Tag: Benjamin Netanyahu

  • Benjamin Netanyahu ‘Tumbalkan’ 59 Warga Israel demi Serang Gaza Lagi, Ada 300 Korban Jiwa

    Benjamin Netanyahu ‘Tumbalkan’ 59 Warga Israel demi Serang Gaza Lagi, Ada 300 Korban Jiwa

    PIKIRAN RAKYAT – Kantor Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu menyerang Jalur Gaza lagi, mengkhianati kesepakatan gencatan senjata. Ia menyebutkan, membawa pulang warga mereka yang ditahan Hamas, merupakan alasan utama keputusan ini.

    Keterangan tersebut dilaporkan Al Jazeera dari Amman, Yordania, sebab ada larangan media masuk oleh Israel dan Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

    Netanyahu bersikeras perang ini satu-satunya cara menyelamatkan puluhan sandera. Namun, dengan menyulut kembali perang, Israel justru sama saja menarik diri dari negosiasi fase kedua, dari kesepakatan gencatan senjata.

    Seharusnya, pada akhir fase ini, perang berakhir dan kesemua 59 tahanan Israel yang masih ditahan di Gaza dapat terbebas.

    Bahkan, para tawanan besar kemungkinan dibebaskan beberapa minggu lalu melalui perundingan. Namun, Israel memilih untuk memulai kembali serangan bom bertubi di Gaza.

    Negosiasi tersebut seharusnya sudah dilakukan beberapa pekan ke belakang, bahkan lebih dari sebulan lalu.

    Namun, Netanyahu sebagian besar menolak untuk mengirim delegasi ke ibu kota Mesir atau ibu kota Qatar untuk bertemu dengan para mediator guna membahas langkah selanjutnya dari kesepakatan ini.

    Namun, setelah tekanan dari Amerika Serikat, yang diikuti dengan kunjungan utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff, ke wilayah tersebut, Netanyahu akhirnya memutuskan untuk mengirim delegasi Israel.

    Meski begitu, pejabat yang berbicara secara anonim mengatakan bahwa terlalu besar ketidaksepahaman antara kedua pihak. Ada begitu banyak ketidaksepakatan antara Israel dan Hamas sehingga para mediator tidak dapat dengan mudah menjembatani.

    Hamas di sisi lain mengatakan bahwa mereka bersedia, sekali lagi, menawarkan semua tahanan mereka yang masih ada sebagai imbalan untuk mengakhiri perang.

    300 Sipil Palestina Tewas Dibom

    Serangan udara Israel Penjajah terbaru di Gaza menyebabkan lebih dari 300 korban tewas, termasuk banyak anak-anak dan perempuan.

    Menurut laporan dari sumber medis setempat, serangan ini kembali menambah panjang daftar korban jiwa dalam genosida yang terus berlangsung di wilayah tersebut.

    Dalam pernyataan resmi, Hamas menyebut serangan ini sebagai tindakan pengkhianatan terhadap warga sipil yang sudah dalam keadaan terkepung dan tak berdaya.

    Tujuan dari serangan ini, menurut mereka, adalah untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang telah tercapai sebelumnya.

    Izzat al-Risheq, anggota biro politik Hamas, mengatakan bahwa Israel mengorbankan nyawa para tahanan yang masih ada di Palestina.

    “Keputusan Netanyahu untuk kembali berperang adalah keputusan untuk mengorbankan para tahanan pendudukan, dan merupakan hukuman mati bagi mereka,” kata al-Risheq, dikutip dari Al Jazeera, Senin, 18 Maret 2025.

    “Musuh tidak akan mencapai suatu hasil menggunakan perang dan penghancuran, yang bahkan mereka gagal capai melalui negosiasi,” ucapnya menegaskan.

    Kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sejak Januari 19, 2025, tampaknya tidak bertahan lama, dengan kedua pihak saling menyalahkan.

    kata Smotrich dan Ben-Gvir Soal Serangan Berat ke Gaza

    Kedua politikus Israel menyambut baik serangan baru ke Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan ratusan orang, termasuk banyak anak-anak.

    “Kembalinya serangan intensif ke Gaza adalah proses bertahap yang telah direncanakan sejak kepala staf militer Israel yang baru dilantik awal bulan ini,” ucap Menteri Keuangan sayap kanan, Bezalel Smotrich.

    Dia menambahkan bahwa kembalinya pertempuran akan “sangat berbeda” dari sebelumnya.

