mediasi yang dilakukan oleh AS, Qatar, dan Mesir berfokus pada penyelesaian kesepakatan bertahap yang mencakup penghentian pertempuran, pertukaran sandera dengan tahanan Palestina, dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Para negosiator Israel kembali dari Qatar setelah pembicaraan yang berlangsung selama seminggu, The New York Times melaporkan.

    Pejabat Israel, termasuk Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa Israel akan mempertahankan kontrol atas keamanan di Gaza dan berencana untuk membentuk zona penyangga untuk melindungi komunitas Israel.

    Meningkatnya Tekanan Militer

    Pasukan Israel melanjutkan tekanan militer terhadap Gaza, khususnya di Gaza utara, dalam kampanye militer terberat selama perang 14 bulan, BBC melaporkan.

    Serangan Israel menewaskan sedikitnya 24 orang di Gaza pada Rabu (25/12/2024). 

    Menurut pejabat kesehatan di Gaza, Israel juga menargetkan militan Hamas di beberapa daerah, termasuk Al-Furqan dan Al-Mawasi. 

    Meskipun Israel menegaskan bahwa serangan tersebut ditujukan pada militan Hamas, Palestina menuduh Israel berusaha mengosongkan wilayah Gaza utara untuk menciptakan zona penyangga.

    Kondisi Warga Palestina

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 45.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel sejak dimulainya konflik.

    Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.

    Sementara itu, sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi, dan banyak wilayah Gaza hancur akibat serangan militer.

    Israel dan Hamas tetap berkomitmen pada pembicaraan, dengan harapan mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 14 bulan.

    Kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan akan mencakup penghentian pertempuran, pembebasan sandera, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza yang terkepung, Euronews melaporkan.

  • Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun – Halaman all

    Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun – Halaman all

    Pasukan Israel Nyanyikan Lagu Rasis ‘Biarkan Desamu Terbakar’ Saat Bumi Hanguskan Beit Hanoun

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Israel (IDF) yang beroperasi di wilayah yang mereka kepung secara total di Jalur Gaza utara , mengunggah rekaman di media sosial yang membuktikan kalau tuduhan genosida memang benar terjadi di Gaza.

    Unggahan yang beredar pada Sabtu (28/12/2024) itu menampilkan personel IDF membakar rumah-rumah di kota Beit Hanoun, Gaza Utara.

    “Aksi pembakaran rumah-rumah warga oleh IDF itu disertai dengan lagu rasis “Biarkan desamu terbakar”,” tulis laporan Anews, Minggu (29/12/2024).

    Para prajurit IDF, diketahui merupakan bagian dari Batalyon ke-92 militer Israel, difilmkan sedang membakar rumah-rumah milik penduduk Beit Hanoun yang mengungsi paksa.

    Rekaman yang diambil menggunakan pesawat tanpa awak (drone) menggambarkan kehancuran yang meluas di area yang menjadi sasaran.

    Sebagai informasi, lagu rasis “Biarkan desamu terbakar” telah menjadi elemen yang berulang dalam perayaan dan selebrasi oleh tentara dan bahkan pemukim Israel saat fasilitas milik Palestina dihancurkan.

    Selebrasi pasukan Israel (IDF) saat melakukan penyerbuan dan pembakaran rumah-rumah warga Palestina di Beit Hanoun, Gaza Utara. Mereka menyanyikan lagu rasis, Biarkan Desamu Terbakar yang ditujukan bagi Palestina.

    Laporan Anews, mencontohkan, lagu itu dinyanyikan saat IDF melakukan serangan genosida ke Rafah, Gaza Selatan.

    “Setelah pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Israel di Rafah di Gaza selatan, warga Israel di Yerusalem terlihat merayakan dengan lagu yang sama,” kata laporan tersebut.

    Nyanyian tersebut juga populer di kalangan pendukung klub sepak bola Israel tertentu, yang sering mengarahkannya kepada warga Palestina selama pertandingan.

    Israel telah menewaskan lebih dari 45.400 korban di Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menghancurkan daerah kantong itu menjadi puing-puing.

    Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong Palestina tersebut.

    Pasukan infanteri Tentara Israel (IDF) saat melaksanakan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara. Penyergapan demi penyergapan menyebabkan kerugian besar di kalangan IDF. (rntv/tangkap layar)

    Kronologi Penyerbuan IDF ke Beit Hanoun

    Militer Israel baru-baru ini meluncurkan serangan besar-besaran di daerah Beit Hanoun, Gaza.

    Dalam operasi ini, mereka menggunakan tank tempur dan kendaraan lapis baja, serta melibatkan tentara bersenjata lengkap.

    Artikel ini akan membahas rincian dari serangan tersebut, dampaknya terhadap warga sipil, dan latar belakang Beit Hanoun.

    Apa Penyebab Serangan di Beit Hanoun?

