Tag: Benjamin Netanyahu

  • Israel akan Lanjutkan Serangan di Tepi Barat bahkan selama Bulan Ramadan – Halaman all

    Israel akan Lanjutkan Serangan di Tepi Barat bahkan selama Bulan Ramadan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel akan melanjutkan serangannya di Tepi Barat sebagai bagian dari apa yang disebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai operasi militer “Tembok Besi”.

    Serangan tersebut akan berlanjut bahkan di bulan Ramadan yang sebentar lagi tiba.

    “Operasi Tembok Besi di Tepi Barat utara akan berlanjut selama bulan Ramadan,” kata Perusahaan Penyiaran Israel mengutip sumber keamanan senior Israel pada Rabu (5/2/2025).

    “Yang mungkin menghentikan Operasi Tembok Besi adalah satu-satunya kebutuhan akan pasukan (Israel) di Gaza atau Lebanon,” lanjutnya.

    Serangan Israel di Tepi Barat terjadi setelah pasukan Israel memasuki kamp pengungsi Palestina di Jenin sejak dua minggu lalu, segera setelah Israel-Hamas mulai mengimplementasikan perjanjian gencatan senjata di Gaza pada 19 Januari 2025.

    Pasukan Israel melakukan pembongkaran rumah-rumah warga Palestina dan memaksa ribuan dari mereka untuk mengungsi dari Jenin.

    Baru-baru ini, tentara Israel mengumumkan perluasan operasi di Tepi Barat.

    Tentara Israel juga mengatakan operasi di Jenin tidak memiliki kerangka waktu tertentu, dan menekankan mereka tidak akan pergi sampai menyelesaikan misinya untuk membongkar apa yang ia klaim sebagai infrastruktur kelompok perlawanan di Tepi Barat utara.

    Sebelumnya, dua tentara Israel tewas dan enam lainnya terluka dalam insiden penembakan yang terjadi di dekat pos pemeriksaan Tayseer di Tepi Barat utara pada Selasa (4/2/2025), seperti diberitakan Al Arabiya.

    Sementara itu, tersangka penembakan itu ditembak mati oleh tentara Israel.

    Hal ini terjadi ketika tentara Israel terus mengirim bala bantuan militer ke kota Jenin.

    Selain serangan tentara Israel, pemukim Israel juga menyerang desa Susiya di Tepi Barat.

    Para pemukim melemparkan batu ke beberapa rumah, menghancurkan tangki air, dan merusak mobil, menurut laporan otoritas setempat di daerah Masafer Yatta, selatan Hebron, pada Senin (3/2/2025) malam.

    Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan pada hari Senin, tentara Israel telah menewaskan 70 warga Palestina di berbagai bagian Tepi Barat yang diduduki sejak awal tahun 2025 ini, sehingga jumlah korban tewas sejak Oktober 2023 menjadi lebih dari 800.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Bisa-bisanya Trump Klaim Warga Palestina Akan Senang Dipindah dari Gaza

    Bisa-bisanya Trump Klaim Warga Palestina Akan Senang Dipindah dari Gaza

    Jakarta

    Bisa-bisanya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim warga Palestina akan senang dipindah dari Gaza. Pernyataan itu pun menuai kecaman keras dari kelompok Hamas.

    Pernyataan kontroversial Trump itu disampaikan ketika dia berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat, sebelum bertemu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang berkunjung ke Washington DC untuk membahas isu Timur Tengah, termasuk gencatan senjata Gaza.

    Dalam pernyataannya, Trump mengklaim warga Palestina akan “dengan senang hati meninggalkan Gaza”. Dia juga menyebut warga Gaza tidak memiliki alternatif lain saat ini ketika ditanya wartawan AFP apakah relokasi sama saja dengan menggusur mereka secara paksa.

    “Mereka tidak memiliki alternatif lainnya sekarang,” sebut Trump.

    “Mereka ada di sana karena mereka tidak memiliki alternatif. Apa yang mereka miliki? Saat ini, itu adalah tumpukan puing besar-besaran… Saya rasa mereka akan sangat senang melakukannya. Saya pikir mereka akan dengan senang hati meninggalkan Gaza. Apa itu Gaza?” ucapnya.

    Pernyataan ini disampaikan setelah Trump sebelumnya melontarkan gagasan yang menuai kritikan banyak pihak, yakni “membersihkan” Gaza dan mencetuskan warga Palestina di Jalur Gaza untuk direlokasi ke Mesir atau Yordania.

    Baik Kairo maupun Amman telah menolak mentah-mentah gagasan Trump tersebut. Pada Selasa (4/2) kemarin, para pemimpin Mesir dan Yordania menekankan “perlunya berkomitmen pada posisi persatuan Arab” yang akan membantu mencapai perdamaian.

    Hamas Kecam Keras Trump

    Foto: Donald Trump (Getty Images via AFP/CHIP SOMODEVILLA)

    Kelompok Hamas mengecam keras pernyataan Donald Trump yang mengklaim warga Palestina akan “dengan senang hati” meninggalkan Gaza karena mereka tidak memiliki alternatif lainnya. Hamas menyebut pernyataan semacam itu sebagai “resep untuk menciptakan kekacauan” di Timur Tengah.

    “Kami menganggapnya sebagai resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di kawasan. Rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana ini terwujud,” tegas pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, dalam pernyataan seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (5/2).