    Sementara itu, politikus sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri keamanan nasional atas kesepakatan gencatan senjata, berpendapat bahwa kembali berperang adalah langkah yang “benar dan dibenarkan”. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Dilaporkan Bakal Lakukan Pembersihan Etnis Massal di Tepi Barat Palestina

    Israel Dilaporkan Bakal Lakukan Pembersihan Etnis Massal di Tepi Barat Palestina

    PIKIRAN RAKYAT – Israel tampaknya benar-benar akan merealisasikan rencananya jangka panjangnya untuk mengambil alih tanah Palestina. Seorang pakar PBB mengatakan bahwa warga Palestina menghadapi ancaman nyata pembersihan etnis massal.

    Dilaporkan bahwa pembersihan etnis yang dilakukan Israel ini meliputi tindakan yang merupakan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan bahkan genosida.

    Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia di wilayah Palestina yang diduduki, Francesca Albanese mengatakan Tepi Barat, Palestina menghadapi situasi sulit imbas serangan Israel.

    Serangan yang dilakukan Israel kali ini dinilai lebih buruk sejak Intifada Kedua pada 2000 lalu. Saat ini Israel melakukan serangan udara, penghancuran rumah dan infrastruktur penting, termasuk lahan pertanian.

    “Sejarah menunjukkan bahwa strategi Israel untuk membangun ‘Israel Raya’ yang bebas dari kehadiran Palestina bergantung pada pemindahan paksa dan penindasan terhadap rakyat Palestina,” katanya dilaporkan WAFA.

    Lebih lanjut, dia mengatakan Israel bertujuan untuk membersihkan etnis dan menghapus orang Palestina sebagai suatu bangsa.

    Masyarakat internasional didesak untuk memenuhi kewajibannya dalam melindungi warga Palestina dari pemusnahan. Menurutnya, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan Pendapat Penasehat Mahkamah Internasional.

    Pendapat ini menyatakan pendudukan yang dilakukan Israel selama puluhan tahun di wilayah Palestina sebagai tindakan yang melanggar hukum. 

    “Palestina adalah luka yang dalam, menegaskan bahwa apa yang terjadi pada orang Palestina adalah tragedi yang dapat diduga, noda dalam sejarah Israel yang menjadi tanggung jawab kolektif masyarakat internasional,” tuturnya.

    Dia menegaskan dunia belum terlambat untuk melindungi para warga Palestina dan bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

    Sementara itu, situasi di Gaza juga semakin pelik dengan tindakan Israel yang terus melakukan pelanggaran dalam gencatan senjata. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya akan meningkatkan serangan. Dia memerintahkan militer untuk mengambil ‘tindakan tegas’ terhadap Hamas.

    “Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan kekuatan militer yang semakin meningkat,” kata Kantor Perdana Menteri dalam sebuah pernyataan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • 300 Sipil Palestina Tewas Dibom Israel Penjajah

    300 Sipil Palestina Tewas Dibom Israel Penjajah

    PIKIRAN RAKYAT – Serangan udara Israel Penjajah terbaru di Gaza menyebabkan lebih dari 300 korban tewas, termasuk banyak anak-anak dan perempuan.

    Menurut laporan dari sumber medis setempat, serangan ini kembali menambah panjang daftar korban jiwa dalam genosida yang terus berlangsung di wilayah tersebut.

    Dalam pernyataan resmi, Hamas menyebut serangan ini sebagai tindakan pengkhianatan terhadap warga sipil yang sudah dalam keadaan terkepung dan tak berdaya.

    Tujuan dari serangan ini, menurut mereka, adalah untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang telah tercapai sebelumnya.

    Izzat al-Risheq, anggota biro politik Hamas, mengatakan bahwa Israel mengorbankan nyawa para tahanan yang masih ada di Palestina.

    “Keputusan Netanyahu untuk kembali berperang adalah keputusan untuk mengorbankan para tahanan pendudukan, dan merupakan hukuman mati bagi mereka,” kata al-Risheq, dikutip dari Al Jazeera, Senin, 18 Maret 2025.

    “Musuh tidak akan mencapai suatu hasil menggunakan perang dan penghancuran, yang bahkan mereka gagal capai melalui negosiasi,” ucapnya menegaskan.

    Kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sejak Januari 19, 2025, tampaknya tidak bertahan lama, dengan kedua pihak saling menyalahkan.

