Tag: Benjamin Netanyahu

  • Israel Kirim Rudal Mematikan Buatan AS untuk Ukraina

    Israel Kirim Rudal Mematikan Buatan AS untuk Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel mentransfer sekitar 90 rudal pencegat pertahanan udara Patriot dari penyimpanan di Israel ke Polandia untuk dikirimkan ke Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh media Axios, mengutip tiga sumber anonim.

    Setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memensiunkan Patriot yang dipasok AS pada April 2024, Kyiv meminta rudal-rudal itu. Moskow memperingatkan Yerusalem Barat tentang potensi konsekuensi pada saat itu, dan gagasan itu tampaknya tidak membuahkan hasil.

    Axios melaporkan beberapa pesawat angkut Angkatan Udara AS C-17 mengangkut rudal-rudal itu dari pangkalan udara di Israel selatan ke kota Rzeszow di Polandia, pusat logistik NATO untuk memasok Ukraina.

    Yerusalem Barat memberi tahu Moskow tentang langkah itu dan mengatakan mereka “hanya mengembalikan sistem Patriot ke AS” daripada memasok senjata ke Ukraina, Axios melaporkan, mengutip seorang pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya.

    Pejabat yang sama mengklaim bahwa ini adalah hal yang sama dengan pemindahan peluru artileri AS dari “penyimpanan darurat” di Israel ke Ukraina dua tahun lalu.

    Baik Pentagon maupun Komando Eropa AS menolak memberikan komentar kepada Axios untuk berita tersebut. Rusia belum secara resmi menanggapi masalah tersebut.

    Menurut Axios, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak menerima telepon dari Vladimir Zelensky dari Ukraina “selama berminggu-minggu.”

    Situasi berubah pada akhir September ketika Netanyahu membutuhkan izin Zelensky bagi para peziarah Hasid untuk mengunjungi Uman, sebuah kota di selatan Kyiv tempat pendiri gerakan mereka, Reb Nachman dari Bratslav, dimakamkan. Zelensky menolak hingga Netanyahu menyetujui pemindahan Patriot, kata seorang pejabat Ukraina.

    Seorang juru bicara Netanyahu mengakui kepada Axios bahwa sistem Patriot telah “dikembalikan ke AS,” dan menambahkan bahwa “kami tidak tahu apakah sistem itu dikirim ke Ukraina.” Juru bicara itu juga membantah adanya hubungan antara Patriot dan ziarah Uman.

    Pengiriman rudal tersebut merupakan sumbangan Israel yang “paling signifikan” bagi Kyiv sejak konflik Rusia-Ukraina meningkat pada Februari 2022. Yerusalem Barat telah lama bersikeras hanya memberikan bantuan kemanusiaan kepada Kyiv, karena khawatir akan pembalasan dari Moskow di Suriah, atau melalui pasokan senjata canggih kepada Iran.

    (luc/luc)

  • AS Pindahkan 90 Sistem Patriot dari Israel ke Ukraina, Bisa Picu Rusia Kirimi Iran Senjata Canggih – Halaman all

    AS Pindahkan 90 Sistem Patriot dari Israel ke Ukraina, Bisa Picu Rusia Kirimi Iran Senjata Canggih – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump dilaporkan telah memerintahkan militernya untuk memindahkan 90 sistem pertahanan udara Patriot dari Israel ke Ukraina.

    Media AS Axios menyebut puluhan sistem Patriot itu akan dikirim ke Ukraina lewat Polandia.

    Pengiriman itu disebut akan membuat para pemimpin Eropa gembira karena mereka sebelumnya khawatir Trump akan mengurangi bantuan militer AS kepada Ukraina.

    Kementerian Pertahanan AS menganggap sistem Patriot sangat penting dalam upaya Ukraina menghadapi serangan udara Rusia.

    All Israel News melaporkan Angkatan Udara Israel mulai berhenti mengoperasikan sistem yang sudah tua itu. Puluhan Patriot itu dikirim oleh AS ke Israel lebih dari 30 tahun lalu saat Perang Teluk Pertama.

    Karena Israel sudah mengembangkan sistem pertahanan canggihnya sendiri, Patriot kini dianggap kurang relevan dan kebanyakan hanya disimpan.

    Israel lalu mengembalikan Patriot kepada AS. Sistem itu disesuaikan terlebih dulu sebelum dikirim ke Ukraina.

    Pengiriman Patriot itu disebut sebagai pengiriman peralatan militer terpenting dari Israel ke Ukraina sejak perang di Ukraina meletus tahun 2022.

    Para pejabat Ukraina mengklaim awalnya Israel keberatan memindahkan sistem itu. Israel takut pemindahan itu akan memicu Rusia untuk mengirimkan lebih banyak senjata canggih kepada Iran.