    “Apa yang diperlukan adalah diakhirinya pendudukan dan agresi terhadap rakyat kami, bukan pengusiran mereka dari tanah mereka,” ujar Zuhri menegaskan.

    Kritikan terhadap Trump juga disampaikan seorang pejabat senior Hamas lainnya, Izzat al-Rishq, yang menegaskan warga Gaza tidak akan menerima skema apa pun yang bertujuan mengusir mereka dari tanah mereka sendiri.

    “Rakyat kami di Gaza telah menggagalkan rencana pengungsian dan deportasi akibat pengeboman selama lebih dari 15 bulan,” kata al-Rishq dalam pernyataannya.

    “Mereka berakar pada tanah mereka dan tidak akan menerima skema apa pun yang bertujuan untuk mengusir mereka dari Tanah Air mereka,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/taa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bisa-bisanya Trump Klaim Warga Palestina Akan Senang Dipindah dari Gaza

    Gempar Trump Usulkan Ambil Alih Gaza, Politisi AS: Dia Kehilangan Akal! Gempar Trump Usulkan Ambil Alih Gaza, Politisi AS: Dia Kehilangan Akal!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan pernyataan mengejutkan tentang usulan untuk “mengambil alih” dan “memiliki” Gaza. Sejumlah politisi AS mengecam keras pernyataan Trump tersebut.

    Senator Chris Murphy dari Partai Demokrat dengan tegas menolak pernyataan Trump, menyebutnya berbahaya.

    “Dia benar-benar kehilangan akal,” tulisnya di media sosial X, dilansir kantor berita AFP, Rabu (5/2/2025).

    “Invasi AS ke Gaza akan menyebabkan pembantaian ribuan tentara AS dan perang selama puluhan tahun di Timur Tengah. Itu seperti lelucon yang buruk dan sakit,” imbuhnya.

    Anggota DPR dari Partai Demokrat Jake Auchincloss juga mengkritik usulan tersebut sebagai tindakan yang sembrono dan bermotif politik.

    “Usulan tersebut sembrono dan tidak masuk akal,” katanya kepada NewsNation. Dia memperingatkan bahwa hal itu dapat membahayakan fase kedua gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

    Dia juga mempertanyakan motivasi Trump, yang menunjukkan adanya kepentingan finansial pribadi akan masa depan Gaza.

    “Seperti biasa, ketika Trump mengusulkan suatu kebijakan, ada hubungan nepotisme dan kepentingan pribadi,” cetusnya.

    Mengacu pada Trump dan menantunya Jared Kushner, dia menambahkan: “Mereka ingin mengubah ini menjadi resor.”

    Sebelumnya, Trump menyampaikan usulannya bahwa AS akan mengambil alih jalur Gaza. Trump juga menegaskan kembali seruannya bagi warga Palestina untuk pindah dari wilayah yang dilanda perang itu ke negara-negara Timur Tengah seperti Mesir dan Yordania, meskipun Palestina dan kedua negara itu dengan tegas menolak usulannya.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami juga akan melakukan pekerjaan di sana. Kami akan menguasainya,” kata Trump dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berkunjung ke AS, dilansir AFP, Rabu (5/2/2025).

    Netanyahu pun memuji Trump sebagai “sahabat terbaik yang pernah dimiliki Israel.”

    Ia mengatakan rencana presiden AS tersebut untuk Gaza dapat “mengubah sejarah” dan layak “diperhatikan.”

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • ‘Palestina Tidak Dijual’, Warga AS Berdemo Serbu Gedung Putih saat Netanyahu Berkunjung – Halaman all

    ‘Palestina Tidak Dijual’, Warga AS Berdemo Serbu Gedung Putih saat Netanyahu Berkunjung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ratusan pengunjuk rasa berdemonstrasi di depan Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), Selasa (4/2/2025) malam.

    Mereka menolak rencana Presiden AS Donald Trump mengambil alih Jalur Gaza dan menjadikan wilayah itu “milik AS”.

    Aksi demonstrasi itu bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke Gedung Putih untuk bertemu Trump.

    Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan “merdeka Palestina” dan “Palestina tidak dijual”. Di samping itu, mereka meminta AS untuk berhenti mengirim senjata ke Israel.

    Michael Schritzer, seorang pengunjuk rasa, mengatakan warga AS menolak uang pajak mereka digunakan untuk membunuh rakyat Palestina.

    Dia juga mengecam rencana Trump untuk mengambil alih Gaza dan memindahkan warga Palestina dari sana. Menurutnya, rencana itu adalah rencana “gila”.

    “Rakyat Palestina tak akan pergi ke mana-mana. Mereka orang pribumi di negeri itu,” katanya kepada Al Jazeera.

    “Berkata bahwa kalian akan akan mengusir masyarakat adalah suatu mentalitas penjajah.”

    Sebelumnya, Trump mengklaim warga Palestina akan meninggalkan Gaza dengan senang hati jika diberi kesempatan.

    Klaim itu menuai kecaman dari negara-negara Arab dan kelompok HAM. Para pengkritik menyebut rencana Trump itu sebagai tindakan pembersihan etnis.

    DONALD TRUMP – Tangkapan layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025) menunjukkan Presiden AS menggelar konferensi pers dengan PM Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu (5/2/2025) (White House)

    Sofia Ahmad, seorang pengunjuk rasa lainnya, bahkan mengaku kesusahan mencari kata-kata untuk menggambarkan sikap Trump itu.