    Jihad Islam Palestina mengkritik keras langkah Israel yang mereka anggap sebagai upaya untuk merusak kesepakatan. Padahal, timbul sedikit harapan bagi warga Gaza yang terjebak dalam ketegangan genosida.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjelaskan bahwa serangan ini merupakan langkah yang diambil karena tidak ada kemajuan dalam negosiasi untuk memperpanjang gencatan senjata.

    Seiring dengan meningkatnya jumlah korban, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 48.000 warga Palestina telah meninggal sejak awal konflik ini, dengan lebih dari 112.000 lainnya mengalami luka-luka.

    Angka ini terus meningkat seiring berjalannya waktu, dengan laporan terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza yang menyebutkan bahwa lebih dari 61.700 orang telah tewas, termasuk mereka yang masih hilang di bawah puing-puing bangunan yang runtuh akibat serangan udara.

    PBB Soal Blokade Israel 

    Israel terus melakukan blokade di perbatasan-perbatasan Jalur Gaza. Ulah Israel ini menyebabkan terputusnya akses bantuan yang seharusnya didapatkan warga di Jalur Gaza.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali menyalakan peringatan soal memburuknya situasi di Jalur Gaza. Penyeberangan kargo yang membawa bantuan tak bisa melintas.

    “Rekan-rekan kemanusiaan kami di lapangan memperingatkan bahwa penutupan terus-menerus penyeberangan Gaza untuk masuknya kargo berdampak serius pada kemampuan PBB dan mitranya untuk menyediakan dukungan penting bagi orang-orang yang membutuhkan,” kata juru bicara Stephane Dujarric dalam konferensi pers.

    Hal yang dikhawatirkan dari blokade perbatasan Gaza ini adalah akan membuat situasi di wilayah tersebut semakin memburuk.

    “Semakin lama penghentian bantuan ke Jalur Gaza berlanjut, semakin buruk konsekuensinya di lapangan,” ujarnya.

    Organisasi-organisasi yang mengirimkan bantuan terpaksa memangkas jatah makanan untuk memprioritaskan bantuan bagi sebanyak mungkin orang yang rentan.

    “Situasi ketahanan pangan dapat memburuk secara drastis kecuali aliran bantuan ke Gaza dilanjutkan,” ujarnya. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Dapat Restu Trump, Israel Gempur Jalur Gaza hingga Tewaskan 200 Jiwa Termasuk Anak-anak – Halaman all

    Dapat Restu Trump, Israel Gempur Jalur Gaza hingga Tewaskan 200 Jiwa Termasuk Anak-anak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Militer Israel kembali melakukan serangan udara ke wilayah Jalur Gaza pada Selasa dini hari (18/3/2025).

    Ini menjadi serangan brutal pertama yang dilakukan Israel sejak gencatan senjata dimulai pada Januari lalu.

    Mengutip dari Al Jazeera, serangan itu dilakukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu usai mendapatkan restu dari Presiden AS Donald Trump untuk menggempur jalur Gaza.

    “Seperti yang telah ditegaskan Presiden Trump, Hamas, Houthi, Iran-dan semua pihak yang berupaya meneror tidak hanya Israel, tetapi juga AS-akan menghadapi konsekuensi, dan kekacauan besar akan terjadi,” kata Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt.

    Netanyahu menegaskan serangan udara yang dilakukan pasukannya, sengaja ditujukan untuk menekan milisi Hamas yang selama ini menolak membebaskan sandera Israel.

    “Ini menyusul penolakan berulang kali Hamas untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua proposal yang telah diterimanya dari Utusan Presiden AS Steve Witkoff,” kata Netanyahu

    “Israel akan, mulai sekarang, bertindak melawan Hamas dengan kekuatan militer yang meningkat,” imbuhnya.

    Hamas berdalih keputusannya untuk menunda pembebasan sandera Israel karena Netanyahu telah gagal mematuhi perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

    Hamas saat ini diyakini masih menyandera sekitar 24 warga Israel dan menahan setidaknya 35 mayat.

    Korban Tewas Gaza Tembus 200 Jiwa

    Imbas serangan brutal Israel, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan, lebih dari 200 orang telah tewas dalam pengeboman Israel di beberapa daerah di Jalur Gaza.

    Adapun hampir separuh korban tewas termasuk di antaranya anak-anak, wanita dan orang tua yang tinggal di Gaza selatan.

    Tak hanya melakukan serangan, Israel juga memerintahkan semua sekolah yang dekat dengan wilayah Gaza ditutup, seiring “kekuatan militer yang meningkat” terhadap Hamas.