    Menurut laporan dari militer Israel, serangan ini dilakukan berdasarkan informasi intelijen yang menyebutkan bahwa militan dan infrastruktur mereka berada di daerah tersebut.

    Sebelum invasi darat dilakukan, pesawat tempur Israel telah menyerang berbagai target yang diyakini terkait dengan militan.

    Bagaimana Dampak Serangan Terhadap Warga Sipil?
    Serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan

    Pada tanggal 26 Desember 2024, militer Israel menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara.

    Serangan ini menyebabkan kebakaran besar yang merusak fasilitas penting, termasuk ruang operasi dan arsip rumah sakit.

    Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sekitar 400 orang, termasuk staf medis dan pasien, terjebak di dalam rumah sakit saat serangan berlangsung.

    Pasukan Israel dilaporkan menahan banyak dari mereka, dengan beberapa mengalami pemukulan dan dibiarkan kedinginan setelah diusir.

    Di antara yang ditahan adalah Dr Hussam Abu Safia, direktur rumah sakit.

    Nasib pasien lainnya yang terjebak dalam situasi tersebut hingga kini belum diketahui.

    Apa Reaksi Internasional Terhadap Serangan Ini?

    Serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan mendapat kecaman keras, termasuk dari Iran yang menyebutnya sebagai kejahatan perang.

    Mereka mengeklaim bahwa serangan ini bertujuan untuk menghancurkan sistem kesehatan di wilayah Gaza yang sudah tertekan oleh situasi perang.

    Apa yang Terjadi di Beit Hanoun Pasca Serangan?

    Setelah serangan, laporan menunjukkan bahwa pasukan Israel mengepung daerah tempat tinggal 300 keluarga di Beit Hanoun.

    Serangan ini merupakan bagian dari serangkaian serangan mematikan yang terjadi di Jalur Gaza, termasuk beberapa serangan pesawat yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa.

    Dari laporan yang ada, dua orang dilaporkan tewas akibat serangan di lingkungan Remal, dan satu orang lainnya tewas di dekat Rumah Sakit Lapangan Yordania di Sabra.

    Selain itu, tujuh orang ditemukan tewas di reruntuhan rumah setelah serangan di kamp pengungsi Maghazi.

    Apa yang Terjadi Selanjutnya di Beit Hanoun?

    Kehadiran militer Israel di Rafah, selatan Gaza, juga dilaporkan sedang mengalami revitalisasi, dengan Brigade Kiryati mengambil alih dari Brigade Nahal setelah tujuh bulan.

    Semua informasi ini menunjukkan ketegangan yang terus berlanjut di kawasan tersebut, yang semakin mempengaruhi kehidupan warga sipil di Gaza.

    Beit Hanoun sendiri, yang merupakan kota Palestina di tepi timur laut Jalur Gaza, memiliki populasi sekitar 52.237 jiwa pada tahun 2017 dan telah berada di bawah administrasi Hamas sejak pertengahan tahun 2007.

    Situasi yang kian memburuk ini menambah kompleksitas konflik di kawasan yang sudah penuh dengan ketegangan ini.

    Dengan latar belakang serangan yang terus berlangsung dan dampaknya yang parah terhadap kehidupan warga sipil, situasi di Beit Hanoun dan Gaza secara keseluruhan tetap menjadi perhatian dunia.

     

    (oln/anews/khbrn/*)

     

  • Sistem Kesehatan Gaza Utara Hancur setelah RS Kamal Adwan Diserang

    Sistem Kesehatan Gaza Utara Hancur setelah RS Kamal Adwan Diserang

    JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi tanda hancurnya fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di Gaza Utara.

    “Serangan terhadap RS Kamal Adwan terjadi setelah meningkatnya pembatasan akses terhadap WHO dan mitranya, serta serangan berulang terhadap fasilitas kesehatan ataupun lokasi di sekitarnya sejak awal Oktober,” kata WHO melalui akun media sosial X, Jumat, 27 Desember.

    Badan PBB itu menyatakan, serangan Israel yang tak kunjung berhenti itu sangat mengganggu upaya WHO memastikan fasilitas kesehatan di Gaza Utara berfungsi bahkan secara minimal.

    “Penghancuran sistem kesehatan secara sistematis di Gaza menjadi tanda kematian bagi puluhan ribu jiwa Rakyat Palestina yang membutuhkan penanganan kesehatan secara mendesak,” kata WHO.

    Laporan awal menyebutkan bahwa sejumlah bagian RS terbakar hebat dan hancur akibat serangan Israel. Sementara 60 personel kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk mereka yang menggunakan ventilator, masih bertahan di rumah sakit itu.

    Karena serangan itu, pasien dengan kondisi kesehatan yang moderat hingga berat terpaksa berpindah ke RS Indonesia yang sudah hancur dan tak lagi beroperasi.