    Menurut seorang pejabat Ukraina, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk membahas perkara pemindahan Patriot hingga beberapa minggu sebelum mengizinkan pemindahan itu pada bulan September 2024.

    Para pejabat Ukraina sudah berulang kali mengeluh karena Israel enggan mengirimkan perlengkapan militer canggih ke Ukraina karena mengkhawatirkan aksi balasan Rusia.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada Februari 2023, menggambarkan perang Ukraina melawan Rusia sebagai perang David melawan Rusia sebagai Goliath modern. Oleh karena itu, Zelensky berharap Israel bersedia mengirimkan sistem pertahanan David Sling atau Ketapel David untuk membantu Ukraina.

    “Kami tak punya alternatif kecuali mengalahkan Goliath Rusia. Menjadi David yang tengah berperang dan kami berperang. Menjadi David artinya memiliki ketapel agar menang,” kata Zelensky.

    Hingga saat ini negara Zionis itu belum mengirimkan David Sling kepada Ukraina. Meski demikian, pengiriman Patriot itu disebut bisa mengurangi ketegangan antara Ukraina dan Israel.

    Axios menyebut Israel sudah memberi tahu Rusia mengenai pengiriman itu dan menegaskan bahwa Israel hanya mengembalikan Patriot kepada AS. Israel mengklaim tidak tahu apakah sistem itu akan dikirim ke Ukraina.

    Dengan kata lain, Israel menjelaskan kepada Rusia, bukan Israel, melainkan AS yang memutuskan untuk mengirimkan Patriot ke Ukraina.

    Dalam pada itu, hubungan Israel dengan Rusia memburuk sejak perang di Ukraina berkobar. Israel bergabung dengan negara-negara Barat yang mengecam serangan Rusia ke Ukraina.

    Di lain pihak, Rusia membalasnya dengan mengkritik pedas Israel yang mengaku berhak membela diri dari serangan Iran dan proksi-proksinya.

    Sanksi dan blokade yang dijatuhkan Barat kepada Rusia juga membuat Rusia membentuk aliansi militer dengan Iran.

    Iran memberi Rusia teknologi drone, sedangkan Rusia memberi Iran sejumlah perlengkapan militer.

    (*)

  • Trump Yakin Mesir dan Yordania Akan Terima Pengungsi Gaza

    Trump Yakin Mesir dan Yordania Akan Terima Pengungsi Gaza

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meyakini Mesir dan Yordania akan menerima pengungsi Gaza. Dia yakin meski kedua negara itu menolak rencana Trump memindahkan warga Palestina dari wilayah tersebut.

    Komentar Trump ini muncul sehari setelah Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II menolak pemindahan paksa warga Gaza setelah perang antara Hamas dan Israel.

    “Mereka akan melakukannya,” ucap Trump yakin kepada wartawan di Oval Office ketika ditanya tanggapannya terhadap penolakan Mesir dan Yordania, sebagaimana dilansir AFP, Jumat (31/1/2025).

    “Mereka akan melakukannya. Kami melakukan banyak hal untuk mereka, dan mereka akan melakukannya,” imbuh Trump.

    Setelah gencatan senjata Israel-Hamas mulai berlaku pada 19 Januari, Trump pekan lalu melontarkan rencana untuk ‘membersihkan’ Jalur Gaza. Oleh karena itu, dia berencana memindahkan warga Palestina ke Mesir atau Yordania.

    Dia mengatakan perang yang berlangsung selama 15 bulan telah menjadikan wilayah Palestina sebagai “tempat penghancuran.”

    Utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, melakukan perjalanan yang jarang terjadi ke Gaza minggu ini, kata Gedung Putih, dalam upaya untuk menopang gencatan senjata yang rapuh. Ia juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Sisi dari Mesir, yang merupakan sekutu utama AS, pertama kali pada hari Rabu (29/1) menanggapi rencana Trump itu. Dia menilai rencana Trump itu tidak adil bagi warga Palestina.

    “Rakyat Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak dapat kita ambil bagian di dalamnya,” kata Sisi.

    Raja Yordania Abdullah II secara terpisah juga menegaskan menolak rencana Trump itu. Dia menilai warga Palestina harus tetap berada di tanah mereka.

    “Posisi tegas negaranya mengenai perlunya mempertahankan warga Palestina di tanah mereka,” ucap Abdullah.

    Diketahui, sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada Oktober 2023, Mesir dan Yordania telah memperingatkan rencana untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat melintasi perbatasan mereka.