    Israel turut menyebarkan ketakutan di kalangan masyarakat Gaza, lewat serangan udara yang tak kunjung berhenti hingga membuat langit di Gaza dipenuhi dengan pesawat tak berawak dan jet tempur yang terbang rendah.

    Hamas Kecam Serangan Israel

    Merespons tindakan yang dilakukan Israel, Hamas menegaskan, mereka mengutuk keras serangan ini.

    Hamas menyebutnya sebagai “serangan berbahaya” terhadap warga sipil yang tidak berdaya, dan mengklaim bahwa tujuan Israel adalah untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati.

    Mencegah terjadinya eskalasi yang lebih luas, Hamas menyerukan kepada negara-negara Arab dan Muslim untuk mendukung “perlawanan Palestina” dalam upaya mematahkan blokade terhadap Gaza.

    Hamas juga mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera mengeluarkan resolusi yang memerintahkan Israel menghentikan “agresinya.”

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Israel Gempur Gaza, Hamas Bilang Netanyahu Korbankan Sandera

    Israel Gempur Gaza, Hamas Bilang Netanyahu Korbankan Sandera

    Gaza City

    Kelompok Hamas menuding Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memutuskan untuk mengorbankan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, dengan kembali melancarkan serangan besar-besaran terhadap daerah kantong Palestina tersebut.

    Tudingan ini dilontarkan setelah militer Israel melancarkan serangan udara terbaru terhadap sejumlah area di Jalur Gaza pada Selasa (18/3) waktu setempat, ketika upaya untuk memperpanjang gencatan senjata mengalami kebuntuan.

    Otoritas pertahanan sipil Gaza melaporkan lebih dari 220 orang tewas akibat serangan udara Israel tersebut, yang menghancurkan masa relatif tenang di wilayah itu sejak gencatan senjata disepakati pada 19 Januari lalu.

    Atas serangan udara terbaru Israel itu, Hamas menuduh Netanyahu membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang membuat nasib 59 sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza tidak jelas.

    “Keputusan Netanyahu untuk melanjutkan perang adalah keputusan untuk mengorbankan tahanan pendudukan (sandera-red) dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka,” kata pejabat senior Hamas, Izzat al-Rishq, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (18/3/2025).

    Dia menyebut Netanyahu menggunakan pertempuran di Jalur Gaza sebagai “sekoci penyelamat” politik untuk mengalihkan perhatian dari krisis internal dalam pemerintahannya.

    Kantor Netanyahu sebelumnya menyebut serangan udara terbaru itu diperintahkan setelah “Hamas berulang kali menolak untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua usulan yang telah diterimanya dari Utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Steve Witkoff dan dari para mediator”.

    Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP bahwa operasi itu “akan terus berlanjut selama diperlukan, dan akan diperluas melampaui serangan udara”.

    Dalam sebuah posting di Telegram pada Selasa dini hari waktu setempat, militer Israel mengatakan pihaknya saat ini “melakukan serangan besar-besaran terhadap target teror milik organisasi Hamas di Jalur Gaza”.

    Rentetan serangan terbaru Israel itu, menurut laporan Reuters, melanda sejumlah lokasi di wilayah Jalur Gaza, termasuk Gaza bagian utara, Gaza City, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah di selatan wilayah tersebut.

    Serangan ini disebut jauh lebih luas skalanya dibandingkan rentetan serangan drone yang rutin dilancarkan militer Israel, dan diklaim menargetkan individu atau kelompok kecil yang diduga ekstremis di Jalur Gaza, menyusul upaya gagal untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Berkonsultasi dengan AS Sebelum Bombardir Gaza

    Israel Berkonsultasi dengan AS Sebelum Bombardir Gaza

    Jakarta

    Militer Israel kembali melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza di tengah gencatan senjata dan menewaskan ratusan orang. Gedung Putih mengungkapkan, pemerintah Israel telah berkonsultasi dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (17/3) waktu setempat, sebelum melancarkan serangan mendadak di Gaza tersebut.

    “Pemerintahan Trump dan Gedung Putih diajak berkonsultasi oleh Israel mengenai serangan mereka di Gaza malam ini,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt dalam program “Hannity” di Fox News, dilansir kantor berita AFP dan Reuters, Selasa (18/3/2025).

    “Seperti yang telah dijelaskan Presiden Trump, Hamas, Houthi, Iran, semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel, tetapi juga Amerika Serikat, akan menghadapi harga yang harus dibayar — semua kekacauan akan terjadi,” katanya dalam wawancara yang disiarkan di televisi.