    “WHO amat prihatin terhadap keselamatan mereka,” ucap badan PBB itu.

    “Kengerian ini harus segera berakhir dan pelayanan kesehatan harus dilindungi. Gencatan senjata segera!” demikian pernyataan WHO.

    Dikutip dari Anadolu, Israel kembali melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza Utara pada 5 Oktober 2024 dengan dalih mencegah berhimpunnya kembali kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

    Namun, masyarakat Palestina menyebut niat Israel sebenarnya adalah untuk menduduki kembali Gaza Utara dan mengusir warga Palestina yang masih bertahan di sana.

    Karena Israel terus menghalangi pengantaran bantuan kemanusiaan, seperti pangan, obat-obatan, dan bahan bakar yang penting untuk bertahan hidup, masyarakat Palestina di Gaza Utara kini terancam kelaparan.

    Rezim Zionis Israel tak kunjung menghentikan agresi genosidanya ke Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 45.400 orang, yang sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

    Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Benjamin Netanyahu yang dijuluki Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai “penjagal Gaza”, dan mantan ketua otoritas pertahanan Israel Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Selain itu, Israel juga menghadapi gugatan atas tindak genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza.

  • Elon Musk Bertemu Puluhan Politisi Dunia dari AS-Israel, Bahas Apa?

    Elon Musk Bertemu Puluhan Politisi Dunia dari AS-Israel, Bahas Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selama tiga tahun terakhir, Elon Musk tercatat bertemu puluhan kali dengan presiden, perdana menteri, anggota parlemen, pejabat pemerintah, dan kandidat politik dari seluruh dunia.

    Beberapa dari pertemuan ini dipublikasikan, seperti kunjungannya ke Israel dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setelah mendapat kritik atas unggahan antisemit yang didukung Musk di X. Pertemuan lainnya, seperti percakapan dengan Presiden Argentina Javier Milei, yang diunggah di akun media sosial sang miliarder.

    Topik pembicaraan bos Tesla itu dengan para politikus berkisar dari peluang bisnis untuk perusahaan Musk hingga pemilihan umum dan masalah kebijakan seperti perdagangan, energi, pendidikan, dan manajemen populasi.

    Data ini berdasarkan ditinjauan oleh CNN International, yang mencatat tentang pertemuan, panggilan, dan percakapan Musk dengan tokoh-tokoh politik di seluruh dunia sejak Agustus 2021.

    Meskipun beberapa hubungannya dengan para pemimpin tersebut sudah terjalin sejak lama, dalam kurun waktu tersebut, Musk melebarkan sayapnya dari salah satu pengusaha terkaya dan paling berpengaruh di dunia menjadi pemain yang semakin kuat dalam urusan global.

    Secara keseluruhan, pertemuan-pertemuan tersebut menunjukkan bagaimana Musk telah dirayu bukan hanya karena perusahaannya dan dompetnya yang tebal, tetapi juga karena kemampuannya untuk memengaruhi jalannya perang melalui layanan satelit Starlink, pendapatnya tentang kecerdasan buatan, gelombang besar berikutnya dalam pengembangan teknologi, dan perannya dalam mempengaruhi opini publik melalui platformnya, X.

    Bagi Musk, percakapan dengan para pemimpin dunia adalah sebuah siklus yang baik. Enam perusahaan terkemuka yang ia miliki atau jalankan memberinya akses dengan tokoh-tokoh tersebut, yang dukungannya sering kali mendorong pertumbuhan mereka.

    Pada saat yang sama, miliarder kelahiran Afrika Selatan ini telah menjadi pemain politik yang berpengaruh di negara asalnya, Amerika Serikat.

    Dia menggelar acara kampanye siaran langsung di X untuk calon presiden Gubernur Florida Ron DeSantis dan Robert F. Kennedy, Jr, yang kemudian keluar dari persaingan, serta mantan Presiden Donald Trump. Sejak saat itu, Musk memberikan dukungannya – dan puluhan juta dolar lain di belakang Trump.

    Foto: REUTERS/Kevin Mohatt
    Elon Musk, CEO of SpaceX and Tesla, listens to Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu as he addresses a joint meeting of Congress, at the U.S. Capitol in Washington, U.S., July 24, 2024. REUTERS/Kevin Mohatt

    Berikut angka politisi yang bertemu dengan Elon Musk dari setiap negara sejak 2021, dikutip dari CNN International, Sabtu (28/12/2024):

    Amerika Serikat: 9 orang
    Italia: 4 orang
    Argentina: 4 Orang
    Paris: 3 orang
    China: 3 orang
    Israel: 2 orang
    Brazil: 1 orang
    Jerman: 1 orang
    Hungaria: 1 orang
    India: 1 orang
    Meksiko: 1 Orang
    Turki: 1 orang
    Britania Raya: 1 orang.

    (dce)