Tag: Benjamin Netanyahu

  • Israel Bersiap Melakukan Invasi Darat Baru ke Gaza – Halaman all

    Israel Bersiap Melakukan Invasi Darat Baru ke Gaza – Halaman all

    Israel Bersiap Melakukan Invasi Darat Baru ke Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Operasi militer Israel yang diperbarui di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 400 warga Palestina dalam 24 jam bersifat terbuka dan diperkirakan akan meluas, termasuk melalui kemungkinan invasi darat.

    Misi Rusia di PBB mengatakan mereka memiliki informasi intelijen bahwa tentara Israel sedang mempersiapkan operasi darat baru di Wilayah kantong yang dikepung tersebut.

    “Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan meningkatkan kekuatan militer,” kata kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada tanggal 18 Maret.

    Seorang pejabat Israel, yang berbicara dengan syarat anonim kepada AP, mengatakan Israel menyerang militer, pemimpin, dan infrastruktur Hamas dan berencana untuk memperluas operasi di luar serangan udara.

    “Tujuan serangan mendadak yang kami luncurkan di Gaza adalah untuk membawa Hamas kembali ke meja perundingan dan mengamankan pembebasan setidaknya 10 tentara yang diculik dalam keadaan hidup. Jika itu tidak terjadi, kita akan melihat pasukan darat juga,” lapor koresponden militer Channel 14 Hillel Biton-Rosen.

    Wakil Rakyat Rusia mengemukakan kemungkinan invasi darat baru ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    “Kami memiliki informasi bahwa tentara Israel sedang mempersiapkan operasi darat di Jalur Gaza,” kata misi Rusia .

    “Situasi semakin memburuk karena penolakan Israel untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang berada di bawah pendudukan. Melindungi warga sipil bukanlah salah satu prinsip dan metode tentara Israel,” tambah pernyataan itu.

    Ancaman invasi darat disertai peringatan dari menteri pertahanan Israel, Israel Katz. Ia menyatakan “gerbang neraka akan terbuka di Gaza” jika tawanan yang masih ditahan Hamas tidak dibebaskan.

    “Kami tidak akan berhenti berjuang sampai semua sandera kami pulang dan kami telah mencapai semua tujuan perang,” imbuh Katz.

    Sebaliknya, surat kabar Israel Ynet menyarankan operasi militer saat ini mungkin tidak termasuk invasi darat.

    “Saat ini, dimulainya kembali pertempuran di Jalur Gaza hanya terbatas pada operasi udara – dengan nama sandi ‘Pride and Sword’ – dan tidak termasuk invasi darat baru ke Gaza.”

    “Israel berusaha mendesak Hamas untuk memajukan negosiasi kesepakatan tersebut, atau setidaknya menyelesaikan fase tambahannya,” demikian pernyataan surat kabar berbahasa Ibrani tersebut.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Israel Kembali Gempur Gaza Usai Serangan Besar-besaran, 13 Orang Tewas

    Israel Kembali Gempur Gaza Usai Serangan Besar-besaran, 13 Orang Tewas

    Gaza City

    Rentetan serangan udara Israel kembali menghantam wilayah Jalur Gaza sejak Selasa (18/3) tengah malam. Otoritas pertahanan sipil Gaza melaporkan sedikitnya 13 orang tewas dalam serangan terbaru Israel itu, menyusul serangan besar-besaran sebelumnya yang menewaskan lebih dari 400 orang.

    “Israel melancarkan beberapa serangan udara… yang mengakibatkan tewasnya 13 orang dan melukai puluhan orang lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, di Khan Younis dan Gaza City,” tutur juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Rabu (19/3/2/2025).

    Sebelumnya pada Selasa (18/3) dini hari, militer Israel melancarkan rentetan serangan udara yang disebut paling intens sejak gencatan senjata Gaza diberlakukan pada 19 Januari lalu.

