Tag: Benjamin Netanyahu

  • Ribuan Warga Palestina Mulai Kembali ke Gaza

    Ribuan Warga Palestina Mulai Kembali ke Gaza

    GELORA.CO -Puluhan ribu warga Palestina mulai bergerak kembali ke wilayah utara Jalur Gaza pada Jumat, 10 Oktober 2025, setelah gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat mulai berlaku. 

    Kesepakatan ini menumbuhkan harapan besar akan berakhirnya perang dua tahun antara Israel dan Hamas. Dalam perjanjian itu, semua sandera yang tersisa dijadwalkan dibebaskan dalam beberapa hari mendatang.

    Namun, hingga kini masih ada pertanyaan besar soal siapa yang akan memerintah Gaza setelah pasukan Israel ditarik mundur secara bertahap, dan apakah Hamas akan bersedia melucuti senjatanya seperti yang diminta Presiden AS Donald Trump dalam rencana gencatan senjata tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sebelumnya membatalkan gencatan senjata pada Maret lalu, memperingatkan bahwa Israel bisa saja melanjutkan serangan jika Hamas menolak menyerahkan senjatanya. Ia menegaskan, Gaza harus “didemiliterisasi” agar perdamaian bisa bertahan lama.

    “Jika ini dicapai dengan cara mudah — biarlah. Jika tidak, akan dicapai dengan cara yang sulit,” kata Netanyahu pada Jumat, dikutip dari Associated Press, Sabtu 11 Oktober 2025.

    Perang yang dimulai sejak serangan Hamas ke Israel pada 2023 itu telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan membuat sekitar 90 persen dari 2 juta penduduk Gaza mengungsi berkali-kali. Banyak dari mereka kini kembali hanya untuk menemukan reruntuhan di tempat rumah mereka dulu berdiri.

    Militer Israel mengonfirmasi gencatan senjata mulai berlaku Jumat pagi. Sekitar 48 sandera yang tersisa — 20 di antaranya diyakini masih hidup — akan dibebaskan pada Senin mendatang. Sementara itu, tembakan yang sempat terdengar di beberapa wilayah Gaza mulai mereda setelah pengumuman tersebut.

    PBB mengatakan telah mendapat izin dari Israel untuk mulai mengirimkan bantuan dalam jumlah besar ke Gaza mulai Minggu. Bantuan itu mencakup sekitar 170.000 ton pasokan yang telah disiapkan di Yordania dan Mesir. Sebelumnya, PBB hanya mampu menyalurkan sekitar 20 persen dari kebutuhan bantuan akibat pembatasan militer Israel.

  • Gencatan Senjata, Israel Mulai Tarik Pasukan dari Gaza

    Gencatan Senjata, Israel Mulai Tarik Pasukan dari Gaza

    Jakarta

    Israel telah memulai penarikan pasukan secara bertahap dari Jalur Gaza pada hari Jumat (10/10), menyusul kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok Hamas.

    Badan pertahanan sipil Gaza mengonfirmasi pada hari Jumat, bahwa pasukan Israel telah mulai mundur dari beberapa wilayah di Gaza, terutama di Kota Gaza dan Khan Younis.

    “Pasukan Israel telah mundur dari beberapa wilayah di Kota Gaza,” ujar Mohammed al-Mughayyir, seorang pejabat senior di badan tersebut, dilansir kantor berita AFP, Jumat (10/10/2025).

    Ia menambahkan bahwa kendaraan-kendaraan militer Israel juga telah ditarik dari beberapa wilayah di kota Khan Younis, Gaza selatan.

    Sebelumnya, seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan pada hari Kamis (9/10) waktu setempat, bahwa gencatan senjata akan mulai berlaku dalam waktu 24 jam setelah pertemuan pemerintah.

    Setelah periode 24 jam tersebut, para sandera yang ditawan di Gaza akan dibebaskan dalam waktu 72 jam.

    Untuk diketahui, pemerintah Israel resmi meratifikasi gencatan senjata dengan Hamas pada Jumat (10/10) waktu setempat. Ratifikasi itu dilakukan dalam rapat yang digelar sekitar 24 jam setelah mediator mengumumkan adanya kesepakatan antara Israel dan Hamas. Langkah itu membuka jalan bagi penghentian pertempuran di Jalur Gaza.

