Tag: Benjamin Netanyahu

  • Kanselir Jerman Sebut Rencana Trump Soal Ambil Alih Gaza sebagai ‘Skandal’

    Kanselir Jerman Sebut Rencana Trump Soal Ambil Alih Gaza sebagai ‘Skandal’

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan ide kontroversial untuk mengambil alih dan memiliki Jalur Gaza. Kanselir Jerman, Olaf Scholz menyebut rencana Trump tersebut sebagai ‘skandal’.

    Diketahui rencana Trump yang menyatakan AS harus mengambil alih Jalur Gaza memicu kemarahan dunia. Trump juga berencana untuk merelokasi penduduk Gaza dan mengubahnya menjadi ‘Riviera Timur Tengah’.

    Dilansir AFP, Senin (10/2/2025), Scholz, berbicara dalam debat TV pra-pemilu, menyebut rencana itu sebagai “skandal” dan mengatakan “relokasi penduduk tidak dapat diterima dan melanggar hukum internasional”.

    Sementara saingannya dalam pemilihan konservatif, Friedrich Merz mengatakan “Saya sependapat dengan penilaian ini”.

    Namun Merz menambahkan bahwa pernyataan Trump adalah “bagian dari serangkaian proposal yang datang dari pemerintah Amerika”. Menurut Merz, publik harus melihat apa sebenarnya maksud pernyataan Trump tersebut.

    “Kita harus menunggu dan melihat apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan serius dan bagaimana hal itu akan dilaksanakan. Mungkin ada banyak retorika yang terlibat,” tutur Merz.

    Trump soal Ambil Alih Jalur Gaza

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan ide kontroversial untuk mengambil alih dan memiliki jalur Gaza. Usulan itu ditentang keras dunia.

    Dirangkum detikcom, Minggu (9/2/2025), ide tersebut disampaikan Trump dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih. Secara mengejutkan, Trump menyatakan bahwa AS akan menguasai Jalur Gaza dan mengembangkannya secara ekonomi, setelah merelokasi warga Palestina di sana ke tempat-tempat lainnya.

    Trump mencetuskan “kepemilikan jangka panjang” oleh AS atas Jalur Gaza. Dia sesumbar menyebut AS akan meratakan Jalur Gaza dan membersihkan semua bangunan yang hancur di sana untuk menciptakan pembangunan ekonomi dan menciptakan ribuan lapangan kerja.

    Dia mengklaim hal itu akan “sangat dibanggakan” dan membawa stabilitas besar di kawasan Timur Tengah.

    Dalam pernyataan terbarunya, Trump menyebut Israel akan menyerahkan Jalur Gaza kepada AS setelah perang melawan Hamas berakhir.

    “Jalur Gaza akan diserahkan kepada Amerika Serikat oleh Israel pada akhir pertempuran,” cetus Trump dalam pernyataan terbarunya via media sosial Truth Social, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (7/2/2025).

    Trump, dalam pernyataannya, juga menegaskan bahwa tentara AS tidak akan diperlukan di Jalur Gaza. Penegasan ini mengklarifikasi pernyataan sebelumnya ketika dia menolak untuk mengesampingkan pengerahan pasukan militer AS ke Jalur Gaza.

    Dunia bereaksi keras atas ide kontroversial Trump. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, menolak tegas rencana Trump dan menegaskan Palestina tidak akan melepaskan tanah, hak dan situs-situs suci mereka.

    Lihat juga Video: Ide Trump Relokasi Warga Gaza Ditolak Sana-sini

    (yld/dnu)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • VIDEO Israel dan Arab Saudi Memanas, Netanyahu Diejek agar Warganya Dipindahkan ke Alaska – Halaman all

    VIDEO Israel dan Arab Saudi Memanas, Netanyahu Diejek agar Warganya Dipindahkan ke Alaska – Halaman all

    Usulan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu agar mendirikan negara Palestina di tanah Arab Saudi mendapat kritikan keras.

    Tayang: Senin, 10 Februari 2025 08:39 WIB

    TRIBUNNEWS.COM – Usulan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, agar mendirikan negara Palestina di tanah Arab Saudi mendapat kritikan keras.