    Bombardir di wilayah Jalur Gaza itu, menurut otoritas kesehatan Gaza, menewaskan lebih dari 400 orang. Serangan udara itu dilakukan militer Israel setelah gagalnya perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan dirinya telah memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras” terhadap Hamas sebagai respons atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan para sandera yang tersisa, dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata.

    Netanyahu memperingatkan pada Selasa (18/3) malam bahwa serangan-serangan itu “hanya permulaan”, dan bahwa negosiasi mendatang dengan Hamas “hanya akan berlangsung di bawah tekanan”.

    “Hamas telah merasakan kekuatan tangan kita dalam 24 jam terakhir. Dan saya ingin berjanji kepada Anda — dan mereka — bahwa ini hanyalah permulaan,” tegas Netanyahu dalam pernyataan video yang dirilisnya.

    Hamas, dalam tanggapannya, menuduh Israel melanggar gencatan senjata Gaza dan membahayakan upaya mediator untuk mengamankan gencatan senjata permanen. Hamas juga menuduh Netanyahu sama saja “menjatuhkan hukuman mati” terhadap 59 sandera yang masih ditahan di Gaza, yang nasibnya tidak jelas.

    Dalam pernyataannya, Hamas mendesak negara-negara sahabat untuk “menekan” Amerika Serikat (AS) dalam mengakhiri serangan yang dilancarkan sekutu dekatnya, Israel.

    Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, mengatakan pada Selasa (18/3) bahwa rentetan serangan terhadap Jalur Gaza telah “dikoordinasikan sepenuhnya dengan Washington”.

    Sementara Pelaksana Tugas (Plt) Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dorothy Shea, menyebut tanggung jawab atas dimulainya kembali pertempuran di Jalur Gaza sepenuhnya berada di tangan Hamas. Dia menegaskan sangat mendukung Israel dalam langkah-langkah selanjutnya di Jalur Gaza.

    “Kesalahan atas dimulainya kembali permusuhan sepenuhnya berada di tangan Hamas,” cetus Shea dalam pernyataannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Kembali Membombardir Gaza, Palestina Desak Dunia Internasional Bertindak

    Israel Kembali Membombardir Gaza, Palestina Desak Dunia Internasional Bertindak

    PIKIRAN RAKYAT – Warga Palestina di Gaza kembali dalam situasi yang menakutkan setelah Israel melakukan serangan udara besar-besaran pada Selasa, 18 Maret 2025.

    Dalam laporan terbaru yang dirilis otoritas setempat, serangan tersebut menewaskan lebih dari 400 orang. Lebih dari 500 orang juga dilaporkan mengalami luka-luka.

    Para korban yang mayoritas warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak dibom rumahnya pada malam hari. Saat warga Gaza tertidur lelap, Israel melakukan agresi yang menuai kecaman banyak pihak.

    Terkait serangan yang kembali digencarkan Israel di Jalur Gaza, Kementerian Luar Negeri Palestina mendesak dunia internasional untuk segera bertindak agar Israel tak lagi melakukan serangan. 

    “Gangguan terhadap upaya internasional untuk membangun kembali Gaza dan penghindaran Israel terhadap kewajiban gencatan senjata,” demikian pernyataannya seperti dilaporkan Anadolu Agency.

    “Kami menyerukan sikap internasional yang tegas untuk menegakkan penghentian agresi segera dan memperingatkan terhadap upaya pendudukan untuk melaksanakan rencananya untuk menggusur rakyat kami,” kata kementerian tersebut.

    Sejak kampanye brutal Israel di Gaza Oktober 2023 lalu, Israel telah menewaskan 48.500 warga Palestina yang sebagian besar wanita dan anak-anak. Selain itu, 112.000 warga Gaza mengalami luka-luka.

    Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah untuk menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant.

    Keduanya disebut telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida Mahkamah Internasional.