    Kesepakatan itu juga mengatur soal pembebasan sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza, dengan imbalan pembebasan para tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel, dan dimulai penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza di bawah rencana perdamaian yang dicetuskan Presiden AS Donald Trump.

    “Pemerintah baru saja menyetujui kerangka kerja untuk pembebasan semua sandera — baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal,” demikian pernyataan yang dirilis akun Netanyahu via media sosial X.

    Simak Video ‘Hamas: Perang di Gaza Berakhir’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Hamas Setuju Setop Gunakan Senjata, Tapi Tolak Menyerahkannya

    Hamas Setuju Setop Gunakan Senjata, Tapi Tolak Menyerahkannya

    Kairo

    Kelompok Hamas telah setuju untuk membekukan penggunaan senjatanya, tetapi tidak menyerahkannya, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza terbaru yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).

    Hal tersebut, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (10/10/2025), diungkapkan oleh Kepala Layanan Informasi Negara Mesir, Diaa Rashwan, dalam pernyataannya. Mesir, bersama Qatar, juga menjadi mediator dalam perundingan yang berlangsung antara Hamas dan Israel.

    Rashwan, saat berbicara kepada Al Arabiya pada Rabu (8/10) malam, menjelaskan bahwa pembekuan penggunaan senjata itu merupakan bagian dari proposal gencatan senjata yang sebelumnya diajukan oleh Hamas kepada Israel, yang akan berlangsung antara 5 tahun hingga 10 tahun.

    Dia mengklarifikasi bahwa persenjataan Hamas tidak akan diserahkan kepada Israel atau entitas non-Arab mana pun.

    Perjanjian tersebut tidak secara spesifik menyebut soal siapa atau pihak mana yang akan mengawasi hal tersebut, namun merujuk pada sebuah komite independen yang dapat beranggotakan Mesir, Mesir-Arab, atau Mesir-Arab-Palestina.

    Rashwan menambahkan bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memiliki tujuan untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas selama perang berkecamuk di Jalur Gaza dalam dua tahun terakhir ini, namun gagal melakukannya.

    Dia mengatakan bahwa Netanyahu sekarang mencari “panggung teatrikal” untuk menunjukkan perlucutan senjata Hamas melalui perjanjian yang sedang berlangsung setelah dua tahun perang berkecamuk.

    Pernyataan Rashwan tersebut disampaikan setelah salah satu pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, mengatakan pada Kamis (9/10), seperti dilansir Reuters, bahwa tidak ada warga Palestina yang menerima perlucutan senjata. Hamdan menegaskan bahwa warga Palestina membutuhkan senjata dan perlawanan.

    Di tengah sambutan internasional yang luas terhadap perjanjian tersebut, yang menandai fase pertama dari rencana gencatan senjata Gaza dan pertukaran sandera-tahanan antara Israel dan Hamas, kesepakatan yang dicetuskan Presiden Donald Trump itu resmi mulai berlaku pada Kamis (9/10) waktu setempat.

    Menurut rencana perdamaian Gaza berisi 20 poin itu, akan ada proses demiliterisasi Gaza di bawah pengawasan pemantau independen, yang akan mencakup penembakan senjata secara permanen hingga tidak dapat digunakan lagi melalui proses decommissioning (proses penghentian secara permanen), dan didukung oleh program pembelian kembali dan reintegrasi yang didanai internasional, yang semuanya telah diverifikasi oleh para pemantau independen.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Rupiah Melemah Lagi Hari Ini Usai Ditutup Perkasa Kemarin, Simak Prediksinya – Page 3

    Rupiah Melemah Lagi Hari Ini Usai Ditutup Perkasa Kemarin, Simak Prediksinya – Page 3

    Lebih lanjut, Pada risalah pertemuan FOMC bulan September yang dirilis tadi malam, Federal Reserve AS (Fed) hampir dengan suara bulat memutuskan menurunkan suku bunga acuannya, pertama kalinya sejak akhir 2024, dan mengisyaratkan bahwa kemungkinan akan ada dua penurunan suku bunga lagi sampai akhir tahun ini.

    Pasar memperkirakan peluang hampir 100% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed pada bulan Oktober, menurut CME Fedwatch. Fokus hari Kamis tertuju pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk tentang rencana bank sentral terkait suku bunga.