    Lihat juga Video ‘Jumlah Korban Tewas di Gaza Meningkat Meski Sedang Gencatan Senjata’:

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Lanjutkan Pembebasan Sandera, 110 Tawanan Palestina Akan Dikembalikan Hari Ini – Halaman all

    Israel Lanjutkan Pembebasan Sandera, 110 Tawanan Palestina Akan Dikembalikan Hari Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel akan melanjutkan pembebasan tahanan Palestina sebagai bagian dari perjanjian pertukaran sandera yang akan dilaksanakan pada Kamis pukul 5 sore (30/1/2024) atau sekitar Jumat Pagi (31/1/2024) waktu Indonesia.

    Hal ini diungkap oleh pejabat Mesir selaku mediator perjanjian gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dengan Hamas.

    Dalam keterangan yang dikutip dari CNN International, pejabat Mesir menjelaskan bahwa Kantor Perdana Menteri Israel (PMO) telah mengkonfirmasi pembebasan tahanan Palestina akan dilanjutkan pada Kamis malam.

    Pemerintah Israel belum merilis siapa saja sandera yang akan dibebaskan dalam kesepakatan tersebut.

    Namun PMO dan pejabat Mesir memastikan bahwa 110 sandera Palestina  termasuk diantaranya 30 anak-anak akan mendapatkan jalan keluar yang aman dari penjara Israel.

    “Menyusul permintaan Perdana Menteri Netanyahu, para mediator menyampaikan komitmen bahwa pembebasan yang aman akan dijamin bagi para sandera kami yang akan dibebaskan pada putaran berikutnya,” kata PMO.

    Israel Sempat Tunda Pembebasan Sandera

    Sebelum keputusan ini disahkan, Israel diketahui menunda pembebasan 110 tahanan Palestina yang sebelumnya dijadwalkan Kamis pagi (30/1/2024

    Israel menunda keputusan ini setelah melihat sambutan meriah terhadap tawanan Israel dan Thailand yang dibebaskan di Gaza.

    Juru bicara Perdana Menteri, Omer Dostri, meminta bahwa Israel menuntut jaminan dari mediator gencatan senjata sebelum melanjutkan pembebasan. 

    Tak lama setelah itu otoritas penjara Israel  menerima instruksi untuk menangguhkan pembebasan ini hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bersama Menteri Pertahanan Yisrael Katz, telah memerintahkan penundaan pembebasan para tahanan yang dijadwalkan hari ini, hingga pembebasan sandera kami yang aman terjamin dalam beberapa hari ke depan,” kata juru bicara perdana menteri, Omer Dostri, dalam sebuah pernyataan, dilansir dari CNN International.

    Hamas Pulangkan 8 Sandera Israel

    Sebelumnya, Kelompok pejuang Palestina Hamas diketahui membebaskan 8 sandera Israel berdasarkan perjanjian gencatan senjata dengan Israel.
    Adapun daftar sandera yang dibebaskan mencakup  satu tentara Israel, dua warga Israel dan lima sandera asal Thailand .

    Hal ini turut dikonfirmasi oleh kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengatakan delapan sandera, tiga warga Israel dan lima warga Thailand telah diterima oleh tim Palang Merah di kamp pengungsi Jabaliya di bagian utara Gaza, untuk kemudian dibawa ke wilayah Israel

    kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut ketiga warga Israel tersebut adalah Arbel Yehud, Agam Berger dan Gadi Moses.

    Kemudian, lima warga negara Thailand yang ditahan di Gaza juga akan dibebaskan.

    Menyambut pertukaran sandera, warga Israel bersorak, bertepuk tangan, dan bersiul di sebuah alun-alun di Tel Aviv di mana para pendukung para sandera menyaksikan penyerahan Berger.

    Beberapa orang memegang poster bertuliskan: “Agam, kami menunggumu di rumah.”

    Berger sendiri merupakan satu di antara lima tentara perempuan Israel yang ditawan dalam serangan 7 Oktober.

    Agam Berger, 20 tahun, ditangkap oleh Hamas bersama empat tentara wanita lainnya yang telah dibebaskan pada Sabtu (25/1/2025) lalu.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Ben-Gvir Komentari Pembebasan Sandera di Khan Yunis: Kesepakatan Gegabah Tiada Duanya – Halaman all

    Ben-Gvir Komentari Pembebasan Sandera di Khan Yunis: Kesepakatan Gegabah Tiada Duanya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mantan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengomentari pembebasan sandera yang berlangsung di Khan Yunis pada Kamis (30/1/2025).

    Ketua Otzma Yehudit tersebut menyambut baik kembalinya tiga sandera Israel dari penahanan Hamas.

    Dikutip dari Al Jazeera, dalam komentarnya, Ben-Gvir mengecam kesepakatan yang menyebabkan pembebasan mereka.

    Ben-Gvir,  yang mengundurkan diri karena kesepakatan gencatan senjata mengatakan adegan penyerahan tawanan di Khan Younis menunjukkan Israel tidak mencapai “kemenangan penuh” di Gaza.