    Membalas pernyataan Netanyahu, seorang pejabat Arab Saudi meminta agar warga Israel dipindahkan ke Alaska.

    Hal ini disampaikan oleh seorang anggota Dewan Syura Arab Saudi paling berpengaruh, Yousef bin Trad Al-Saadoun.

    Ia mengejek dengan mengusulkan agar Presiden AS, Donald Trump memindahkan warga Israel ke Alaska.

     

    (*)

    Berita selengkapnya simak video di atas.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Pulang dari AS, Netanyahu: Trump akan Wujudkan Rencana Ambil Alih Jalur Gaza – Halaman all

    Pulang dari AS, Netanyahu: Trump akan Wujudkan Rencana Ambil Alih Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali memuji usulan sekutunya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, untuk merebut Jalur Gaza dan menggusur penduduknya.

    Ia menyebut usulan tersebut “revolusioner” setelah ia pulang ke Israel dari kunjungannya ke Washington pekan lalu.

    “Kami sepakat untuk memastikan Jalur Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel… Presiden Trump telah muncul dengan visi yang sama sekali berbeda dan jauh lebih baik bagi Israel, sebuah pendekatan yang revolusioner dan kreatif,” kata Netanyahu dalam pertemuan kabinet Israel, Minggu (9/2/2025).

    “Donald Trump bertekad untuk melaksanakan rencananya,” tambahnya.

    Netanyahu juga menekankan kunjungan tersebut menghasilkan prestasi yang luar biasa.

    “Kunjungan ini dan diskusi yang kita adakan menghasilkan pencapaian yang luar biasa yang dapat menjamin keamanan Israel selama beberapa generasi,” katanya.

    Dalam rapat tersebut, Netanyahu juga membahas laporan yang mengatakan pasukan Israel menembaki beberapa warga Palestina yang mendekati pagar perbatasan Jalur Gaza.

    “Tidak seorang pun akan mendekati batas pagar perbatasan dan tidak seorang pun akan melanggarnya. Ini adalah bagian dari perjanjian dan kami akan melaksanakannya dengan tegas,” katanya.

    Netanyahu: Usulan Trump Bukan Tentang Pengusiran Warga Gaza

    Sementara itu, dalam wawancara dengan Fox News yang dirilis pada Minggu, Netanyahu mengatakan rencana Donald Trump bukan tentang evakuasi paksa atau pembersihan etnis terhadap penduduk Jalur Gaza.

    “Semua orang menggambarkan Gaza sebagai penjara terbuka terbesar di dunia karena orang-orang tidak diizinkan meninggalkannya… Jumlah mereka meningkat, kepadatan penduduk meningkat, penderitaan mereka meningkat, dan mereka berulang kali berada di bawah kendali militan,” kata Netanyahu.

    “Mengapa kalian memenjarakan mereka? Yang dikatakan Presiden Trump hanyalah, ‘Saya ingin membuka gerbang dan memberi mereka pilihan untuk pindah sementara, sementara kami membangun kembali tempat itu dan menyingkirkan militan.’” lanjutnya, merujuk pada Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur Gaza.

    Dalam wawancara itu, Netanyahu menegaskan Donald Trump tidak ingin mengirim tentara AS ke Jalur Gaza untuk menyingkirkan Hamas, melainkan menggunakan tentara Israel.

    “Trump tidak pernah mengatakan bahwa ia ingin pasukan Amerika melakukan tugas itu, tetapi kami akan melakukannya. Hamas menyerang kami. Kami akan menghadapi mereka,” jelas Netanyahu.

    Ia juga membantah pendanaan untuk rencana yang diusulkan Donald Trump akan berasal dari uang pembayar pajak Amerika.

    “Trump telah mengatakan bahwa ia akan mendapatkan pendanaan independen, dan saya yakin ia akan melakukannya,” klaimnya.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS sedang mempertimbangkan untuk merebut Jalur Gaza dan memindahkan penduduknya ke tempat lain yang lebih aman, termasuk Yordania dan Mesir.