    Selain itu faktor lainnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama rencana perdamaian Gaza yang dimediasinya, termasuk penghentian sementara pertempuran, pembebasan sandera, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap. 

    “Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia akan mengadakan pertemuan dengan pemerintah pada hari Kamis untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata yang dimaksudkan untuk mengamankan pemulangan semua sandera,” ujarnya.

  • Gencatan Senjata Israel-Hamas, Poin Apa Saja yang Disepakati?

    Gencatan Senjata Israel-Hamas, Poin Apa Saja yang Disepakati?

    Jakarta

    Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas, yang diumumkan setelah negosiasi intensif di Mesir pada Kamis (09/10) menjadi terobosan yang dapat mendekatkan kedua pihak pada perdamaian.

    Hanya saja, kendati tengah diliputi momentum positif, tidak ada jaminan bahwa perang yang telah berlangsung dua tahun di Gaza itu akan benar-benar berakhir.

    Faktor utama yang mendorong pengakhiran perang kali ini adalah keterlibatan langsung Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menekan tidak hanya Hamas, tapi juga Israel.

    Di sisi lain, tekanan ini menjadi kemenangan diplomatik yang luar biasa bagi Trump, sosok yang ingin dikenal sebagai tokoh yang mampu mengakhiri perang serta mendapatkan penghargaan atas upaya tersebut.

    Israel melancarkan peperangan ke Gaza sebagai respons serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang, kebanyakan warga sipil, dan menyandera 251 orang.

    Serangan balasan Israel menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas, mayoritas korban adalah warga sipil, termasuk lebih dari 18.000 anak-anak.

    PBB dan lembaga internasional menilai perhitungan korban oleh Kementerian Kesehatan Hamas itu sebagai jumlah yang kredibel.

    Anadolu via Getty ImagesDampak dari perang berkepanjangan di Gaza sangat menghancurkan, dengan rumah-rumah luluh lantak dan keluarga tercerai berai.

    Kesepakatan yang diumumkan hari ini merupakan fase pertama dari rencana perdamaian yang dipaparkan Trump di Gedung Putih pekan lalu bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sebelumnya dituduh menghambat beragam upaya gencatan senjata.

    Trump yang dilaporkan sempat frustrasi dan kesal terhadap Netanyahu, kali ini dinilai menggunakan pengaruh besar Amerika Serikat untuk menekan Israel agar mau terlibat dalam proses perdamaian.

    Situasi tak jauh berbeda dialami Hamas yang juga dilaporkan berada dalam tekanan tak kalah berat.

    Trump dilaporkan mengancam akan melakukan “penghancuran total”, sementara negara-negara Arab dan Muslim, seperti Mesir, Qatar, dan Turki, mendukung rencana tersebut dan terlibat aktif dalam negosiasi.

    Apa saja yang sudah disepakati?

    Sampai saat ini, rincian kesepakatan belum sepenuhnya dipublikasikan.

    Namun, garis besar yang disepakati adalah perihal pembebasan seluruh sandera yang tersisasebanyak 20 orang yang diyakini masih hidup akan dibebaskan paling cepat pada Minggu (12/10), sementara 28 orang meninggal akan dipulangkan secara bertahap.

    Sebagai gantinya, ratusan tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara Israel. Pasukan Israel juga akan ditarik dari sebagian wilayah Gaza dan bantuan kemanusiaan akan ditingkatkan.

    Dorongan menuju kesepakatan ini menguat setelah Israel gagal membunuh pejabat tinggi Hamas bulan lalu di Doha.

    Tindakan itu memicu kemarahan di kawasan, bahkan dari negara-negara sekutu penting AS. Trump pun dinilai mengambil kesempatan dari situasi tersebut.

    Trump secara terbuka sempat pula menyatakan keinginannya untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian yang akan diumumkan Jumat (10/10) ini.

    Batas waktu yang kemudian diyakini ikut mempengaruhi kelancaran negosiasi kedua pihak.

    Di media sosial, Trump dengan gaya khasnya menyebut kesepakatan ini sebagai “peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya” serta “langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, abadi, dan kekal.”

    Dengan rangkaian pembicaraan yang sudah terjadi, kesepakatan ini sejatinya masih belum menjamin perdamaian total.