    “Kami gembira dan gembira atas kembalinya Agam, Arbel, dan Gadi yang kami cintai, tetapi gambar-gambar mengerikan dari Gaza memperjelas hal ini: Ini bukanlah kemenangan penuh – ini adalah kegagalan total, dalam kesepakatan gegabah yang tiada duanya,” katanya dalam sebuah pernyataan di Telegram.

    “Pemerintah bisa saja menghentikan gerombolan haus darah yang kini berusaha merampas bantuan kemanusiaan, bahan bakar, listrik, dan air dari para sandera kami, dan menghancurkan mereka secara militer hingga mereka sendiri memohon untuk mengembalikan para sandera kami, tetapi pemerintah memutuskan untuk memilih jalan menyerah kepada monster manusia,” ungkap Ben-Gvir.

    “Belum terlambat untuk sadar,” ucap politisi sayap kanan itu.

    Netanyahu Kecam Kekacauan di Khan Yunis

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam kejadian yang terjadi selama pembebasan tujuh sandera di Khan Yunis.

    Ia menyebutkan bahwa kekacauan terjadi ketika proses pembebasan sandera, yang diserahkan kepada Palang Merah,

    Pada saat pembebasan sandera di Khan Yunis dilaporkan warga sipil Israel seperti Gadi Mozes dan Arbel Yehoud, serta lima warga sipil Thailand, didorong dan disikut oleh massa yang marah.

    “Saya sangat prihatin dengan kejadian mengejutkan selama pembebasan sandera kami,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Times of Israel.

    Netanyahu menyebutkan insiden tersebut adalah bukti lebih lanjut tentang kekejaman yang tak terbayangkan dari Hamas.

    Dia menuntut agar para negosiator memastikan bahwa kejadian serupa tidak terjadi lagi dan meminta jaminan keselamatan bagi para sandera Israel.

    Selain itu, Netanyahu menegaskan bahwa siapa pun yang berani menyakiti sandera Israel akan membayar akibat perbuatannya.

    Dalam insiden tersebut, dua warga sipil Israel, Gadi Mozes dan Arbel Yehoud, diserahkan kepada Palang Merah di tengah teriakan massa yang tampaknya memperlambat proses pembebasan mereka.

    Lima warga sipil Thailand juga diserahkan di lokasi yang sama, Khan Yunis.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Hamas Akui Pimpinan Brigade Al Qassam Mohammad Deif Tewas dalam Serangan Udara Israel Tahun Lalu – Halaman all

    Hamas Akui Pimpinan Brigade Al Qassam Mohammad Deif Tewas dalam Serangan Udara Israel Tahun Lalu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas akhirnya mengakui untuk pertama kalinya bahwa Israel telah membunuh pimpinan Brigade Al Qassam sekaligus buronan Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC), Mohammad Deif, dalam serangan udara yang dilakukan pada Juli 2024 lalu.

    Dikutip dari Associated Press (AP),  pengumuman tersebut disampaikan sesaat setelah Hamas membebaskan tawanan Israel.

    “Brigade Al-Qassam mengumumkan kepada rakyat kami yang hebat tentang kesyahidan sekelompok pejuang dan komandan yang heroik,” kata juru bicara Hamas, Aboe Obeida, saat mengumukan tewasnya Deif dan wakil kepala staf Brigade Al-Qassam, Marwan Isa, Kamis (30/1/2025).

    Adapun, ini adalah pertukaran tahap ketiga dalam kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza yang telah memasuki pekan kedua sejak pertama kali disepakati pada 19 Januari 2025 lalu.

    Di sisi lain, sebelumnya, militer Israel sempat mengumumkan bahwa Deif telah tewas dalam serangan yang dilakukan di wilayah Khan Younis Gaza pada 1 Agustus 2024 lalu.

    Pengumuman tersebut disampaikan saat itu sehati setelah membunuh pimpinan politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, yang juga diumumkan oleh Korps Garda Revolusi Iran dan Hamas.

     “Tentara Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan pada tanggal 13 Juli 2024, jet tempur IDF menyerang di wilayah Khan Younis, dan usai adanya penilaian intelijen, dipastikan Deif tewas dalam serangan itu,” demikianm pernyataan resmi dari militer Israel, dikutip dari Reuters.

    Tak cuma Deif, serangan Israel itu juga mengakibatkan 90 orang tewas.

    Adapun cara Israel membunuh Deif dengan menjatuhkan bom seberat 900 kilogram ke tempat perlindungan pimpinan Al Qassam tersebut.

    Sebagai informasi, Israel telah menjadikan Deif sebagai salah satu target utama untuk dibunuh karena dianggap telah melakukan beberapa operasi serangan.

    Dikutip dari Aljazeera, Deif melakukan operasi dengan pimpinan Hamas, Yahya Sinwar, kata militer Israel.