    Trump sebelumnya telah mengeluarkan peringatan secara terbuka dengan menggunakan kata-kata serupa, dengan mengatakan kelompok Hamas harus membebaskan semua sandera di Gaza atau “kekacauan akan terjadi.”

    Tim penyelamat melaporkan lebih dari 200 orang tewas dalam serangan Israel pada Selasa (18/3) waktu setempat itu. Atas serangan udara terbaru Israel ini, kelompok Hamas menuduh pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menggagalkan gencatan senjata.

    Serangan itu diperintahkan setelah “Hamas berulang kali menolak untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua usulan yang telah diterimanya dari Utusan Presiden AS Steve Witkoff dan dari para mediator,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Arabiya dan AFP, Rabu (18/3/2025).

    Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP bahwa operasi itu “akan terus berlanjut selama diperlukan, dan akan diperluas melampaui serangan udara”.

    Lihat juga Video: Serangan Israel ke Gaza Tewaskan 200 Orang, Termasuk Petinggi Hamas

    Dalam sebuah posting di Telegram pada Selasa dini hari waktu setempat, militer Israel mengatakan pihaknya saat ini melakukan serangan besar-besaran terhadap target-target milik Hamas di Jalur Gaza.

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan “Netanyahu dan pemerintah ekstremisnya telah memutuskan untuk membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang akan membuat para tahanan di Gaza menghadapi nasib yang tidak diketahui”.

    Dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, fase awal gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, yang sebagian besar menghentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan di Gaza.

    Fase pertama gencatan senjata itu berakhir pada awal Maret. Meskipun kedua belah pihak sejak itu menahan diri dari perang habis-habisan, mereka belum dapat menyetujui langkah selanjutnya untuk perundingan gencatan senjata.

    Lihat juga Video: Serangan Israel ke Gaza Tewaskan 200 Orang, Termasuk Petinggi Hamas

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Bombardir Gaza, Korban Jiwa Bertambah Jadi 220 Orang

    Israel Bombardir Gaza, Korban Jiwa Bertambah Jadi 220 Orang

    Gaza City

    Otoritas pertahanan sipil Jalur Gaza melaporkan lebih dari 220 orang tewas akibat serangan udara terbaru Israel terhadap wilayah itu pada Selasa (18/3) waktu setempat. Bombardir terbaru ini disebut sebagai serangan Israel yang paling mematikan sejak gencatan senjata Gaza diberlakukan 19 Januari lalu.

    “Lebih dari 220 martir telah dipindahkan ke rumah-rumah sakit di Jalur Gaza, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, wanita dan orang lanjut usia, sebagai akibat dari agresi tersebut,” kata juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Basal, seperti dilansir AFP, Selasa (18/3/2025).

    Basal mengatakan bahwa operasi militer terbaru Israel masih berlangsung di Jalur Gaza dan berdampak pada sekolah-sekolah serta kamp-kamp yang menampung para pengungsi Palestina.

    Rentetan serangan Israel, menurut laporan Reuters, melanda sejumlah lokasi di wilayah Jalur Gaza, termasuk Gaza bagian utara, Gaza City, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah di selatan wilayah tersebut.

    Serangan ini disebut jauh lebih luas skalanya dibandingkan rentetan serangan drone yang rutin dilancarkan militer Israel, dan diklaim menargetkan individu atau kelompok kecil yang diduga ekstremis di Jalur Gaza, menyusul upaya gagal untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza yang disepakati pada 19 Januari lalu.

    Serangan udara terbaru itu diperintahkan setelah “Hamas berulang kali menolak untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua usulan yang telah diterimanya dari Utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Steve Witkoff dan dari para mediator,” kata kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.

    Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP bahwa operasi itu “akan terus berlanjut selama diperlukan, dan akan diperluas melampaui serangan udara”.

    Dalam sebuah posting di Telegram pada Selasa dini hari waktu setempat, militer Israel mengatakan pihaknya saat ini “melakukan serangan besar-besaran terhadap target teror milik organisasi Hamas di Jalur Gaza”.