    Sampai saat ini, beberapa hal masih perlu disepakati, seperti tuntutan Israel agar Hamas melucuti senjata, sejauh mana penarikan pasukan Israel dilakukan, dan siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang berakhir.

    Bagaimana komentar Trump, Netanyahu, dan Hamas?

    Tiga hari usai negosiasi tidak langsung di Mesir, Israel dan Hamas “menandatangani fase pertama dari rencana perdamaian kami,” tulis Presiden Trump di media sosialnya.

    “Artinya, semua sandera akan segera dibebaskan dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, abadi, dan kekal,” tambahnya.

    “Semua pihak akan diperlakukan dengan adil!”

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutnya “hari besar bagi Israel” dan mengatakan pemerintahannya akan bertemu pada Kamis ini untuk menyetujui perjanjian tersebut dan “membawa pulang seluruh sandera tercinta kami.”

    Israel menyatakan masih ada 48 orang warganya yang disandera di Gazasekitar 20 orang diyakini masih hidup.

    Dalam pernyataannya, Hamas mengatakan kesepakatan ini akan “mengakhiri perang di Gaza”, menjamin “penarikan penuh” pasukan Israel, membuka akses bantuan kemanusiaan, serta mencakup pertukaran sandera dengan tahanan Palestina di penjara Israel.

    Dalam pembicaraan damai ini, negosiator kedua pihak tidak berbicara langsung, melainkan dimediasi oleh utusan Trump di Timur Tengah, Steve Witkoff, menantunya Jared Kushner, serta pejabat senior dari Mesir, Qatar, dan Turki.

    Poin apa saja yang belum jelas?

    Sejauh ini, kesepakatan baru mencakup sebagian dari 20 poin rencana perdamaian yang diumumkan Trump pekan lalu.

    Sejumlah isu besar masih belum terselesaikan, terutama soal pelucutan senjata Hamas. Hamas menolak recana tersebut sebelum ada kepastian terbentuknya negara Palestina yang merdeka.

    Begitu pula soal pemerintahan Gaza. Trump menyebut Hamas tidak akan memiliki peran di Gaza dan wilayah itu akan dikelola sementara oleh “komite teknokrat Palestina yang apolitis”, sebelum nantinya diserahkan kepada Otoritas Palestina.

    Sampai saat ini, Netanyahu terlihat menolak gagasan melibatkan Otoritas Palestina tersebut.

    Faksi sayap kanan ultranasionalis dalam koalisi Netanyahu, yang menginginkan permukiman Yahudi dibangun kembali di Gaza, juga diperkirakan akan menentang poin kesepakatan ini.

    Sementara Hamas, tetap bersikeras agar mereka tetap berperan dalam pemerintahan Gaza di masa depan.

    Keluarga sandera Israel menyambut kabar ini dengan haru.

    Eli Sharabi, yang kehilangan istri dan anak-anaknya serta masih menunggu jenazah saudaranya Yossi yang ditahan Hamas, menulis: “Sukacita besar, tak sabar menunggu semuanya pulang.”

    Ibu dari sandera Nimrod Cohen menulis: “Anakku, kau akan segera pulang.”

    Sementara di Gaza, warga merayakan pengumuman tersebut di tengah malam.

    “Alhamdulillah atas gencatan senjata, atas berakhirnya pertumpahan darah dan pembunuhan,” kata Abdul Majeed Abd Rabbo dari Khan Younis kepada Reuters.

    “Saya bukan satu-satunya yang bahagia. Seluruh Gaza, seluruh dunia Arab, bahkan dunia, ikut bahagia atas berakhirnya pertumpahan darah ini.”

    Para pemimpin dunia menyerukan agar semua pihak mematuhi kesepakatan ini.

    Sekretaris Jenderal PBB Antnio Guterres mengatakan, “Penderitaan ini harus berakhir,” seraya menegaskan dukungan penuh PBB untuk implementasi kesepakatan, peningkatan bantuan kemanusiaan, dan upaya rekonstruksi Gaza.

    Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer menyebut kesepakatan ini “momen kelegaan yang mendalam” bagi para sandera, keluarga mereka, serta warga Gaza yang telah menanggung penderitaan luar biasa selama dua tahun terakhir.

    Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebutnya sebagai “langkah yang sangat dibutuhkan menuju perdamaian” dan mendesak semua pihak untuk menghormati isi kesepakatan.