    “Selama perang, ia mempimpin aktivitas Hamas di Jalur Gaza dengan mengeluarkan perintah dan instruksi kepada para anggota senior sayap militer Hamas, “ kata IDF.

    Kematian Deif Sempat Dibantah Hamas

    Di sisi lain, pasca-pengumuman dari Israel tersebut, Hamas sempat membantah bahwa Deif dibunuh oleh pasukan Zionis.

    Bantahan tersebut disampaikan oleh anggota Hamas, Izzat al-Rashq dalam sebuah postingan di Telegram.

    “Mengonfirmasi atau menyangkal kesyahidan salah satu pemimpin Wassam adalah masalah kepemimpinan Brigade Qassam dan kepemimpinan gerakan tersebut,” ujarnya dalam postingan tersebut pada 1 Agustus 2024 lalu, dikutip dari Aljazeera.

    Rashq mengatakan bahwa saat itu, tidak ada pernyataan resmi dari Al-Qassam terkait kematian Deif.

    “Kecuali jika salah satu dari mereka mengumumkan, tidak ada berita yang dipublikasikan di media atau oleh pihak lain yang dapat dikonfirmasi,” tegasnya.

    Dilansir The Guardian, Mohammed Diab Ibrahim Al-Masri atau Mohammad Deif merupakan salah satu pendiri Brigade Al Qassam.

    Dia lahir di kamp pengungsian Khan Younis pada tahun 1965.

    Kendati berlatarbelakang dari keluarga miskin, Deif merupakan sosok yang cerdas karena memiliki gelar sarjana sains dari Islamic University di Gaza.

    Pada tahun 1987, Deif pertama kali bergabung dengan Hamas ketika kelompok milisi tersebut tengah berjuang dalam pemberontakan Palestina pertama.

    Saat bergabung dengan Hamas, dia pernah ditangkap oleh Israel dan dijebloskan ke penjara selama 16 bulan.

    Setelah bebas, Deif ditunjuk menjadi pimpinan Brigade Al Qassam pada tahun 2002 setelah pemimpin sebelumnya yaitu Salah Shehadeh dibunuh oleh Israel.

    Deif memang dikenal sebagai sosok yang misterius karena jarang muncul ke publik.

    Adapun hal tersebut dibuktikan dengan hanya ada tiga gammbar yang menunjukkan sosoknya. Bahkan, dua gambar hanya menunjukkan dirinya menggunakan topeng serta satu gambar bayangannya.

    Dilansir Al-Mayadeen, Deif menjadi salah satu anggota dewan militer Hamas yang diduga menjadi dalang dalam serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023 silam.

    Kabar terakhir terkait Deif adalah dikeluarkannya surat perintah penangkapan dari ICC terhadapnya pada 21 November 2024 silam.

    Dikutip dari laman ICC, Deif diperintahkan untuk ditangkap oleh ICC bersama dengan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.

    Surat perintah itu diterbitkan karena Deif, Netanyahu, dan Gallant dituduh telah melakukan kejahatan perang dan kemanusiaan dalam konflik di Gaza.

    Sebenarnya, surat perintah penangkapan dari ICC juga ditujukan kepada dua pimpinan senior Hamas yaitu Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar.

    Namun, lantaran keduanya meninggal, maka surat tersebut ditarik.

    (Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

  • Israel Lanjutkan Pembebasan Sandera, 110 Tawanan Palestina Akan Dikembalikan Hari Ini – Halaman all

    Israel Tunda Pembebasan 110 Tahanan Palestina, Bus Kembali ke Penjara Ofer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Israel telah memerintahkan penundaan pembebasan 110 tahanan Palestina yang sebelumnya dijadwalkan untuk dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan hari ini.

    Menurut laporan lembaga penyiaran Israel, Kann, otoritas penjara Israel telah menerima instruksi untuk menangguhkan pembebasan ini hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    Bus yang membawa tahanan Palestina dikabarkan kembali ke Penjara Ofer di Israel setelah keputusan ini diumumkan, dikutip dari The New Arab.

    Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim tahanan tidak akan dibebaskan hingga ada jaminan keamanan terkait pertukaran tawanan berikutnya.

    Menurut laporan, kesepakatan awal mencakup pembebasan 110 tahanan Palestina, termasuk 30 anak-anak, sebagai imbalan atas tiga tawanan Israel dan lima warga Thailand. 

    Namun, Israel menunda keputusan ini setelah melihat sambutan meriah terhadap tawanan Israel dan Thailand yang dibebaskan di Gaza.

    Juru bicara Perdana Menteri, Omer Dostri, meminta bahwa Israel menuntut jaminan dari mediator gencatan senjata sebelum melanjutkan pembebasan. 