    “Bahwa dia (Trump) seorang presiden adalah fakta yang menjijikkan,” kata Sofia.

    “Dia seorang fasis, psikopat, narsisis.”

    Lalu, mengenai Netanyahu, Sofia menegaskan PM Israel itu seorang penjahat yang diburu oleh Mahkamah Pidana Internasional karena dugaan kejahatan perang di Gaza.

    “Washington dipenuhi penjahat perang, tetapi yang paling buruk dari yang terburuk berada di sini, seorang yang menjadi arsitek genosida.”

    Sementara itu, Mohammad Qasim yang berasal dari Gerakan Mudah Palestina mengatakan para pengunjuk rasa marah besar karena Netanyahu diundang ke Gedung Putih.

    “Kini kami di jalanan untuk memprotes dan menjelaskan bahwa dia tidak disambut di kota kami,” kata Qasim.

    “Kami sudah melihat keteguhan dan ketangguhan dan rasa cinta kepada Gaza yang diperlihatkan warga Palestina di Gaza selama 15 hingga 16 bulan terakhir.”

    Dalam aksi unjuk rasa itu para demonstran membawa poster yang menampilkan wajah Netanyahu dan tulisan “dicari”. Mereka juga membawa bendera Palestina.

    Trump ingin AS ambil alih Gaza

    Trump sudah menyampaikan rencana AS untuk menguasai Gaza.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kita akan melakukan pekerjaan dengannya pula. Kita akan memilikinya,” kata Trump, dikutip dari The Times of Israel.

    Trump menyatakan rakyat Palestina tak punya alternatif selain meninggalkan “puing-puing besar” atau Gaza setelah Israel melancarkan serangan selama lebih dari 15 bulan.

    Menurut Trump, rakyat Palestina harus dipindahkan dari “lubang neraka” di Gaza ke negara-negara yang “berhati kemanusiaan”.

    Dia juga pernah meminta Mesir, Yordania, dan negara Arab lainnya agar bersedia menampung lebih banyak warga Gaza. Namun, permintaan itu juga ditolak.

    Sementara itu, Utusan AS untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan Palestina tak perlu terikat dengan negeri mereka saat ini demi mendapatkan hidup yang lebih baik.

    “Hidup yang lebih baik itu tentang kesempatan yang lebih baik, kondisi keuangan yang lebih baik, aspirasi yang lebih baik untuk kalian dan keluarga kalian,” kata Witkoff.

    “Hal itu tidak bisa terjadi karena kalian mendirikan tenda di Gaza dan kalian dikelilingi oleh 30.000 amunisi yang bisa meledak kapan pun.”

    Witkoff mengklaim Gaza saat ini tak bisa ditinggali dan bahkan tak bisa ditinggal hingga 10 atau 15 tahun mendatang.

    Adapun Trump sudah mengaku akan berupaya membersihkan semua bom di Gaza.

    “Kita akan bertanggung jawab menyingkirkan semua bom berbahaya yang tidak meledak dan senjata lain di tempat itu, menyingkirkan bangunan-bangunan hancur, meratakannya, menciptakan perkembangan ekonomi yang akan menyediakan jumlah pekerjaan dan perumahan yang tak terbatas bagi masyarakat di sana,” kata Trump.

    “Kita harus melakukan sesuatu yang berbeda. Kalian tak bisa kembali. Jika kalian kembali, akan berakhir seperti yang sudah terjadi selama 100 tahun.”

    Trump menyebut “masyarakat dunia” akan menjadi penduduk yang tinggal di Gaza setelah daerah itu selesai dibangun kembali oleh AS. Menurut Trump, warga Palestina juga bisa menjadi salah satunya.

    (*)

  • MUI Kecam Upaya Donald Trump Ambil Alih Gaza, Pemerintah Indonesia Diminta Bela Palestina  – Halaman all

    MUI Kecam Upaya Donald Trump Ambil Alih Gaza, Pemerintah Indonesia Diminta Bela Palestina  – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, mengecam upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengambil alih wilayah Gaza, Palestina. 

    Hal tersebut diungkapkan oleh Sudarnoto menyusul pertemuan antara Trump dengan Perdana Menteri Israel Ben yakin Netanyahu. 

    “Dia mencoba meyakinkan banyak pihak untuk menerima ide AS mengambil alih Gaza kemudian membangun dan menciptakan ribuan pekerjaan,” ujar Sudarnoto melalui keterangan tertulis, Rabu (5/2/2025).

    “Benyamin Netanyahu tentu menyambut baik ide Trump ini karena dia melihat peluang Israel untuk menguasai Palestina terbuka kembali,” tambahnya. 

    Selain itu, Sudarnoto menyoroti gagasan Trump merelokasi warga Gaza secara permanen di wilayah lain agar tidak lagi terbunuh dan dihancurkan. 

    Sudarnoto mengatakan Trump juga sudah meminta Yordania, Mesir dan negara-negara Arab lain untuk menerima warga Palestina dari Gaza. 

    “Ini adalah rencana jahat yang harus ditolak oleh kita semua. Menurut saya, kepemimpinan Amerika dan Israel benar-benar tidak jujur terkait dengan gencatan senjata yang sudah disepakati,” ucapnya. 