    Kedua negara tersebut menentang usulan Donald Trump untuk menggusur warga Palestina, sebuah usulan yang telah diucapkan lebih dari satu kali dan selama bertahun-tahun.

    Perdana Menteri Israel kembali untuk menegaskan bahwa usulan Presiden AS itu bagus dan merupakan ide baru yang belum pernah diajukan sebelumnya.

    Sementara itu, banyak negara mengecam pernyataan Donald Trump dan menentang usulan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Ejek Usulan Netanyahu, Pejabat Arab Saudi Sebut Israel Bisa Ditempatkan di Alaska dan Greenland

    Ejek Usulan Netanyahu, Pejabat Arab Saudi Sebut Israel Bisa Ditempatkan di Alaska dan Greenland

    PIKIRAN RAKYAT – Seorang anggota Dewan Syura Saudi yang berpengaruh, Yousef bin Trad Al-Saadoun, mengejek usulan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendirikan negara Palestina di Arab Saudi.

    Ia malah mengusulkan agar Presiden AS Donald Trump menempatkan warga Israel di Alaska dan kemudian di Greenland setelah mencaploknya.

    Dalam surat kabar Saudi Okaz, Al-Saadoun mengkritik pendekatan Trump terhadap kebijakan Timur Tengah, dengan menyatakan bahwa keputusan yang gegabah berasal dari mengabaikan saran ahli dan mengabaikan dialog.

    Ia memperingatkan bahwa Zionis dan sekutu mereka akan gagal memanipulasi kepemimpinan Saudi melalui tekanan media dan manuver politik.

    Tak Jatuh dalam Tekanan

    Menyindir pemerintahan Trump, Al-Saadoun mengatakan bahwa kebijakan luar negeri resmi Amerika Serikat akan mengupayakan pendudukan ilegal atas tanah kedaulatan dan pembersihan etnis penduduknya, yang merupakan pendekatan Israel dan dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

    “Siapa pun yang mengikuti jejak kemunculan dan kelanjutan Israel jelas menyadari bahwa rencana ini tentu saja dirumuskan dan disetujui oleh entitas Zionis, dan diserahkan kepada sekutu mereka untuk dibaca dari podium Gedung Putih,” katanya.

    “Kaum Zionis dan para pendukungnya harus menyadari betul bahwa mereka tidak akan mampu memikat para pemimpin dan pemerintah Saudi ke dalam perangkap manuver media dan tekanan politik palsu,” tulisnya.

    Dewan Syura Saudi adalah majelis konsultatif yang memberi nasihat kepada raja tentang masalah legislatif dan kebijakan tetapi tidak memiliki kewenangan legislatif. Para anggotanya ditunjuk oleh raja dan membahas undang-undang, rencana ekonomi, dan kebijakan sosial.

    Seruan Israel untuk Negara Palestina di Arab Saudi

    Pada hari Kamis, Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Channel 14 Israel bahwa Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi karena mereka memiliki banyak tanah di sana.

    Pernyataan itu muncul setelah Riyadh menegaskan kembali bahwa mereka hanya akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika ada jalur yang jelas menuju negara Palestina.

    Para pejabat Palestina dan Mesir telah mengecam saran Netanyahu untuk mendirikan negara Palestina di Arab Saudi, menyebutnya sebagai serangan terhadap kedaulatan Kerajaan.

    Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam usulan tersebut sebagai rasis dan antiperdamaian, dan menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan stabilitas Arab Saudi.

    Hussein Al-Sheikh, sekretaris jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan pernyataan Netanyahu mengabaikan hukum dan konvensi internasional, dan menekankan bahwa negara Palestina hanya akan berdiri di tanah Palestina.

    Mesir juga mengecam komentar tersebut sebagai tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diterima, dan Kementerian Luar Negerinya menyatakan bahwa pernyataan Netanyahu melanggar kedaulatan Saudi dan melanggar hukum internasional serta Piagam PBB.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Erdogan: Tak Seorang Pun Memiliki Kekuatan Usir Warga Palestina dari Gaza

    Erdogan: Tak Seorang Pun Memiliki Kekuatan Usir Warga Palestina dari Gaza

    Istanbul

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa tidak seorang pun memiliki kekuatan untuk mengusir warga Gaza dari tanah air mereka yang hancur karena perang. DIa menolak rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dan membiarkan AS mengambil alih kendali.