    Fasilitas Kesehatan rusak

    Dampak serangan Israel ini juga telah menyebabkan banyak fasilitas medis di Gaza rusak. Palang Merah Internasional memperingatkan soal kondisi ekstrem yang bisa mengganggu fasilitas kesehatan di Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi kekurangan obat-obatan di Jalur Gaza yang juga telah dikonfirmasi oleh Palang Merah Palestina (PRCS).

    “Banyak fasilitas medis benar-benar kewalahan di seluruh Gaza”, kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

    Della Longa mengatakan fasilitas medis sedang berjuang dengan jumlah pasien dan tekanan pada persediaan medis yang semakin menipis.

    “Terjadi kekurangan makanan, perlengkapan, dan bahan bakar,” katanya.

    Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic memperingatkan bahwa stok obat-obatan semakin menipis.

    “Sayangnya, karena kekurangan obat-obatan ini, ada risiko petugas kesehatan tidak dapat memberikan perawatan untuk berbagai kondisi medis, tidak hanya untuk cedera trauma,” katanya kepada wartawan.

    Kondisi fasilitas medis di Gaza yang mengkhawatirkan ini juga diperparah dengan ditutupnya akses bantuan. Padahal, WHO memiliki 16 truk berisi persediaan medis yang siap memasuki Gaza, yang mana untuk itu diperlukan gencatan senjata dan akses.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Benjamin Netanyahu usai Bunuh 400 Orang di Gaza: Ini Hanya Permulaan

    Benjamin Netanyahu usai Bunuh 400 Orang di Gaza: Ini Hanya Permulaan

    PIKIRAN RAKYAT – Gencatan senjata di Gaza batal sepihak setelah gelombang serangan udara terbaru Israel Penjajah menewaskan ratusan warga Palestina di Gaza.

    Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa
    serangan beberapa hari terakhir “hanya permulaan”. Ia tak segan melancarkan serangan bertubi lebih besar lainnya demi tercapai tujuan perang.

    Dalam pidato yang disiarkan televisi, Selasa malam, 18 Maret 2025, Netanyahu menegaskan bahwa pasukan Israel akan menyerang Hamas dengan kekuatan yang kian besar. Ia juga mengingatkan, negosiasi gencatan senjata selanjutnya hanya akan dilakukan sambil baku tembak.

    “Hamas sudah merasakan kekuatan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin meyakinkan Anda dan mereka, bahwa ini hanya permulaan,” ujarnya, dikutip dari Al-Jazeera, Rabu, 19 Maret 2025.

    “Kami akan terus berjuang untuk mencapai semua tujuan perang kami, pembebasan semua sandera kami, penghapusan Hamas, dan janji bahwa Gaza tidak akan lagi menjadi ancaman bagi Israel,” kata dia lagi.

    Pernyataan penuh tantangan dari Netanyahu muncul setelah serangan mematikan Israel di seluruh Gaza menghancurkan kesepakatan gencatan senjata yang memang sudah rapuh sejak dimulai pada 19 Januari lalu.

    Serangan udara itu menewaskan sedikitnya 404 warga Palestina, banyak di antaranya anak-anak, dan melukai lebih dari 560 orang lainnya, demikian laporan Kementerian Kesehatan Gaza.

    Target Bom Israel Penjajah

    Serangan tersebut menargetkan wilayah luas di Gaza, termasuk Khan Younis dan Rafah di selatan, Kota Gaza di utara, serta daerah-daerah pusat seperti Deir el-Balah, yang menghancurkan seluruh keluarga dalam prosesnya.

    Pembicaraan mengenai tahap kedua kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas, yakni tentang pembebasan hampir 60 sandera Hamas yang tersisa dan pembentukan gencatan senjata permanen telah terhenti.

    Pasalnya, Israel bersikeras menginginkan fase pertama diperpanjang hingga pertengahan April 2025.