    Para anggota parlemen AS menyambut dengan nada hati-hati. Senator Demokrat Chris Coons menulis di media sosial X, “Ini langkah awal, dan semua pihak harus memastikan ini mengarah pada akhir perang yang abadi.”

    Sementara Senator Republik James Risch yang juga Ketua Komite Hubungan Luar Negeri, menyebutnya “kesepakatan yang patut disambut” dan menambahkan bahwa ia menantikan rincian lengkapnya.

    (ita/ita)

  • Menteri Israel Ancam Gulingkan Netanyahu Jika Hamas Tak Dibubarkan

    Menteri Israel Ancam Gulingkan Netanyahu Jika Hamas Tak Dibubarkan

    Tel Aviv

    Menteri garis keras Israel, Itamar Ben Gvir, mengancam akan menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu jika kelompok Hamas tidak dibubarkan.

    Ancaman tersebut dilontarkan setelah jajaran menteri dalam pemerintahan Israel menyetujui rencana gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza, yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan ditandatangani dengan Hamas.

    Juru bicara pemerintah Israel sebelumnya mengatakan bahwa gencatan senjata akan mulai berlaku dalam waktu 24 jam setelah rapat pemerintah digelar. Setelah periode 24 jam tersebut, para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza akan dibebaskan oleh Hamas dalam waktu 72 jam ke depan.

    Rapat pemerintah Israel itu digelar menyusul rapat kabinet keamanan Israel yang baru saja selesai digelar.

    Ben Gvir yang menjabat Menteri Keamanan Nasional Israel, seperti dilansir Reuters, Jumat (10/10/2025), memperingatkan bahwa partainya, Jewish Power, akan berupaya menggulingkan pemerintahan Netanyahu kecuali Hamas akhirnya dibubarkan.

    “Jika pemerintahan Hamas tidak dibubarkan, atau jika mereka hanya mengatakan bahwa mereka telah dibubarkan, padahal kenyataannya mereka masih ada dengan kedok yang berbeda — Jewish Power akan membubarkan pemerintahan tersebut,” tegas Ben Gvir dalam pernyataan yang dirilis menjelang rapat kabinet keamanan Israel yang membahas persetujuan gencatan senjata Gaza.

    Pemerintah Israel secara resmi meratifikasi gencatan senjata dengan Hamas pada Jumat (10/10) waktu setempat, yang membuka jalan bagi penghentian pertempuran di Jalur Gaza.

    Ratifikasi tersebut diberikan dalam rapat kabinet Israel pada Jumat (10/10) pagi, sekitar 24 jam setelah mediator mengumumkan adanya kesepakatan antara Tel Aviv dan Hamas.

    Kesepakatan itu mengatur soal pembebasan sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza, dengan imbalan pembebasan para tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel, dan dimulai penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza di bawah rencana perdamaian yang dicetuskan Presiden AS Donald Trump.

    “Pemerintah baru saja menyetujui kerangka kerja untuk pembebasan semua sandera — baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal,” demikian pernyataan yang dirilis akun Netanyahu via media sosial X.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Kirim 200 Tentara ke Israel untuk Awasi Kesepakatan Damai

    AS Kirim 200 Tentara ke Israel untuk Awasi Kesepakatan Damai

    Anda sedang menyimak laporan Dunia Hari Ini edisi Jumat, 10 Oktober 2025.

    Kami membukanya dengan perkembangan terakhir terkait kesepakatan perdamaian di Gaza

    Pembebasan sandera dilakukan segera

    Kabinet Israel sudah menyetujui kerangka kerja pembebasan para sandera, menurut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Sementara para pemimpin Hamas menyetujui kesepakatan tersebut dalam negosiasi di Mesir, dengan mengatakan Amerika Serikat telah berjanji akan mengakhiri perang.

    Pemerintah Israel mengatakan para sandera akan dibebaskan pada hari Senin, dengan tahanan Palestina dipulangkan ke Gaza dan Tepi Barat sebagai bagian dari kesepakatan.

    Amerika Serikat juga mengirimkan satuan tugas, terdiri dari 200 tentara, termasuk dari Mesir, Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab, untuk mengawasi tahap awal rencana gencatan senjata.