    “Tidak seorang pun memiliki kekuatan untuk mengusir orang-orang Gaza dari tanah air abadi mereka yang telah ada selama ribuan tahun,” katanya dalam konferensi pers larut malam di bandara Istanbul sebelum terbang ke Malaysia, seperti dilansir AFP, Senin (10/2/2025).

    “Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur adalah milik Palestina.”

    Usulan Trump untuk mengusir lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di Gaza dan membangunnya kembali memicu reaksi global yang telah membuat marah dunia Arab dan Muslim.

    Presiden AS mengumumkan usulannya pada hari Selasa dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang memuji usulan tersebut sebagai “ide bagus pertama yang pernah saya dengar” tentang apa yang harus dilakukan dengan wilayah kecil yang dilanda perang tersebut.

    Namun Erdogan tampaknya menolaknya karena dianggap tidak berharga.

    “Usulan tentang Gaza yang diajukan oleh pemerintahan baru AS di bawah tekanan dari pimpinan Zionis tidak ada yang layak dibahas dari sudut pandang kami,” katanya.

    Dalam sebuah wawancara dengan televisi Palestina pada hari Minggu sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengesampingkan gagasan untuk memaksa keluar warga Palestina dari Gaza.

    “Pengusiran warga Palestina tidak dapat diterima,” katanya kepada stasiun tersebut dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor berita negara Turki Anadolu, yang menggambarkan usulan Trump sebagai sesuatu yang tidak masuk akal secara historis.

    Pengusaha miliarder tersebut mengatakan bahwa ia akan membuat wilayah yang dilanda perang tersebut “tidak dapat dipercaya” dengan menyingkirkan bom dan puing-puing yang tidak meledak dan membangunnya kembali secara ekonomi.

    Namun, ia belum mengatakan bagaimana ia membayangkan akan memindahkan penduduknya.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami akan melakukan pekerjaan di sana juga. Kami akan menguasainya,” kata Trump.

    (aik/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kecaman Bertubi ke Netanyahu Buntut Seruan Negara Palestina di Saudi

    Kecaman Bertubi ke Netanyahu Buntut Seruan Negara Palestina di Saudi

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bicara agar warga Palestina mendirikan negara di wilayah Arab Saudi. Pernyataan Netanyahu itu memicu kecaman dari negara-negara Arab dan Palestina.

    Dirangkum detikcom seperti dilansir Aljazeera, Anadolu, dan Reuters, Minggu (9/2/2025), negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, Organisasi Kerjasama Islam (OKI), hingga Palestina mengecam usulan Netanyahu tersebut. Pernyataan Netanyahu itu merupakan penolakan terbarunya terhadap hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

    “Saudi dapat mendirikan negara Palestina di Arab Saudi, mereka memiliki banyak tanah di sana,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Channel 14 Israel seperti dikutip dari Middle East Eye.

    Pernyataan itu muncul ketika Arab Saudi dan Israel tampaknya semakin jauh dari normalisasi hubungan, lebih dari setahun setelah pejabat di AS mengatakan kesepakatan sudah dekat.

    Arab Saudi berulang kali mengatakan selama tahun lalu bahwa hanya jalur yang jelas menuju negara Palestina yang akan membawanya untuk membangun hubungan formal dengan Israel, tetapi Netanyahu menolak gagasan itu secara langsung dan menyebutnya sebagai “ancaman keamanan bagi Israel,”.

    “Terutama bukan negara Palestina,” kata Netanyahu.

    “Setelah 7 Oktober? Tahukah Anda apa itu? Ada negara Palestina, yang disebut Gaza. Gaza, yang dipimpin oleh Hamas, adalah negara Palestina dan lihat apa yang kita dapatkan,” tambahnya.