    Menurut Sudarnoto,  kewaspadaan dan pengawasan haruslah dilakukan secara lebih terukur oleh masyarakat internasional. 

    Alasan Donald Trump

    Diberitakan sebelumnya, Donald Trump mengatakan AS akan mengambil alih Jalur Gaza, sementara orang-orang Palestina yang tinggal di sana harus pergi.

    Trump  bahkan ingin menjadikan Gaza sebagai “Riviera Timur Tengah” dan menolak untuk mengesampingkan pengiriman pasukan AS untuk mewujudkannya.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami akan melakukan pekerjaan dengan itu juga,”  kata  Trump dalam sebuah konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Selasa (4/2/2025).

    “Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut, meratakan lokasi tersebut dan menyingkirkan bangunan-bangunan yang hancur,” kata Trump dikutip dari The Guardian.

    Trump juga bersedia mengirim pasukan AS untuk mengisi kekosongan keamanan di Gaza.

     

  • Menteri Kontroversial Israel Bersumpah ‘Kubur’ Gagasan Negara Palestina    
        Menteri Kontroversial Israel Bersumpah ‘Kubur’ Gagasan Negara Palestina

    Menteri Kontroversial Israel Bersumpah ‘Kubur’ Gagasan Negara Palestina Menteri Kontroversial Israel Bersumpah ‘Kubur’ Gagasan Negara Palestina

    Tel Aviv

    Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Smotrich bersumpah akan “mengubur secara definitif” gagasan pembentukan negara Palestina, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan gagasan untuk mengambil alih dan menguasai Jalur Gaza.

    Smotrich, seperti dilansir AFP, Rabu (5/2/2025), menyebut gagasan Trump itu sebagai “jawaban sebenarnya” terhadap serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang Gaza.

    “Rencana yang disampaikan kemarin (Selasa — 4/2) oleh Presiden Trump adalah jawaban sebenarnya terhadap 7 Oktober,” sebut Smotrich dalam pernyataannya via akun Telegram miliknya.

    “Kami sekarang akan berupaya mengubur secara definitif… gagasan berbahaya tentang negara Palestina,” cetusnya.

    Belum ada tanggapan Otoritas Palestina atas pernyataan tersebut.

    Smotrich, yang memimpin Partai Religius Zionisme yang beraliran ultranasionalis dan merupakan bagian dari pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu ini, gemar menuai kontroversi dengan komentar-komentarnya dalam beberapa bulan terakhir.

    Pada Agustus lalu, dia memicu kemarahan internasional dengan mengatakan bahwa dibenarkan untuk membuat dua juta warga Gaza kelaparan, demi membebaskan sandera-sandera Israel yang ditahan di daerah kantong Palestina tersebut.

    Dia menolak keras kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang dikecamnya sebagai “kesalahan yang sangat serius” dan sama saja “menyerah kepada Hamas”.

    Trump Akan Ambil Alih Gaza, Cetuskan Relokasi Permanen Warganya

    Trump kembali menuai kontroversi ketika secara mengejutkan mencetuskan bahwa AS akan menguasai Jalur Gaza dan mengembangkannya secara ekonomi. Gagasan ini disampaikan Trump dalam konferensi pers bersama Netanyahu yang sedang berkunjung ke Gedung Putih.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan terhadapnya. Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk menjinakkan semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut,” cetus Trump.

    “Meratakan area tersebut, dan membersihkan semua bangunan yang hancur. Meratakannya, menciptakan pembangunan ekonomi,” imbuhnya.

    “Jika diperlukan, kami akan melakukan itu, kami akan mengambil alih area itu, kami akan mengembangkannya, menciptakan ribuan lapangan kerja, dan hal ini akan menjadi sesuatu yang sangat dibanggakan oleh seluruh Timur Tengah,” sebut Trump.

    “Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang dan saya melihat hal itu membawa stabilitas besar di kawasan Timur Tengah,” kata Trump, yang menyebut dirinya telah membahas hal ini dengan para pemimpin regional dan mereka mendukung gagasan itu.

    Saat ditanya siapa yang akan tinggal di sana nantinya, Trump mengatakan tempat itu bisa menjadi rumah bagi “warga dunia”. Trump tidak menjelaskan lebih lanjut soal mekanisme dan dasar hukum apa yang akan digunakan AS dalam mengambil alih Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Palestina: Pemimpin Dunia Harus Hormati Keinginan Warga Tetap di Gaza    
        Palestina: Pemimpin Dunia Harus Hormati Keinginan Warga Tetap di Gaza

    Palestina: Pemimpin Dunia Harus Hormati Keinginan Warga Tetap di Gaza Palestina: Pemimpin Dunia Harus Hormati Keinginan Warga Tetap di Gaza

    New York

    Utusan Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Riyad Mansour, mengatakan bahwa para pemimpin dan komunitas dunia seharusnya menghormati keinginan warga Palestina untuk tetap tinggal di Jalur Gaza.

    Pernyataan Mansour itu, seperti dilansir AFP, Rabu (5/2/2025), disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan keyakinannya bahwa penduduk Gaza harus dimukimkan kembali atau direlokasi ke tempat lainnya “secara permanen”.

    Namun Mansour tidak menyebut nama Trump secara langsung dalam pernyataannya.