    Atas serangan udara terbaru Israel tersebut, kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza menuduh Netanyahu telah membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang membuat nasib 59 sandera yang masih ditahan di daerah kantong Palestina itu tidak jelas.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Berkonsultasi dengan AS Sebelum Bombardir Gaza

    Israel Gempur Gaza di Tengah Gencatan Senjata, 121 Orang Tewas

    Jakarta

    Militer Israel melancarkan serangan udara paling gencarnya di Jalur Gaza sejak gencatan senjata pada bulan Januari lalu. Tim penyelamat melaporkan lebih dari 121 orang tewas dalam serangan Israel pada Selasa (18/3) waktu setempat itu. Atas serangan udara terbaru Israel ini, kelompok Hamas menuduh pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menggagalkan gencatan senjata.

    Serangan itu diperintahkan setelah “Hamas berulang kali menolak untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua usulan yang telah diterimanya dari Utusan Presiden AS Steve Witkoff dan dari para mediator,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Arabiya dan AFP, Selasa (18/3/2025).

    Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP bahwa operasi itu “akan terus berlanjut selama diperlukan, dan akan diperluas melampaui serangan udara”.

    Dalam sebuah posting di Telegram pada Selasa dini hari waktu setempat, militer Israel mengatakan pihaknya saat ini melakukan serangan besar-besaran terhadap target-target milik Hamas di Jalur Gaza.

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan lebih dari 121 orang telah tewas, “sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, wanita, dan orang tua”. Setidaknya 150 orang juga terluka akibat “agresi, pemboman udara, dan tembakan artileri”.

    Israel memerintahkan semua sekolah yang dekat dengan wilayah Gaza ditutup, seiring pemerintah Israel dalam sebuah pernyataan, mengatakan sekarang akan bertindak dengan “kekuatan militer yang meningkat” terhadap Hamas.

    Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan “Netanyahu dan pemerintah ekstremisnya telah memutuskan untuk membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang akan membuat para tahanan di Gaza menghadapi nasib yang tidak diketahui”.

    Dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, fase awal gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, yang sebagian besar menghentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan di Gaza.

    Fase pertama gencatan senjata itu berakhir pada awal Maret. Meskipun kedua belah pihak sejak itu menahan diri dari perang habis-habisan, mereka belum dapat menyetujui langkah selanjutnya untuk perundingan gencatan senjata.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hal-Hal yang Bikin Kepala Shin Bet Israel Berani Lawan Pencopotan Netanyahu – Halaman all

    Hal-Hal yang Bikin Kepala Shin Bet Israel Berani Lawan Pencopotan Netanyahu – Halaman all

    Hal-Hal yang Bikin Kepala Shin Bet Israel Berani Lawan Pencopotan Netanyahu

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Shin Bet Ronen Bar telah menolak rencana Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu untuk mencopotnya dari jabatannya.

    Bar menyatakan kalau pemecatannya tidak terkait dengan peristiwa 7 Oktober, serangan Banjir Al-Aqsa oleh Hamas yang mengekspos total kelemahan keamanan Israel baik secara intelijen maupun kemampuan militer.

    Dia juga bermaksud tetap menjabat karena tantangan keamanan yang sedang berlangsung, sebuah pembangkangan terang-terangan dalam rezim pemerintahan Israel saat ini.

    “Tanggung jawab nasional saya mengharuskan saya untuk tetap menjabat pada periode mendatang, mengingat potensi eskalasi keamanan dan meningkatnya ketegangan,” kata Bar dalam sebuah pernyataan menyusul pengumuman Netanyahu dilansir RNTV, Senin (17/3/2025).

    Ia menekankan kalau ia masih memiliki kewajiban penting, termasuk upaya untuk mengamankan pemulangan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

    Selain itu dia juga merasa masih punya wewenang mengawasi investigasi sensitif, dan mempersiapkan kandidat yang memenuhi syarat untuk akhirnya menggantikannya.

    Bar juga menuduh Netanyahu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kebutuhan keamanan negara.

    “Harapan perdana menteri akan kesetiaan pribadi dengan mengorbankan kepentingan publik sama sekali tidak dapat diterima dan bertentangan dengan hukum Shin Bet,” katanya.

    Keputusan Netanyahu untuk mencopot Bar menyusul meningkatnya ketegangan antara keduanya.

    Penyebab perselisihan ini adalah:

    Kegagalan intelijen menjelang peristiwa 7 Oktober
    Negosiasi pertukaran sandera dan tahanan dengan Hamas
    Penyelidikan yang sedang berlangsung terkait dugaan hubungan antara para pembantu Netanyahu dan Qatar.

    Penolakan Bar terhadap langkah Netanyahu menambah gejolak politik yang meningkat di Israel, di mana perdana menteri telah mengganti pejabat keamanan utama, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan kepala militer Herzi Halevi.