    Pemerintah Israel mengatakan gencatan senjata akan berlaku 24 jam setelah persetujuan kabinet, di mana militer Israel akan menarik sebagian pasukan di Gaza.

    Tidak ada visa bagi belasan atlet Israel

    Pemerintah Indonesia tidak akan memberikan visa kepada semua atlet Israel yang akan berlaga di Artistic Gymnastics World Championship 2025.

    Ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra, yang mengatakan sikap ini sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.

    Setidaknya 12 atlet Israel hendak mengikuti kompetisi tersebut, menurut Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Imigrasi, Yuldi Yusman kepada Kompas.

    Pembatalan visa dilakukan setelah Federasi Gimnastik Indonesia (FGI) meminta imigrasi membatalkan visa orang-orang Israel.

    Warga Tasmania bersiap hadapi angin kencang

    Layanan Darurat Negara Bagian Tasmania mengingatkan warga untuk bersiap menghadapi kondisi cuaca berbahaya Sabtu besok.

    Badan Meteorologi mengatakan angin berkekuatan 125 kilometer per jam diperkirakan terjadi di pesisir utara dan barat, serta hingga 100 kilometer per am di Hobart dan Launceston.

    Badan itu juga menyebut, meskipun angin kencang ini jarang terjadi, kondisi ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Tasmania pada musim semi.

    “Ini benar-benar dapat menyebabkan kerusakan, sehingga banyak pohon tumbang, kerusakan infrastruktur, pemadaman listrik,” kata meteorolog senior Alex Melitsis.

    László Krasznahorkai dianugerahi Hadiah Nobel Sastra

    Pengumuman ini disampaikan oleh Komite Nobel Akademi Swedia, Kamis kemarin, waktu setempat.

    Hadiahnya termasuk hadiah uang tunai sebesar 11 juta kronor Swedia (A$1,7 juta).

    László adalah seorang novelis dan penulis skenario asal Hungaria yang dikenal karena menggabungkan tema-tema distopia dan melankolis ke dalam karyanya.

    Beberapa novelnya, termasuk Satantango dan The Melancholy of Resistance, sudah diadaptasi menjadi film.

    Sebelumnya, ia juga dianugerahi Penghargaan Man Booker International pada tahun 2015.

  • Pemerintah Israel Resmi Sepakati Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera Gaza

    Pemerintah Israel Resmi Sepakati Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera Gaza

    Jakarta

    Pemerintah Israel resmi menyepakati gencatan senjata dengan kelompok Hamas dan membuka jalan menghentikan perang di Gaza dalam waktu 24 jam. Kesepakatan itu juga meliputi pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

    Dikutip Reuters, Jumat (10/10/2025), kabinet Israel menyetujui kesepakatan tersebut pada Jumat pagi ini, sekitar 24 jam setelah mediator mengumumkan perjanjian yang menyerukan pembebasan sandera Israel dengan imbalan tahanan Palestina. Kesepakatan itu termasuk dimulainya penarikan pasukan Israel dari Gaza secara bertahap.

    “Pemerintah baru saja menyetujui kerangka kerja untuk pembebasan semua sandera – baik yang hidup maupun yang meninggal,” tulis akun X berbahasa Inggris milik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Perang ini telah memperdalam isolasi internasional Israel dan mengguncang Timur Tengah, setelah berkembang menjadi konflik regional yang melibatkan Iran, Yaman, dan Lebanon. Perang ini juga menguji hubungan AS-Israel, dengan Trump yang kehilangan kesabaran terhadap Netanyahu dan menekannya untuk mencapai kesepakatan.

    Baik warga Israel maupun Palestina bersukacita setelah kesepakatan diumumkan di mana perang selama dua tahun ini menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina. Kepala Hamas di Gaza yang diasingkan, Khalil Al-Hayya, mengatakan ia telah menerima jaminan dari Amerika Serikat dan mediator lainnya bahwa perang telah berakhir.

    Seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan gencatan senjata akan berlaku dalam waktu 24 jam setelah pemerintah menyetujui kesepakatan tersebut. Setelah periode 24 jam tersebut, para sandera yang ditawan di Gaza akan dibebaskan dalam waktu 72 jam.

    Dua puluh sandera Israel diyakini masih hidup di Gaza, sementara 26 orang diduga tewas, dan nasib dua orang lainnya belum diketahui. Hamas telah mengindikasikan bahwa evakuasi jenazah korban tewas mungkin membutuhkan waktu lebih lama daripada pembebasan mereka yang masih hidup.