    “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bersama Menteri Pertahanan Yisrael Katz, telah memerintahkan penundaan pembebasan para tahanan yang dijadwalkan hari ini, hingga pembebasan sandera kami yang aman terjamin dalam beberapa hari ke depan,” kata juru bicara perdana menteri, Omer Dostri, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN.

    Ini tentunya tidak sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

    Di mana Israel seharusnya membebaskan 110 tahanan Palestina sebagai imbalan dari Hamas yang telah membebaskan 8 tahanan Israel, 5 di antaranya adalah warga Thailand.

    Adapun 110 tahanan Palestina ini di antaranya yang 32 orang yang telah menjalani hukuman seumur hidup, 48 orang menerima hukuman penjara yang bervariasi, dan 30 orang adalah anak di bawah umur.

    Hamas telah membebaskan 8 sandera Israel hari ini (30/1/2025) sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.

    Tahanan yang pertama dibebaskan adalah Agam Berger yang merupakan tentara wanita Israel.

    Dalam pemebebasan pertama ini, Berger dibebaskan di sebuah panggung di Khan Younis.

    Kemudian Berger diserahkan ke Palang Merah dan dipindahkan ke militer Israel.

    Berger merupakan pemuda berusia 20 tahun.

    Selama upacara serah terima Berger, perwakilan Palang Merah naik ke panggung untuk menandatangani protokol pembebasan prajurit tersebut, dikutip dari Anadolu Anjansi.

    Kemudian 7 lainnya dibebaskan dalam beberapa waktu kemudian.

    Adapun 2 di antaranya adalah Arbel Yehud dan Gad Moshe Mozes.

    Kemudian 5 warga Thailand yaitu Watchara Sriuan, Bannawat Seatho, Sathian Suwannakham, Pongsak Tanna dan Surasak Lamnau.

    Sebagai informasi, perjanjian gencatan senjata pada tahap 1 ini telah mulai berlaku sejak 19 Januari 2025.

    Sejak saat itu, Hamas telah membebaskan 10 tawanan Israel dan Israel telah membebaskan 290 tawanan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Kemampuan Netanyahu Diragukan, Peneliti Senior Sebut Tak Ada Kemenangan Total dalam Perang Gaza – Halaman all

    Kemampuan Netanyahu Diragukan, Peneliti Senior Sebut Tak Ada Kemenangan Total dalam Perang Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sempat berjanji Israel akan meraih “kemenangan total” dalam perang di Gaza.

    Benjamin Netanyahu pun mengklaim akan membasmi Hamas dan membebaskan semua sandera.

    Namun, setelah gencatan senjata dengan kelompok militan itu, banyak warga Israel yang ragu.

    Peneliti senior di Institute for National Security Studies, lembaga pemikir di Tel Aviv, Ofer Shelah, menegaskan Hamas tidak hanya masih utuh, tetapi juga tidak ada jaminan semua sandera akan dibebaskan.

    Namun, kata Ofer Shelah, yang benar-benar menimbulkan keraguan tentang kemampuan Netanyahu untuk memenuhi janjinya adalah pemulangan ratusan ribu warga Palestina minggu ini ke rumah mereka di Gaza utara.

    Menurutnya, hal itu membuat Israel sulit untuk melancarkan kembali perangnya melawan Hamas jika kedua belah pihak gagal memperpanjang gencatan senjata melampaui fase awal enam minggu.

    “Tidak akan ada perang lagi,” kata Ofer Shelah, Kamis (30/1/2025), dikutip dari AP News.

    “Apa yang akan kita lakukan sekarang? Memindahkan penduduk ke selatan lagi?”

    “Tidak ada kemenangan total dalam perang ini,” tegasnya.

    Israel Akan Bebaskan 110 Tahanan Palestina

    Sementara itu, sebuah kelompok advokasi tahanan Palestina mengatakan otoritas Israel akan membebaskan 110 tahanan, termasuk 30 anak di bawah umur, pada hari Kamis.

    Pembebasan ini sebagai bagian dari pertukaran di bawah kesepakatan gencatan senjata Gaza yang disepakati dengan Hamas.

    “Besok (hari ini), 110 tahanan Palestina akan dibebaskan,” kata Klub Tahanan Palestina dalam sebuah pernyataan, mengacu pada pertukaran sandera dan tahanan ketiga di bawah gencatan senjata, yang dimulai pada 19 Januari, dilansir Arab News.

    Kelompok itu mengatakan, para tahanan diharapkan tiba di “daerah Radana Ramallah sekitar tengah hari.”

    Kelompok tersebut juga mengatakan, 30 tahanan berusia di bawah 18 tahun, 32 orang telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dan 48 lainnya menjalani hukuman penjara dengan durasi yang bervariasi.

    Mereka menambahkan, 20 tahanan yang akan dibebaskan akan dikirim ke pengasingan.