    Wawancara itu berlangsung saat Netanyahu sedang dalam kunjungan resmi ke Amerika Serikat. Hal ini menyusul konferensi pers bersama dengan Donald Trump, di mana presiden AS mengumumkan rencananya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza guna menjadikan daerah kantong Palestina itu sebagai “Riviera Mediterania”, dengan AS mengambil alih wilayah tersebut.

    Normalisasi dengan Arab Saudi dibahas antara kedua pemimpin dan, selain penolakan kerasnya terhadap syarat utama Saudi untuk mendirikan negara Palestina, Netanyahu menegaskan bahwa perdamaian antara Israel dan kerajaan itu adalah kenyataan yang akan datang.

    “Itu tidak hanya layak, saya pikir itu akan terjadi,” kata Netanyahu.

    Saudi Tolak Usul Netanyahu

    Foto: AFP/OZAN KOSE

    Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menolak pernyataan yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian dari kejahatan berkelanjutan yang dilakukan pendudukan Israel terhadap saudara-saudara Palestina di Gaza, termasuk pembersihan etnis yang mereka alami.

    “Kerajaan menegaskan bahwa rakyat Palestina memiliki hak atas tanah mereka, dan mereka bukanlah penyusup atau imigran yang dapat diusir kapan pun pendudukan brutal Israel menginginkannya,” katanya.

    Adapun kecaman terhadap Netanyahu datang dari negara-negara Dewan Kerja Sama Negara Teluk Arab (Gulf Cooperation Council). GCC menilai pernyataan Netanyahu tidak bertanggung jawab.

    “Pernyataan yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab ini menegaskan pendekatan pasukan pendudukan Israel dalam ketidakhormatan mereka terhadap hukum dan perjanjian internasional dan PBB serta kedaulatan negara,” kata Sekretaris Jenderal Jasem Mohamed Albudaiwi dalam keterangannya, dilansir Aljazeera, Minggu (9/2/2025).

    Albudaiwi menegaskan bahwa posisi Kerajaan dan negara-negara GCC, tegas dan kuat untuk mendukung rakyat Palestina dalam memperoleh hak-hak mereka yang sah. Dia memandang perlunya mencapai solusi dua negara dan mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kotanya.

    Palestina Kecam Usul Netanyahu

    Ilustrasi Bendera Palestina (Foto: iStock)

    Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut usulan Netanyahu itu “rasis dan anti-perdamaian”. Kemlu Palestina juga mengatakan rencana Netanyahu itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Arab Saudi.

    “Pelanggaran terhadap kedaulatan dan stabilitas Arab Saudi,” ujar Kemlu Palestina dalam pernyataannya.

    Pernyataan tersebut menyuarakan dukungan penuh dan solidaritas dengan Arab Saudi terhadap hasutan Israel dan mendesak masyarakat internasional untuk mengutuk pernyataan Netanyahu.

    Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hussein Al-Sheikh, mengatakan pernyataan Israel tersebut menargetkan kedaulatan Saudi. Al-Sheikh juga mengutuk pernyataan Netanyahu sebagai “pelanggaran hukum internasional dan konvensi internasional,”.

    “Negara Palestina hanya akan berdiri di atas tanah Palestina,” imbuhnya di akun X miliknya.

    Dia juga memuji sikap Saudi, “yang selalu menyerukan penerapan legitimasi dan hukum internasional serta berkomitmen pada solusi dua negara sebagai dasar keamanan, stabilitas, dan perdamaian di kawasan tersebut,”.

    Negara-negara Arab Kecam Usul Netanyahu

    Foto: Getty Images/iStockphoto/Joel Carillet

    Beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menolak pernyataan Netanyahu tersebut. Mesir dan Yordania sama-sama mengecam usulan Israel tersebut.

    Mesir mengecam pernyataan Netanyahu dengan menyebutnya “tidak bertanggungjawab dan sepenuhnya ditolak”. Mesir dalam pernyataan yang disampaikan Kementerian Luar Negerinya menolak pernyataan Netanyahu tersebut karena mengancam keamanan dan kedaulatan Arab Saudi.

    “Sepenuhnya menolak pernyataan sembrono yang mengancam keamanan dan kedaulatan kerajaan,” ujar pernyataan Kemlu Mesir.