    Setelah perjanjian ini berlaku, truk-truk pengangkut makanan dan bantuan medis akan segera memasuki Gaza untuk membantu warga sipil, yang ratusan ribu di antaranya telah berlindung di tenda-tenda setelah pasukan Israel menghancurkan rumah mereka.

    Tonton Video Hamas: Perang di Gaza Berakhir

    (idn/yld)

  • Tahap Pertama Rencana Damai Israel-Hamas Disambut Gembira

    Tahap Pertama Rencana Damai Israel-Hamas Disambut Gembira

    Jakarta

    Israel dan Hamas telah menyepakati proposal perdamaian di Gaza. Hal ini sontak disambut gembira warga Palestina.

    Kesepakatan ini awalnya disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dia menyebut kedua pihak telah melakukan tanda tangan.

    “Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani Tahap pertama Rencana Perdamaian kami,” kata Trump di jejaring sosial Truth Social miliknya dilansir AFP, Kamis (9/10/2025).

    Trump mengatakan kesepakatan tahap satu itu menandakan semua sandera akan dibebaskan. Dia juga menyebut pasukan Israel akan ditarik dari Gaza ke wilayah yang telah disepakati.

    Lalu, dilansir BBC, Kamis (9/10), berdasarkan video yang beredar di media sosial memperlihatkan warga Palestina di Gaza merayakan berita gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

    Dalam rekaman yang diunggah di Instagram oleh jurnalis Palestina Saeed Mohamed menunjukkan kerumunan besar pria dan wanita menari mengikuti musik. Mereka juga terlihat bersiul, bertepuk tangan, dan meneriakkan “Allahu Akbar” di luar rumah sakit al-Aqsa, di pusat kota Deir al-Balah.

    Netanyahu: Semua Sandera Akan Dipulangkan

    Donald Trump mengumumkan Israel dan Hamas telah menyepakati tahap pertama proposal perdamaian di Gaza. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya akan segera membawa sandera pulang ke Israel.

    “Dengan pertolongan Tuhan, kami akan membawa mereka semua pulang,” kata Netanyahu, dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya.

    Dilansir AFP dan Reuters, Kamis (9/10/2025), Netanyahu mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan pemerintahannya pada hari ini untuk menyetujui perjanjian pembebasan sandera di Gaza.

    “Besok (hari Kamis-red) saya akan mengadakan pertemuan dengan pemerintah untuk menyetujui perjanjian tersebut dan memulangkan semua sandera kami,” kata Netanyahu.

    Sementara itu, Netanyahu dan Trump telah berbicara melalui sambungan telepon terkait kesepakatan tersebut. Keduanya saling memberi selamat atas “pencapaian bersejarah”. Netanyahu juga mengundang presiden AS untuk berpidato di parlemen Israel.

    Seorang juru bicara pemerintah Israel mengatakan pembebasan sandera diperkirakan akan dimulai pada hari Sabtu.

    Israel Siap Tarik Pasukan

    Militer Israel (IDF) saat ini sedang bersiap untuk menarik sebagian pasukannya dari Gaza setelah Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata untuk membebaskan para sandera yang tersisa.

    “IDF telah memulai persiapan operasional menjelang implementasi perjanjian tersebut. Sebagai bagian dari proses ini, persiapan dan protokol tempur sedang dilakukan untuk segera beralih ke jalur penempatan yang disesuaikan,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP dan Al Arabiya, Kamis (9/10/2025).

    Trump sebelumnya menekankan dalam unggahannya di media sosial Truth Social miliknya bahwa “semua pihak akan diperlakukan secara adil.”

    “Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian,” tandas Trump.

    Kesepakatan yang dicapai setelah perundingan di Mesir tersebut menetapkan diakhirinya perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, masuknya bantuan ke Jalur Gaza, dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

    Dalam pernyataannya, dilansir Al Arabiya, Kamis (9/10/2025), Hamas mendesak Trump dan berbagai negara Arab, Islam, dan internasional untuk memaksa Israel melaksanakan kewajibannya. Hamas juga mendesak agar pemerintah Israel tidak “menghindar atau menunda implementasi dari apa yang telah disepakati.”