    Pekan lalu, Hamas menawarkan untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel dan jenazah empat sandera yang tewas, sebagai imbalan untuk dimulainya pembicaraan tahap kedua serta penghentian blokade Israel yang diberlakukan awal bulan ini. Namun, Israel menolak mentah-mentah.

    Hamas telah membebaskan sekitar tiga lusin sandera sebagai imbalan untuk hampir 2.000 tahanan Palestina dari penjara Israel, sejak dimulainya gencatan senjata. Nahas, sejak 1 Maret, setelah berlangsung enam minggu tahap pertama, kesepakatan harus batal.

    ‘Semua Salah Hamas’

    Sebelum serangan Israel, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, telah mendorong proposal jembatan untuk memperpanjang gencatan senjata hingga setelah Ramadhan dan Paskah.

    Di sisi lain, menggunakan proposal Trump, dalam pidatonya pada Selasa, Netanyahu menyalahkan Hamas atas kurangnya kemajuan dalam pembicaraan tersebut.

    “Sedangkan Israel menerima tawaran utusan khusus Presiden Trump, Steve Witkoff, Hamas dengan tegas menolaknya. Itulah sebabnya saya memberi wewenang kemarin untuk melanjutkan aksi militer terhadap Hamas,” kata Netanyahu.

    Netanyahu juga menuduh Hamas bertanggung jawab atas semua korban jiwa yang tidak disengaja di Gaza.

    “Warga sipil Palestina harus menghindari kontak dengan teroris Hamas, dan saya menyeru kepada rakyat Gaza, keluar dari jalur bahaya,” katanya.

    “Pindah ke area yang lebih aman. Karena setiap korban jiwa warga sipil adalah sebuah tragedi dan setiap korban jiwa warga sipil adalah kesalahan Hamas,” tutur dia. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • 400 Sipil Palestina Tewas usai Gencatan Senjata Batal

    400 Sipil Palestina Tewas usai Gencatan Senjata Batal

    PIKIRAN RAKYAT – Lebih dari 400 warga Palestina, banyak di antaranya anak-anak tewas akibat Israel Penjajah melanjutkan pemboman besar-besaran terhadap Gaza.

    Gaza kini berada dalam ketidakpastian, kesepakatan gencatan senjata pun otomatis batal antara Israel dengan Hamas, lantaran dilanggar secara rutin oleh zionis selama beberapa pekan terakhir.

    Netanyahu mengatakan serangan ini adalah “hanya permulaan” dan bahwa Israel akan mengejar tujuannya untuk menghancurkan Hamas, demi membebaskan semua sandera yang masih ditahan di Gaza.

    Para pengunjuk rasa di seluruh Israel menuduh Netanyahu mengorbankan sisa sandera dengan melanjutkan perang, bukannya melanjutkan tahap kedua negosiasi dengan Hamas.

    Di sisi lain, pekerja medis dan kelompok kemanusiaan menggambarkan situasi mengerikan di Gaza, di mana rumah sakit yang kekurangan sumber daya dibanjiri korban dan keluarga kalang kabut kacau mencari orang yang mereka cintai di Bawah kuburan puing-puing.

    Taktik Netanyahu Tak Akan Berhasil?

    Ori Goldberg, seorang komentator politik Israel, mengatakan bahwa motivasi Netanyahu sebagian besar bersifat domestik. Dia mengaku percaya bahwa negosiasi gencatan senjata akan dilanjutkan.

    “Pertunjukan kekuatan seperti ini, pembantaian mengerikan yang kita lihat tadi malam, bisa dianggap sebagai kekuatan. Tapi itu saja yang bisa dilakukan Israel. Israel bisa membunuh orang Palestina, tetapi tidak bisa melakukan lebih banyak. Mereka tidak bisa mengendalikan peristiwa di lapangan dengan cara yang berarti, dan saya percaya negosiasi akan segera dilanjutkan,” kata Goldberg kepada Al Jazeera.