    Dalam dua pertukaran sebelumnya, tujuh sandera Israel dibebaskan oleh militan dengan imbalan 290 tahanan — hampir semuanya warga Palestina, kecuali satu warga Yordania.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Diberitakan Al Jazeera, serangan udara Israel menewaskan sebanyak 10 warga Palestina di kota Tammun, Tepi Barat yang diduduki, saat militer Israel mengintensifkan operasi di wilayah yang diduduki.

    Lebih dari 500.000 warga Palestina telah kembali ke Gaza utara di mana mereka menunggu Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan memasuki wilayah kantong itu.

    Larangan Israel terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Yerusalem Timur yang diduduki, Gaza dan Tepi Barat yang diduduki akan dimulai hari ini.

    Pertukaran tawanan ketiga dengan tahanan Palestina akan dilakukan hari ini sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    SAPA PENDUDUK GAZA – Personel Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, menyapa penduduk Gaza yang kembali ke rumah mereka di Gaza Utara per Minggu (26/1/2025). Otoritas Israel akan membebaskan 110 tahanan, termasuk 30 anak di bawah umur. (khaberni/tangkap layar)

    Delapan tawanan yang ditahan di Gaza – tiga warga Israel dan lima warga Thailand – akan dibebaskan oleh Hamas, sementara 110 tahanan Palestina – 30 di antaranya berusia di bawah 18 tahun – akan dibebaskan oleh Israel.

    Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan tentara Israel akan tetap berada di kamp pengungsi Jenin, yang telah menjadi sasaran operasi militer selama berminggu-minggu oleh pasukan keamanan Israel dan Otoritas Palestina, dan berjanji “tidak akan kembali seperti semula”.

    Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan delapan orang terluka dalam serangan Israel pada hari Rabu, meskipun ada perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.

    Serangan udara Israel telah menewaskan tiga warga negara Turki yang berusaha menyeberang secara ilegal dari Lebanon ke Israel, kata Kementerian Luar Negeri Turki.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.417 warga Palestina dan melukai 111.571 orang sejak 7 Oktober 2023.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Israel Sebut 8 Sandera Termasuk 5 Warga Thailand Dibebaskan Pada Kamis

    Israel Sebut 8 Sandera Termasuk 5 Warga Thailand Dibebaskan Pada Kamis

    Jakarta

    Israel mengatakan delapan sandera, tiga warga Israel dan lima warga Thailand, akan dibebaskan dari Gaza pada hari Kamis (30/1). Pembebasan sandera oleh Hamas itu merupakan salah satu kesepakatan dalam gencatan senjata.

    Dilansir AFP, Rabu (29/1/2024), kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut ketiga warga Israel tersebut adalah Arbel Yehud, Agam Berger dan Gadi Moses. Kemudian, lima warga negara Thailand yang ditahan di Gaza juga akan dibebaskan.

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah menerima daftar sandera dari Hamas yang akan dibebaskan pada hari Kamis sebagai bagian dari gencatan senjata Gaza.

    “Israel menerima daftar sandera yang seharusnya dibebaskan dari tahanan Hamas besok,” kata kantor perdana menteri pada hari Rabu, seraya menambahkan bahwa perincian lebih lanjut akan diberikan “setelah keluarga diberi tahu”.

    Pihak berwenang Israel telah menuntut pembebasan Yehud selama pertukaran sandera-tahanan kedua pada hari Sabtu sebagai imbalan untuk mengizinkan ratusan ribu warga Gaza yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka di utara.

    Baru setelah kelompok militan Jihad Islam merilis rekaman video Yehud berbicara, dan sumber-sumber Hamas mengatakan dia “hidup dan dalam keadaan sehat,” Israel mulai mengizinkan warga Gaza untuk kembali ke utara pada hari Senin.

    Berger, seorang prajurit, ditangkap saat bertugas di perbatasan Gaza selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    (aik/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Iran Beri Peringatkan ke Netanyahu, Ancam Bakal Bumi Hanguskan Israel Pakai Jet Tempur dari Rusia – Halaman all

    Iran Beri Peringatkan ke Netanyahu, Ancam Bakal Bumi Hanguskan Israel Pakai Jet Tempur dari Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Iran kembali mengeluarkan peringatan kepada Israel. Mereka mengancam akan memusnahkan semua kepentingan Israel di wilayah yang diduduki

    Gertakan ini dilontarkan pejabat tinggi Iran, Ali Shadmani. Ia menggertak PM Israel Benjamin Netanyahu agar tidak bertindak bodoh di tengah memanasnya hubungan Iran dan Israel.

    Peringatan keras Iran kepada Israel tentang konsekuensi “bertindak bodoh” diungkap setelah pemerintah Teheran membeli sejumlah jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia.