    “Stabilitas dan keamanan nasional Arab Saudi merupakan bagian integral dari keamanan dan stabilitas Mesir dan negara-negara Arab, suatu hal yang tidak dapat dikompromikan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Selain Mesir, UEA dan Sudan menganggap pernyataan Israel itu melanggar hukum internasional dan piagam PBB. Mesir dan UEA juga menganggap kedaulatan Saudi sebagai ‘garis merah’.

    Menteri Luar Negeri UEA, Khalifa bin Shaheen Al-Marar, menegaskan dalam pernyataannya untuk kembali menolak usulan tersebut. Sebab hal itu merupakan pelanggaran atas hak rakyat Palestina.

    “Penolakan tegas UEA terhadap pelanggaran hak-hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina dan segala upaya untuk menggusur mereka,” ujar Al-Marar.

    Al-Marar merujuk pada “posisi UEA yang bersejarah dan teguh mengenai perlindungan hak-hak Palestina dan perlunya menemukan cakrawala politik yang serius yang mengarah pada penyelesaian konflik dan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.”

    Ia menambahkan dengan tegas bahwa “tidak akan ada stabilitas di kawasan ini tanpa solusi dua negara.”

    Kementerian Luar Negeri Sudan juga mengutuk pernyataan Netanyahu itu sebagai pernyataan yang tidak bertanggungjawab. Sudan menyebut pernyataan itu seraya mencatat bahwa pernyataan tersebut “mewakili eskalasi oleh Israel dalam melanggar hak-hak rakyat Palestina.”

    Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga mengatakan bahwa “pernyataan rasis ini merupakan bagian dari penolakan Israel yang berkelanjutan atas pendudukannya atas hak-hak historis, politik, dan hukum rakyat Palestina di tanah air mereka.”

    Negara OKI menegaskan kembali “penolakan dan kutukannya terhadap rencana dan upaya untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka, dengan menganggap pembersihan etnis ini sebagai kejahatan, dan pelanggaran berat hukum internasional.”

    Halaman 2 dari 4

    (yld/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Timur Tengah Kecam Ide Netanyahu Pindahkan Palestina ke Saudi

    Timur Tengah Kecam Ide Netanyahu Pindahkan Palestina ke Saudi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ucapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengusir Palestina dari wilayahnya mendapat kecaman. Kritikan ini datang dari Timur Tengah, termasuk Arab Saudi yang wilayahnya dirujuk Netanyahu dalam pernyataan.

    Sebelummya, Netanyahu mengusulkan pembentukan negara Palestina di Saudi dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.

    Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menolak tegas pernyataan tersebut. Dalam keterangannya, pemerintah menyebut nama Netanyahu, namun tidak merujuk soal pembentukan negara Palestina di Saudi, dikutip dari Reuters, Minggu (9/2/2025).

    Bukan hanya Saudi, Mesir dan Yordania juga mengkritik pernyataan itu. “Gagasan tersebut adalah pelanggaran langsung pada kedaulatan Saudi,”kata pihak Kairo.

    Pernyataan Timur Tengah disambut baik oleh Arab Saudi. Pemerintah menyebut pola pikir ekstremis yang tidak paham soal wilayah Palestina bagi rakyatnya.

    “Pola pikir ekstremis kependudukan tidak paham soal arti wilayah Palestina bagi rakyat Palestina yang bersaudara dan berhubungan dengan teliti, historis dan sah,” jelas Arab Saudi.

    Tak lama setelah dilantik, presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan pihaknya ‘akan mengambil alih Gaza’. Mereka juga akan menciptakan ‘Riviera Timur Tengah’ setelah penduduk Palestina dipindahkan ke wilayah lain.

    Trump juga pernah menyatakan Arab Saudi tidak menuntut Palestina untuk syarat melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Sebaliknya, Riyadh membantah perkataan tersebut.