    “Tanah air kami adalah tanah air kami, jika sebagian hancur, Jalur Gaza, rakyat Palestina telah memilih pilihan untuk kembali ke sana,” ucap Mansour dalam pernyataannya.

    “Dan saya pikir para pemimpin dan masyarakat harus menghormati keinginan rakyat Palestina,” tegasnya.

    Trump bertemu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat. Dalam konferensi pers usai pertemuan tersebut, Trump mengatakan dirinya meyakini warga Palestina harus meninggalkan Gaza setelah serangan Israel menghancurkan sebagian besar wilayah itu.

    Sementara dalam pernyataan kepada wartawan sebelum pertemuan dengan Netanyahu, Trump mengatakan dirinya menginginkan solusi yang menyediakan “daerah yang indah untuk memukimkan kembali orang-orang secara permanen di rumah-rumah yang bagus di mana mereka bisa bahagia”.

    Di forum PBB, Mansour tidak menyebut nama Trump, namun tampaknya dia menolak gagasan Presiden AS tersebut.

    “Negara kami dan rumah kami adalah Jalur Gaza, itu bagian dari Palestina,” ucapnya menegaskan.

    “Kami tidak memiliki rumah. Bagi mereka yang ingin mengirimkan mereka ke tempat yang bahagia dan menyenangkan, biarkan mereka kembali ke rumah asli mereka di dalam Israel, ada tempat-tempat yang bagus di sana, dan mereka akan dengan senang hati kembali ke tempat-tempat ini,” ujar Mansour.

    PBB melaporkan bahwa lebih dari 1.9 juta orang — sekitar 90 persen dari total populasi Gaza — terpaksa mengungsi akibat rentetan serangan Israel sejak perang dimulai pada Oktober 2023 lalu. Perang antara Israel dan Hamas meratakan sebagian besar bangunan di Gaza, termasuk sekolah, rumah sakit dan infrastruktur sipil.

    Sejak gencatan senjata terbaru diberlakukan pada 19 Januari lalu, warga Gaza yang mengungsi itu berbondong-bondong kembali ke rumah-rumah mereka, meskipun sudah hancur.

    “Dalam dua hari, dalam waktu beberapa jam, sebanyak 400.000 warga Palestina berjalan kaki kembali ke bagian utara Jalur Gaza. Saya pikir kita harus menghormati pilihan dan keinginan rakyat Palestina, dan rakyat Palestina pada akhir akan mengambil keputusan, tekad mereka,” ucap Mansour.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Siapa Penguasa Gaza Pascaperang? Hamas Butuh Bantuan, PA Cari Celah, Arab-Israel Menentukan – Halaman all

    Siapa Penguasa Gaza Pascaperang? Hamas Butuh Bantuan, PA Cari Celah, Arab-Israel Menentukan – Halaman all

    Siapa Penguasa Gaza Pascaperang? Hamas Tak Bisa Sendirian, PA Cari Celah, Israel Minta Beking AS

    TRIBUNNEWS.COM – Selama hampir 16 bulan perang di Gaza, banyak politisi dan analis memperdebatkan proposal yang muncul soal siapa yang akan memerintah Jalur Gaza pasca-Perang.

    Ulasan dari media Amerika Serikat (AS), The New York Times, Senin (3/2/2025) lantas menghadirkan empat analisis model pemerintahan Gaza pasca-perang tersebut.

    Meski begitu, ulasan tersebut menyatakan, kalau “Belum ada arah yang jelas siapa yang akan memerintah Gaza selama pertempuran terus berlanjut.”

    Pada fase saat ini, Gaza berada dalam situasi gencatan senjata yang rapuh antara Hamas dan Israel.

    Melalui tahap pertama gancatan senjata secara ringkih berhias berbagai insiden dalam putaran demi putaran pertukaran tahanan sandera dan tahanan,  Israel dan Hamas bersiap untuk negosiasi guna memperpanjang gencatan senjata.

    “Sementara itu terjadi, ada empat model mencuat untuk masa depan Gaza yang mulai terbentuk,” tulis ulasan tersebut dikutip, Rabu (5/2/2025).

    Secara garis besar, ulasan tersebut menggambarkan empat model yang dimaksud adalah:

    Pemerintahan Gaza yang dikendalikan Hamas
    Pemerintahan Gaza yang diduduki Israel
    Pemerintahan Gaza yang dikelola pihak Internasional
    Pemerintahan Gaza diserahkan ke Otoritas Palestina (PA)

    Membahas model pertama, ulasan tersebut Hamas, yang melemah tetapi tidak menyerah dan secara de facto tetap ada, masih menguasai sebagian besar wilayah dan berusaha untuk mempertahankan otoritas tersebut. 

    Adapun soal model kedua, berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Israel memang diharuskan menarik diri secara bertahap dari Gaza, tetapi pasukannya masih menduduki bagian-bagian penting wilayah tersebut. 

    Terlebih, para pemimpin sayap kanan Israel ingin pasukan mereka memperluas kendali tersebut, bahkan jika itu berarti memulai kembali perang.

    Untuk model ketiga analisis pemerintahan Gaza pasca-perang, ulasan tersebut menyatakan kendali oleh kontraktor keamanan asing bisa jadi opsi model lain pemerintahan di Gaza nantinya.