    Dampak dari peristiwa 7 Oktober terus memicu perpecahan politik, dengan para kritikus menuduh Netanyahu mengesampingkan mereka yang menantangnya sambil menghindari akuntabilitas atas kelalaian keamanan.

    Adapun Ketua Partai Demokrat Israel, Yair Golan jadi sosok yang mengecam pemecatan ini, Golan dengan tegas mengecam langkah pemecatan Bar.

    “Pemecatan kepala Shin Bet merupakan upaya putus asa oleh seorang terdakwa pidana untuk menyingkirkan seseorang yang setia kepada Israel dan yang sedang menyelidiki Netanyahu dan lingkaran dekatnya atas pelanggaran serius dan gelap serta tidak bersedia menutupinya,” kata Golan.

    Kecaman serupa juga dilontarkan pemimpin oposisi Yair Lapid, ia menyebut rencana Netanyahu sebagai tindakan memalukan.

    TOLAK DIPECAT – Kepala Shin Bet, Ronen Bar yang berkonflik dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Ada tudingan Netanyahu memecat Ronen Bar karena kepentingan kasus penyidikan yang akan dilaksanakan Shin Bet terkait Netanyahu dalam kasus korupsi.

    Perang Dingin Netanyahu VS Bos Shin Bet

    Mengutip Al Jazeera, perseteruan antara Netanyahu dengan Bar sebenarnya terjadi jauh sebelum serangan Hamas dimulai.

    Akan tetapi pasca perang Hamas dan Israel pecah, hubungan Netanyahu dengan Bar menjadi semakin tegang.

    Perselisihan yang kian memanas membuat Netanyahu dan Direktur Shin Bet Ronen Bar terlibat pertengkaran di muka umum tentang reformasi badan tersebut.

    Netanyahu menuduh Shin Bet sebagai tokoh yang gagal mencegah serangan milisi Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu agresi brutal Israel ke Jalur Gaza Palestina.

    Tak hanya itu Netanyahu menuding Bar melakukan “pemerasan” dan “ancaman” terkait reformasi yang diusulkan.

    Tudingan ini keluar dari mulut Netanyahu setelah pada Kamis, pendahulu Bar, Nadav Argaman, memanas-manasi situasi dalam wawancara dengan Channel 12, stasiun televisi swasta Israel.

    “Saya menjaga kerahasiaan semua yang terjadi antara saya dan perdana menteri. Jelas saya memiliki banyak informasi yang bisa saya gunakan, tetapi saya tidak melakukannya,” kata Argaman dalam wawancara itu seperti dikutip AFP.

    “Namun, jika saya menyimpulkan bahwa perdana menteri bertindak bertentangan dengan hukum, saya tidak punya pilihan-saya akan mengungkap semua yang saya ketahui demi menjaga pentingnya hubungan antara kepala Shin Bet dan perdana menteri,” paparnya.

    Merespons pernyataan Argaman, Netanyahu pun mencuitkan pembelaan melalui platform media sosial X.

    Ia menuduh Argaman melakukan pemerasan langsung di siaran langsung terhadap seorang perdana menteri yang sedang menjabat. Adapun tudingan yang dimaksud adalah Direktur Shin Bet Ronen Bar.

    Serangkaian konflik ini yang mendorong Netanyahu untuk mengupayakan pemecatan Bar, dengan dalih masalah kepercayaan.

     

    (oln/rntv/*)

  • Anggota DPR Israel: Hamas & Jihad Islam Pulihkan Militernya, Kini Punya Lebih dari 30 Ribu Pejuang – Halaman all

    Anggota DPR Israel: Hamas & Jihad Islam Pulihkan Militernya, Kini Punya Lebih dari 30 Ribu Pejuang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah anggota Knesset (DPR Israel) mengklaim Hamas telah berhasil memulihkan kekuatan militernya di Jalur Gaza.

    Mereka meminta digelarnya rapat darurat guna membahas kegagalan Israel mencapai tujuan perang di Gaza dan bahaya yang mengancam keamanan dan kepentingan negara itu.

    Gadi Eisenkot, salah satu anggota Knesset, bersama dengan anggota dewan dari kubu oposisi telah mengajukan petisi mengenai rapat itu. Petisi itu ditandatangani oleh Gadi Eisenkot, Ram Ben Barak, Meir Cohen, Elazar Stern, Moshe Tor Paz, Sharon Nir, dan Merv Michaeli.