    (mkh/mkh)

  • Saudi Balas Ejek Trump dan Netanyahu: Pindahkan Israel ke Alaska

    Saudi Balas Ejek Trump dan Netanyahu: Pindahkan Israel ke Alaska

    Jakarta, CNBC Indonesia – Anggota Dewan Syura Arab Saudi, Yousef bin Trad Al-Saadoun membalas pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memindahkan Palestina ke negara tersebut.

    Tak mau kalah, dia mengatakan sebaiknya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi tempat bagi warga Israel pindah di Alaska. Kemudian mereka bisa menuju ke Greenland setelah ‘pengambilalihan kekuasaan’.

    Pernyataan itu dia tuliskan adalah surat kabar Saudi Okaz. Dia mengkritik pendekatan presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada Timur Tengah.

    Menurutnya, Trump telah mengambil keputusan gegabah dengan mengabaikan saran ahli dan mengabaikan dialog.

    Kebijakan Trump, disebutnya sama dengan pendekatan Israel, yakni mengupayakan pendudukan ilegal pada tanah yang berdaulat serta pembersihan etnis penduduknya.

    “Siapapun yang mengikuti jejak kemunculan dan kelanjutan Israel menyadari rencana ini dirumuskan dan disetujui entitas Zionis dan diserahkan pada sekutu agar dibaca dalam podium Gedung Putih,” ucapnya dikutip dari Middle East Eye, Minggu (9/2/2025).

    Dia juga memastikan langkah apapun yang dibuat mereka tidak akan memikat Arab Saudi. “Kaum Zionis dan penduduknya harusnya sadar tidak akan bisa memikat para pemimpin dan pemerintah Saudi pada perangkat manuver media dan tekanan politik palsu,” jelas dia.

    Sebelumnya Netanyahu menyatakan Palestina didirikan di Arab Saudi. Dalam wawancara tersebut, dia menjelaskan alasannya karena Saudi memiliki banyak tanah di sana.

    “Saudi bisa mendirikan negara Palestina di Arab Saudi, mereka memiliki banyak tanah,” jelas Netanyahu.

    (mkh/mkh)

  • Arab Saudi Sarankan Warga Israel Pindah ke Alaska – Halaman all

    Arab Saudi Sarankan Warga Israel Pindah ke Alaska – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Salah satu anggota Dewan Syura Arab Saudi yang berpengaruh, Yousef bin Trad Al-Saadoun, mengejek pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang mengusulkan pendirian negara Palestina di tanah Arab Saudi.

    Usulan Netanyahu tersebut muncul di tengah ketegangan hubungan antara Saudi dan Israel, terutama terkait isu Palestina.

    Yousef bin Trad Al-Saadoun menanggapi usulan Netanyahu dengan menyarankan agar Presiden AS, Donald Trump, memindahkan warga Israel ke Alaska atau Greenland.

    Menurutnya, keputusan itu mencerminkan pendekatan yang gegabah dan tidak mempertimbangkan saran dari para ahli.

    “Zionis dan sekutu mereka akan gagal memanipulasi kepemimpinan Saudi melalui tekanan media dan manuver politik,” ungkap Al-Saadoun, seperti dilansir oleh Middle East Eye.

    Al-Saadoun juga mengkritik kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggapnya berupaya melakukan pendudukan ilegal dan pembersihan etnis.

    Ia menegaskan bahwa kebijakan tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    “Siapa pun yang mengikuti jejak kemunculan dan kelanjutan Israel jelas menyadari bahwa rencana ini dirumuskan oleh entitas Zionis dan disetujui oleh sekutu mereka,” tegasnya.

    Sebelumnya, Netanyahu menyatakan bahwa Arab Saudi memiliki banyak tanah untuk didirikan negara Palestina.

    Namun, Riyadh menegaskan bahwa mereka hanya akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika ada jalan yang jelas menuju negara Palestina.

    Mesir dan Yordania juga mengecam pernyataan Netanyahu, dengan Mesir menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Saudi.

    Situasi di Gaza

    Dalam perkembangan lain, diskusi mengenai nasib warga Palestina di Gaza semakin mendesak setelah Trump mengusulkan untuk mengambil alih Jalur Gaza.