    Pemerintah Iran tak mengungkap berapa banyak jumlah jet yang diborong dari Rusia. Namun dengan pembelian jet tempur ini, Iran mengklaim bahwa kekuatan militer negaranya telah meningkat.

    “Negara kami sekarang memiliki kemampuan yang lebih kuat dan kami siap mengeluarkan ancaman terselubung terhadap Israel,” kata Brigadir Jenderal Ali Shadmani, wakil koordinator Markas Pusat Khatam-ol-Anbia IRGC Iran.

    Ini adalah peringatan terselubung yang memperlihatkan kesiapan Iran untuk menghadapi potensi serangan dari Israel, yang merupakan musuh utama Iran di kawasan Timur Tengah.

    Iran tidak akan tinggal diam jika diserang. Mereka akan mengerahkan semua kemampuan militer sebagai bentuk pencegahan.

    Pembelian jet tempur Rusia oleh Iran menuai sorotan terkait hubungan politik dan militer yang kuat antara kedua negara, setelah mereka menandatangani perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif .

    Meskipun perjanjian tersebut tidak menyebutkan pertukaran senjata, tapi disebutkan bahwa kedua negara akan mengembangkan “kerja sama militer-teknis”.

    Alasan ini yang membuat Iran sesumbar dapat menghanguskan Israel dengan armada tempur kiriman Rusia jika PM Netanyahu nekat “bertindak bodoh” serta mengganggu kedaulatan Iran.

    Sebuah laporan menyebutkan bahwa Iran awalnya memesan 25 jet. Namun sumber kepercayaan Newsweek mengatakan, Iran mengakuisisi jet Rusia sebanyak 50 unit Sukhoi Su-35.

    Nantinya enam jet tempur Sukhoi Su-35 akan mendarat di Teheran dalam waktu dekat.

    Selanjutnya jet-jet ini akan ditempatkan di Pangkalan Udara Hamadan seperti spekulasi sebelumnya.

    “Kehadiran jet tempur Sukhoi Su-35 di Pangkalan Udara Hamadan seiring dengan pembangunan beberapa shelter pesawat yang gencar dilakukan di Pangkalan Angkatan Udara Iran di Hamadan,” tulis Defense Security Asia.

    Sebelum kesepakatan ditekan, negosiasi pembelian jet tempur canggih Rusia telah digelar Iran sejak tahun 2007.

    Namun, sanksi PBB dan keraguan Rusia menghentikan kesepakatan potensial tersebut.

    Akan tetapi pasca ketegangan di Timur tengah memanas, Iran mulai melanjutkan rencana akuisisinya.

    Perkembangan ini memunculkan kekhawatiran mengenai potensi eskalasi ketegangan di Timur Tengah, terutama dengan Israel karena pembelian ini meningkatkan kekuatan militer Iran.

    Sementara bagi Rusia, kesepakatan ini memberikan keuntungan besar, karena penjualan peralatan militer ke Iran membuka pasar baru bagi industri pertahanan Rusia yang sedang berkembang.

    Sukhoi Su-35 merupakan jet tempur generasi terbaru yang akan mengisi kekuatan utama Angkatan Udara Iran.

    Pesawat ini dikembangkan, diuji, dan diperkenalkan oleh Biro Desain Sukhoi, yang berbasis di Moskow, dan diproduksi oleh KNAPPO di Komsomolsk-on-Amur.

    Tak seperti jet tempur pada umumnya, Sukhoi Su-35 menggunakan dua mesin turbofan Sturn / UFA AL-31F 117S.

    Untuk kontrolnya jet ini menggunakan kontrol nozzle thrust-vectoring, masing-masing menyuplai daya dorong 86.3 knot atau 142.2 knot dengan afterburn.

    Pesawat Su-35 diklaim dapat terbang dengan kecepatan maksimum 2.390 kilometer per jam.

    Pesawat tempur Sukhoi Su-35 memiliki 12 cantelan untuk membawa senjata yang setiap sayap memiliki empat cantelan yang mampu membawa berbagai jenis rudal

    Diantaranya ada Vympel R-27, rudal jarak jauh Kh-58UShkE, rudal anti-radiasi Kh-31P hingga rudal jarak jauh Kh-59MK dan dapat dipersenjatai dengan berbagai bom berpemandu termasuk bom yang dipandu TV KAB-500Kr.

    Tak hanya itu, Su-35 juga memiliki radar yang dapat mendeteksi pesawat siluman dan low-observable musuh.

    Serta kendaraan udara tak berawak dan rudal dengan penampang radar 0,01 m pada jarak hingga 90 kilometer.

    Dengan kemampuan seperti ini, tak heran pesawat ini jadi langganan sejumlah unit militer dunia.

    (Tribunnews.com/Namira)