    “Atas undangan Israel, mereka menjalankan pos pemeriksaan di jalan raya penting di Gaza utara, memeriksa kendaraan untuk mencari senjata. Beberapa pejabat Israel mengatakan bahwa aktivitas tersebut dapat berkembang menjadi pengelolaan internasional di wilayah yang jauh lebih luas, yang melibatkan negara-negara Arab, bukan kontraktor swasta,” kata ulasan tersebut.

    Ulasan juga menyertakan model pemerintahan Gaza yang dikelola oleh PA.

    “Di wilayah selatan, perwakilan Otoritas Palestina mulai bekerja di perbatasan dengan Mesir selama akhir pekan, bekerja sama dengan pejabat keamanan Eropa.  Otoritas tersebut, yang kehilangan kendali atas Gaza ke tangan Hamas pada tahun 2007, berharap bahwa pada waktunya nanti, mereka dapat meniru upaya tersebut di seluruh wilayah,” kata ulasan tersebut.

    Ulasan itu menjelaskan, ntuk saat ini, memang belum jelas pola mana yang akan muncul sebagai model yang dominan.

    Namun, seperti apa Gaza di masa depan kemungkinan besar akan sangat bergantung pada Presiden Trump, yang akan membahas masa depan Gaza di Washington dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Israel, Selasa kemarin. 

    Hal penting lainnya, kata tulisan itu, “Faktor Arab Saudi dapat mengubah keadaan jika untuk pertama kalinya setuju menjalin hubungan formal dengan Israel — sebagai imbalan atas struktur pemerintahan tertentu di Gaza.”

    Berikut ini adalah apa saja yang termasuk dalam model tersebut dan seberapa besar kemungkinan model tersebut akan berhasil.

    PANGLIMA HAMAS GUGUR – Foto yang diambil dari Press TV tanggal 1 Februari 2025 memperlihatkan anggota Brigade Al Qassam berdiri di atas panggung sambil membawa foto para panglima Hamas yang gugur. Wakil Kepala Politbiro Hamas Khalil Al Hayya mengklaim pembebasan seluruh tanah Palestina dari Israel kini sudah dekat. (Press TV)

    Hamas Berkuasa, Tak Bisa Sendirian

    Saat membebaskan sandera dalam beberapa minggu terakhir, Hamas berusaha menunjukkan kalau mereka tetap menjadi kekuatan Palestina yang dominan di lapangan.

    Ratusan militan Hamas bertopeng berkumpul di setiap titik pembebasan, menunjukkan kalau kelompok tersebut, meskipun babak belur karena perang selama 16 bulan, masih berkuasa.

    Pejabat keamanan Hamas juga muncul kembali untuk menegakkan ketertiban di seluruh wilayah, menghentikan dan memeriksa kendaraan, serta mencoba menjinakkan persenjataan yang belum meledak.

    Pejabat kota juga mulai memindahkan puing-puing.

    Bagi sebagian besar orang Israel, kehadiran Hamas dalam jangka panjang tidak mengenakkan dan mimpi buruk menakutkan atas status pendudukan mereka. 

    Sebagian entitas Israel mungkin menerimanya jika Hamas setuju untuk membebaskan semua sandera yang tersisa di Gaza.

    Namun bagi yang lain, khususnya di sayap kanan Israel, ingin melanjutkan perang, bahkan jika harus mengorbankan nyawa beberapa tawanan, untuk memaksa Hamas keluar.

    Atas variabel-variabel itu, Hamas diasumsikan tidak bisa sendirian berkuasa di Gaza.

    “Jika Hamas tetap berkuasa, akan sulit bagi kelompok tersebut untuk membangun kembali Gaza tanpa dukungan asing,” tulis ulasan itu. 

    Karena banyak donor asing kemungkinan besar akan berhati-hati dalam membantu kecuali Hamas mengundurkan diri, ada kemungkinan kelompok itu akan dengan sukarela menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin Palestina alternatif, alih-alih terus memimpin tanah terlantar yang tidak dapat diatur. 

    “Dalam pembicaraan yang dimediasi oleh Mesir, utusan Hamas mengatakan mereka dapat menyerahkan tanggung jawab administratif kepada komite teknokrat Palestina, tetapi tidak mungkin kelompok itu akan dengan sukarela membubarkan sayap bersenjatanya bahkan jika mereka berhenti menjalankan urusan sipil Gaza,” kata analisis tersebut.

    AGRESI MILITER – Tentara Israel melalukan agresi militer di Jalur Gaza. Selama 15 bulan agresi Israel belum bisa memberangus Hamas. (Tangkap Layar/IDF)

    Pendudukan Israel

    Ketika gencatan senjata dimulai bulan lalu, Israel mempertahankan kendali atas zona penyangga di sepanjang perbatasan Gaza yang lebarnya beberapa ratus meter.

    Untuk mengakhiri perang dan mengamankan pembebasan semua sandera di Gaza, Israel pada akhirnya perlu mengevakuasi wilayah ini.

    Tetapi itu tidak terpikirkan oleh anggota penting koalisi Netanyahu, yang berarti bahwa ia dapat memperpanjang pendudukan Israel, atau bahkan memperluasnya, untuk menghindari keruntuhan pemerintahannya.