    Halaman 2 dari 3

    (azh/azh)

  • Resmi, Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata

    Resmi, Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata

    Bisnis.com, JAKARTA — Israel dan Hamas sepakat mengakhiri perang Gaza dengan menandatangani perjanjian gencatan senjata, pembebasan sandera, serta pertukaran tahanan, menandai terobosan terbesar dalam konflik yang terjadi selama dua tahun terakhir.

    Melansir Reuters pada Jumat (10/10/2025), dalam kesepakatan tersebut, Israel akan menghentikan pertempuran dan menarik sebagian pasukan dari Gaza, sementara Hamas akan membebaskan seluruh sandera Israel dalam waktu 72 jam setelah gencatan senjata berlaku. 

    Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan ratusan tahanan Palestina.

    Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menilai perjanjian ini dapat membuka jalan menuju perdamaian yang langgeng. Dia juga berencana menghadiri upacara penandatanganan resmi di Mesir serta menyampaikan pidato di Knesset, parlemen Israel.

    Selain itu, armada truk bantuan kemanusiaan yang membawa makanan dan obat-obatan akan diizinkan masuk ke Gaza untuk membantu ratusan ribu warga sipil yang kehilangan tempat tinggal akibat serangan Israel.

    Jika terlaksana penuh, kesepakatan ini akan membawa kedua belah pihak lebih dekat daripada upaya sebelumnya untuk menghentikan perang yang telah berkembang menjadi konflik regional, melibatkan Iran, Yaman, dan Lebanon, serta memperburuk isolasi diplomatik Israel.

    Masyarakat Israel maupun Palestina menyambut gembira pengumuman kesepakatan tersebut. Perang selama dua tahun terakhir telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina serta menyandera puluhan orang Israel sejak serangan awal Hamas pada 2023.

    Khalil Al-Hayya, pemimpin Hamas di pengasingan, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima jaminan dari AS dan mediator lain bahwa perang akan benar-benar berakhir. Pemerintah Israel dijadwalkan meratifikasi perjanjian ini sebelum gencatan senjata resmi berlaku.

    Meski disambut positif, sejumlah hambatan masih mengintai. Daftar nama tahanan Palestina yang akan dibebaskan belum difinalisasi. Hamas mendesak pembebasan sejumlah tokoh penting yang masih ditahan Israel.

    Lebih jauh, poin-poin lain dalam rencana perdamaian 20 butir Trump, termasuk soal siapa yang akan memerintah Gaza pascaperang dan masa depan Hamas, belum dibahas.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut kesepakatan ini sebagai sukses diplomatik serta kemenangan nasional dan moral. Namun, penolakan muncul dari mitra koalisi sayap kanan. 

    Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengancam akan menjatuhkan pemerintahan jika Hamas tidak dibubarkan. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich pun menegaskan Hamas harus dihancurkan setelah pembebasan sandera.

    Sementara itu, serangan Israel ke Gaza masih berlanjut meski dengan intensitas lebih rendah. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan tiga warga Palestina tewas pada Kamis dan sembilan orang sehari sebelumnya, jauh lebih sedikit dibandingkan puluhan korban harian dalam beberapa pekan terakhir.

    Saksi mata menyebut tentara Israel mulai menunjukkan tanda-tanda persiapan penarikan. Di sekitar kamp Nusseirat, pasukan Israel menghancurkan pos yang sudah ditinggalkan dan menurunkan peralatan pengawasan. 

    Di koridor Netzarim, tentara menembakkan granat asap, biasanya digunakan untuk melindungi pergerakan pasukan yang mundur.

    Hingga kini, masih ada 20 sandera Israel diyakini hidup di Gaza, 26 lainnya diduga tewas, sementara nasib dua orang belum diketahui. Hamas menyebut pemulangan jenazah korban bisa memakan waktu lebih lama dibanding pembebasan sandera yang masih hidup.

    Kesepakatan ini didukung oleh sejumlah negara Arab dan Barat, serta dipandang sebagai pencapaian diplomatik besar bagi Trump menjelang pemilu. Negara-negara Barat dan Arab bahkan segera menggelar pertemuan di Paris untuk membahas pasukan penjaga perdamaian internasional serta bantuan rekonstruksi Gaza pascaperang.

    Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang di Israel dan menyandera 251 orang, serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina serta menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.