    Negara-negara Arab secara terbuka mengutuk komentar tersebut, terutama saat gencatan senjata sedang berlangsung.

    Di sisi lain, Hamas telah membebaskan tiga sandera Israel pada 8 Desember 2023, sementara Israel juga membebaskan puluhan warga Palestina.

    Kondisi para sandera yang lemah menjadi sorotan, dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa pemandangan tersebut sangat mengejutkan.

    “Gambar para sandera mengingatkan pada penyintas kamp konsentrasi Nazi selama Holocaust,” ungkap Forum Keluarga Sandera, menekankan pentingnya upaya untuk membebaskan semua sandera.

    Ketegangan antara Arab Saudi dan Israel terkait isu Palestina semakin meningkat, dengan pernyataan-pernyataan yang saling mengejek dari kedua belah pihak.

    Sementara itu, situasi di Gaza terus berkembang, dengan pembebasan sandera dan reaksi internasional yang semakin kompleks. (*)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Gencatan Senjata Gaza: Israel Mundur, Warga Palestina Kembali – Halaman all

    Gencatan Senjata Gaza: Israel Mundur, Warga Palestina Kembali – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel mulai menarik pasukannya dari koridor utama Gaza pada Minggu (9/2/2025).

    Penarikan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati dengan Hamas.

    Penarikan Pasukan dan Gencatan Senjata

    Penarikan pasukan Israel dari Koridor Netzarim, yang memisahkan Gaza utara dan selatan, merupakan langkah awal dalam proses gencatan senjata.

    Namun, belum ada informasi jelas mengenai jumlah pasukan yang ditarik.

    Dalam kesepakatan ini, Israel juga mulai memperbolehkan warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara.

    Gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang berlangsung selama 42 hari telah melewati titik tengah.

    Kedua belah pihak diharapkan memulai perundingan untuk memperpanjang kesepakatan ini, yang diharapkan dapat menghasilkan pembebasan lebih banyak sandera Israel.

    Namun, situasi saat ini menunjukkan bahwa kesepakatan tersebut mulai rapuh dan perpanjangan tidak dijamin.

    Delegasi Israel ke Qatar

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengirim delegasi ke Qatar untuk merundingkan perpanjangan gencatan senjata.

    Namun, misi ini melibatkan pejabat tingkat rendah, yang menimbulkan spekulasi bahwa tidak akan ada terobosan signifikan dalam perundingan tersebut.

    Netanyahu dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan menteri kabinet utama minggu ini untuk membahas tahap kedua dari kesepakatan, tetapi waktu pertemuan tersebut belum jelas.

    Pembebasan Sandera dan Tahanan

    Pada Sabtu (8/2/2025), Hamas telah menyerahkan tiga sandera Israel.

    Ketiga sandera tersebut, Ohad Ben Ami, Eli Sharabi, dan Or Levy, yang terlihat dalam kondisi lemah dan kurus saat dibawa ke podium oleh Hamas.

    Di sisi lain, Israel telah membebaskan 183 tahanan Palestina, termasuk beberapa yang terlibat dalam serangan yang menewaskan banyak orang.

    Kerumunan di Gaza menyambut kedatangan para tahanan yang dibebaskan dengan sukacita, meskipun beberapa di antara mereka mengeluhkan perlakuan buruk selama ditahan.

    Layanan medis Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa enam dari 42 tahanan yang dibebaskan di Tepi Barat dalam kondisi kesehatan buruk dan harus dirawat di rumah sakit.

    “Pendudukan telah mempermalukan kami selama lebih dari setahun,” kata seorang tahanan bernama Eyad Abu Shkaidem, menyoroti kondisi yang dialami oleh para tahanan selama konflik ini.

    Kondisi para sandera dan tahanan ini menimbulkan keprihatinan dari Presiden Israel, Isaac Herzog.

    Ia menyebut upacara pembebasan sandera sebagai “sinis dan kejam”.

    Forum Keluarga Sandera bahkan membandingkan gambar para sandera dengan para penyintas kamp konsentrasi Nazi selama Holocaust, menyerukan agar semua sandera dikeluarkan dari “neraka” yang mereka alami. (*)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).