    “Namun, untuk melakukan itu, Netanyahu mungkin memerlukan dukungan dari pemerintahan Trump, yang telah mengisyaratkan bahwa mereka ingin memperpanjang gencatan senjata untuk memungkinkan pembebasan setiap sandera,” tulis laporan itu. 

    Kembali berperang juga akan menggagalkan peluang jangka pendek untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Arab Saudi — sebuah pencapaian internasional besar yang telah lama didambakan oleh Netanyahu.

    Pasukan Internasional

    Ketika pasukan Israel mundur minggu lalu dari sebagian besar Koridor Netzarim, wilayah strategis yang menghubungkan Gaza utara dan selatan, mereka mengizinkan sekelompok kontraktor keamanan asing untuk mengisi kekosongan tersebut.

    Dipimpin oleh penjaga keamanan Mesir, para kontraktor tersebut memeriksa lalu lintas ke utara untuk mencari senjata, dengan harapan dapat memperlambat upaya Hamas untuk mempersenjatai kembali militannya di Gaza utara.

    Dua perusahaan AS terlibat dalam proses tersebut, tetapi tidak jelas peran apa yang mereka mainkan di lapangan.

    Untuk saat ini, proses tersebut merupakan uji coba skala kecil yang tidak melibatkan keterlibatan resmi negara-negara Arab selain Mesir dan Qatar, dua negara yang menjadi penengah antara Israel dan Hamas.

    Namun, beberapa pejabat Israel mengatakan bahwa hal itu dapat diperluas — baik dari segi geografi maupun tanggung jawab — untuk mencakup peran administratif di wilayah yang lebih luas, yang didukung secara publik dan finansial oleh negara-negara Arab terkemuka seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

    Keduanya kemungkinan tidak akan mencari peran formal tanpa restu dari Otoritas Palestina (PA).

    Otoritas tersebut, yang dipaksa Hamas dari Gaza pada tahun 2007, masih menjalankan sebagian wilayah Tepi Barat dan dianggap sebagai satu-satunya alternatif serius Palestina bagi Hamas.

    “Namun, para pemimpin Israel melihat otoritas tersebut korup dan tidak kompeten dan telah menolak gagasan untuk memberinya peran utama di Gaza, setidaknya untuk saat ini. Kaum kanan Israel juga menentang pemberdayaan otoritas tersebut, agar tidak muncul sebagai negara yang kredibel,” kata laporan tersebut.

    Personel keamanan Otoritas Palestina di Jenin, Samaria utara, Tepi Barat yang diduduki Israel pada 16 Desember 2024. (Foto oleh Nasser Ishtayeh/Flash90.)

    Otoritas Palestina Cari Celah

    Meskipun begitu, perwakilan otoritas Palestina  diam-diam mulai bekerja di bagian lain Gaza selama akhir pekan, yang menunjukkan bahwa sebagian dari pimpinan Israel mungkin dalam praktiknya lebih fleksibel tentang keterlibatan otoritas tersebut.

    Israel mengizinkan pejabat dari Uni Eropa dan Otoritas Palestina untuk memulai kembali operasi di perlintasan Rafah — sebuah pos pemeriksaan di perbatasan antara Gaza dan Mesir. Perlintasan tersebut telah ditutup sejak Israel menginvasi wilayah Rafah Mei lalu.

    Secara terbuka, pemerintah Israel mengecilkan keterlibatan otoritas tersebut di pos pemeriksaan, sebagian untuk menghindari kemarahan anggota koalisi Netanyahu.

    “Namun, operasi di Rafah telah memicu spekulasi bahwa Netanyahu, di bawah tekanan dari Trump dan para pemimpin Arab di Teluk, mungkin dengan berat hati menoleransi peran yang lebih luas bagi otoritas tersebut, mungkin dalam kemitraan dengan pasukan penjaga perdamaian atau kontraktor asing,” kata ulasan tersebut.

     

    (oln/TNYP/*)

  • Hamas Buka Suara Trump Sebut AS Bakal Caplok Jalur Gaza

    Hamas Buka Suara Trump Sebut AS Bakal Caplok Jalur Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok Palestina Hamas mengecam pernyataan mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal Jalur Gaza, Selasa malam. Hal ini terkait pengambilalihan Jalur Gaza oleh AS dan pemindahan warga Palestina ke negara lain.

    Trump sebelumnya membuat pengumuman tersebut selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, yang ia undang di Gedung Putih untuk berunding. Meski tidak merinci bagaimana ia akan memindahkan lebih dari dua juta warga Palestina atau mengendalikan Gaza, Trump mengatakan akan Gaza menjadi “luar biasa” dengan menyingkirkan bom dan puing-puing serta membangun kembali ekonominya.

    Hamas, yang menguasai wilayah tersebut sejak 2007 menegakkan penolakannya pada proposal Trump. Hamas bahkan men-capnya sebagai ide “rasis” yang bertujuan untuk “melenyapkan” perjuangan Palestina.

    “Sikap rasis Amerika sejalan dengan posisi ekstrem kanan Israel dalam menggusur rakyat kami dan melenyapkan tujuan kami,” kata juru bicara Hamas Abdel Latif al-Qanou dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP, Rabu (5/2/2025).

    Trump sendiri mengatakan di bawah kendali AS, Gaza akan menjadi “Riviera Timur Tengah”. Ia berujar “kepemilikan jangka panjang” oleh AS, akan menjadikannya Gaza sesuatu yang “sangat luar biasa”.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami juga akan bekerja di sana. Kami akan memilikinya,” kata Trump.