    “Dalam beberapa hari terakhir, kita sudah diberi tahu bahwa kekuatan militer Hamas dan Jihad Islam sudah pulih, misalnya Hamas memiliki lebih dari 25.000 pejuang bersenjata dan Jihad Islam lebih dari 5.000,” kata mereka dikuti dari laporan media Israel Walla hari Minggu, (16/3/2025).

    Mereka mengklaim dalam beberapa bulan terakhir pemerintah Israel tidak memenuhi kewajibannya.

    “Karena panglima tertinggi IDF (Pasukan Pertahanan Israel) tidak mempercepat dicapainya perang tujuan perang, yakni mengembalikan sanera dan menghancurkan kekuatan militer dan pemerintahan Hamas.”

    Di samping itu, para anggota Knesset mengklaim Netanyahu dan menteri-menterinya melakukan tindakan yang melanggar keputusan kabinet perang guna “mencapai tujuan pengembalian sandera” dan memberlakukan wajib militer untuk para Yahudi ultra-Ortodoks.

    Dalam beberapa minggu belakang, upaya Israel untuk membebaskan sandera di Gaza memang mandek.

    Israel menolak mengadakan pembicaraan mengenai gencatan tahap kedua dengan Hamas. Padahal, jika tahap kedua terwujud, semua sandera akan dikembalikan dan sebagai gantinya, Israel harus menarik pasukan dari Gaza.

    BRIGADE HAMAS – Para petempur gerakan Hamas yang tergabung dalam Brigade Al Qassam saat parade bersenjata di Gaza beberapa waktu lalu. Hamas menyatakan akan menyerahkan 4 jenazah sandera Israel pada Kamis (20/2/2025) dan membebaskan 6 sandera hidup Israel pada Sabtu (22/2/2025) dalam fase pertama kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan dengan Israel. (RNTV)

    Dikutip dari The Cradle, Sabtu kemarin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah memerintahkan juru rundingnya agar meneruskan negosiasi sesuai dengan usul dari utusan Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Witkoff mengusulkan agar sebelas sandera yang masih di Gaza segera dipulangkan, lalu setengah dari jasad para sandera yang meninggal juga dikembalikan.

    Adapun beberapa waktu lalu Hamas mengaku siap menerima usul dari utusan AS, Adam Boehler, yang meminta dikembalikannya sandera berkewarganegaraan Israel-AS. Para sandera akan ditukar dengan warga Palestina yang kini ditahan Israel.

    Namun, sesudah Boehler menggelar pembicaraan langsung dengan pejabat Hamas, Israel marah-marah. Tak hanya itu, Presiden AS Donald Trump mencopot Boehler dari jabatannya.

    Hamas menginginkan perang diakhiri secara permanen, penarikan mundur pasukan Israel dari Gaza, pembukaan perlintasan demi penyaluran bantuan, dan pembebasan warga Palestina yang ditahan.

    Di sisi lain, Israel memilih untuk memperpanjang gencatan tahap pertama hingga pertengahan April mendatang. Israel juga meminta transisi apa pun ke tahap dua harus menyertakan “demiliterisasi total” di Gaza.

    Intelijen berkata serupa

    Awal bulan ini media Israel juga mulai mengabarkan bahwa Hamas bersiap melanjutkan pertempuran melawan Israel di Jalur Gaza.

    Berdasarkan pernyataan seorang perwira intelijen, Channel 13 mengatakan Hamas sukses merekrut ribuan pejuang baru.

    “Diperkirakan Hamas memiliki sekitar 30.000 pejuang sebelum perang, dan situasi kini menjadi mirip [dengan sebelumnya],” kata Channel 13 dikutip dari Sky News Arabia.

    Laporan menunjukkan Hamas kini memanfaatkan masa gencatan senjata untuk menanam bom di berbagai area di Gaza. IDF disebut mampu memantau hal itu lewat operasi intelijen.

    Netanyahu sudah mengancam akan melanjutkan perang di Gaza jika Hamas tidak membebaskan sandera Israel lainnya. Menurut Netanyahu, Hamas akan membayar “harga yang tak terbayangkan”.

    Israel saat ini sudah menghentikan aliran bantuan ke Gaza. Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengatakan penghentian itu hanyalah tahap pertama.

    Tahap selanjutnya adalah menghentikan aliran listrik dan air. Lalu, Israel akan melancarkan serangan besar untuk menduduki Gaza.

    (*)