    Trump juga mengatakan akan berkunjung ke Gaza. Namun, ia mengisyaratkan bahwa pembangunan kembali itu tak akan dinikmati warga Palestina.

    “Gaza tidak boleh melalui proses pembangunan kembali dan pendudukan oleh orang-orang yang sama yang telah… tinggal di sana dan meninggal di sana dan menjalani kehidupan yang menyedihkan di sana,” katanya.

    Ini bukan pertama kalinya mantan taipan properti tersebut berbicara tentang wilayah Palestina, di mana ia mengaitkannya dengan bisnis real estat. Di Oktober lalu, ia mengatakan bahwa wilayah itu bisa “lebih baik daripada Monako”.

    (sef/sef)

  • Tolak Gaza Dikuasai AS, Utusan Palestina: Tanah Air Kami Tetaplah Tanah Air Kami – Halaman all

    Tolak Gaza Dikuasai AS, Utusan Palestina: Tanah Air Kami Tetaplah Tanah Air Kami – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Utusan Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Riyad Mansour menolak rencana Amerika Serikat (AS) untuk mengambil alih Jalur Gaza.

    Rencana itu disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump hari Selasa, (4/2/2025), di tengah kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di AS.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kita akan melakukan pekerjaan dengannya pula. Kita akan memilikinya,” kata Trump dikutip dari The Times of Israel.

    Mansour menyebut jutaan warga Gaza tak akan rela tanah airnya dikuasai oleh AS.

    “Tanah air kami tetaplah tanah air kami,” ujar Mansour.

    “Dan saya pikir para pemimpin dan masyarakat harus menghormati keinginan rakyat Palestina.”

    Seperti Mansour, Hamas menolak mentah-mentah gagasan Trump itu.

    “Kami menolak pernyataan Trump yang menyebutkan bahwa rakyat Gaza tak punya pilihan kecuali pergi, dan kami menganggap pernyataan Trump itu sebagai resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di Gaza,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Sebelumnya, Trump menyatakan rakyat Palestina tak punya alternatif selain meninggalkan “puing-puing besar” atau Gaza setelah Israel melancarkan serangan selama lebih dari 15 bulan.

    DONALD TRUMP – Tangkapan layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025), memperlihatkan Presiden AS Donald Trump sedang menunjukkan perintah eksekutif di Ruang Oval, Gedung Putih, yang telah ia tandatangani pada Selasa (4/2/2025). (Tangkapan layar YouTube White House)

    Menurut Trump, rakyat Palestina harus dipindahkan dari “lubang neraka” di Gaza ke negara-negara yang “berhati kemanusiaan”.

    Dia juga pernah meminta Mesir, Yordania, dan negara Arab lainnya agar bersedia menampung lebih banyak warga Gaza. Namun, permintaan itu juga ditolak.

    Sementara itu, Utusan AS untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan Palestina tak perlu terikat dengan negeri mereka saat ini demi mendapatkan hidup yang lebih baik.

    “Hidup yang lebih baik itu tentang kesempatan yang lebih baik, kondisi keuangan yang lebih baik, aspirasi yang lebih baik untuk kalian dan keluarga kalian,” kata Witkoff.

    “Hal itu tidak bisa terjadi karena kalian mendirikan tenda di Gaza dan kalian dikelilingi oleh 30.000 amunisi yang bisa meledak kapan pun.”

    Witkoff mengklaim Gaza saat ini tak bisa ditinggali dan bahkan tak bisa ditinggal hingga 10 atau 15 tahun mendatang.

    Adapun Trump sudah mengaku akan berupaya membersihkan semua bom di Gaza.

    “Kita akan bertanggung jawab menyingkirkan semua bom berbahaya yang tidak meledak dan senjata lain di tempat itu, menyingkirkan bangunan-bangunan hancur, meratakannya, menciptakan perkembangan ekonomi yang akan menyediakan jumlah pekerjaan dan perumahan yang tak terbatas bagi masyarakat di sana,” kata Trump.

    “Kita harus melakukan sesuatu yang berbeda. Kalian tak bisa kembali. Jika kalian kembali, akan berakhir seperti yang sudah terjadi selama 100 tahun.”

    Trump menyebut “masyarakat dunia” akan menjadi penduduk yang tinggal di Gaza setelah daerah itu selesai dibangun kembali oleh AS. Menurut Trump, warga Palestina juga bisa menjadi salah satunya.

    Dia mengatakan Gaza punya potensi untuk menjadi kawasan Riviera versi Timur Tengah. “Gaza bisa menjadi sesuatu yang sangat hebat.

    Pada bulan Oktober 2024 Trump juga menyebut Gaza nantinya bisa “lebih baik daripada Monako”.

    Ketika ditanya apakah pasukan AS akan dikirim ke Gaza, dia mengatakan hal itu mungkin saja terjadi.

    “Sepanjang menyangkut Gaza, kita akan melakukannya jika diperlukan. Jika itu dibutuhkan, kita akan melakukannya.”

    Sebelumnya, AS di bawah Presiden Joe Biden pernah mengirimkan pasukan ke pantai Gaza. Pasukan itu bertugas membangun pelabuhan darurat untuk keperluan penyaluran bantuan.

    (*)