    “Dia (Netanyahu) akan mencoba meraih keuntungan dengan menjadi keras terhadap Hamas di satu sisi, namun di sisi lain menjadi orang yang duduk di kursi negosiasi. Saya rasa dia tidak terlalu berhasil di kedua sisi itu,” ujarnya lagi. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil – Halaman all

    Netanyahu Klaim Serangan Israel di Gaza Baru Permulaan, Salahkan Hamas atas Korban Sipil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan bahwa gelombang serangan udara yang menewaskan ratusan warga Palestina di Gaza hanyalah “permulaan.”

    Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (18/3/2025) malam, Netanyahu menegaskan pasukan Israel akan terus menyerang Hamas dengan “kekuatan yang semakin meningkat”.

    Netanyahu juga menyinggung negosiasi gencatan senjata hanya akan dilakukan “di bawah tembakan.”

    “Hamas telah merasakan kekuatan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin meyakinkan Anda – dan mereka – ini baru permulaan,” ujar Netanyahu, seperti dilansir Al Jazeera.

    Serangan udara Israel yang dilancarkan sejak Senin (17/3/2025) malam menghantam berbagai wilayah Gaza, termasuk Khan Yunis, Rafah, Kota Gaza, dan Deir el-Balah.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 404 warga Palestina tewas, termasuk banyak anak-anak, dan lebih dari 560 lainnya terluka.

    Serangan ini juga menghancurkan rumah-rumah warga, menyebabkan pengungsian massal, dan membebani fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan akibat perang yang berkepanjangan.

    Dalam pidatonya, Netanyahu menyalahkan Hamas atas kelanjutan perang dan tingginya korban sipil di Gaza.

    “Warga sipil Palestina harus menghindari kontak dengan teroris Hamas,” katanya.

    Ia juga meminta warga Gaza untuk mengungsi ke daerah yang lebih aman, seraya menambahkan “setiap korban sipil adalah kesalahan Hamas.”

    Israel mengklaim telah menargetkan pejabat tinggi Hamas dalam serangan ini, termasuk Mayor Jenderal Mahmoud Abu Watfa, seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Gaza, BBC melaporkan.

    Gagalnya Negosiasi Gencatan Senjata

    Serangan terbaru ini menghancurkan gencatan senjata yang sebelumnya dimulai pada 19 Januari.

    Negosiasi tahap kedua kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas mengalami kebuntuan setelah Israel menolak tawaran Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel serta jenazah empat sandera yang telah tewas.

    Israel bersikeras memperpanjang tahap pertama gencatan senjata hingga pertengahan April, sementara Hamas menolaknya dan menuntut dimulainya tahap kedua yang mencakup pembebasan semua sandera serta penghentian permanen perang.

    Dengan serangan ini, prospek gencatan senjata jangka panjang semakin redup.

    Netanyahu menegaskan Israel akan terus berjuang hingga “membebaskan para sandera, menyingkirkan Hamas, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.”

    Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dan upaya diplomatik untuk menghentikan perang masih menemui jalan buntu.

    Dukungan AS dan Sikap Hamas

    Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, disebut telah berkoordinasi dengan Israel sebelum serangan ini terjadi.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, menyatakan Hamas seharusnya bisa membebaskan sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi justru memilih “penolakan dan perang.”

    Di sisi lain, Hamas menuduh Israel sengaja menggagalkan kesepakatan demi terus melakukan serangan.

    Kelompok tersebut juga memperingatkan dimulainya kembali perang oleh Israel bisa menjadi “hukuman mati” bagi para sandera yang masih hidup di Gaza.

    Krisis Kemanusiaan Memburuk

    Dengan serangan baru ini, rumah sakit di Gaza kembali dipenuhi korban.

    Dr. Sabrina Das, seorang dokter yang melatih tenaga medis Palestina, mengatakan kepada BBC bahwa serangan ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kepanikan di seluruh Gaza.

    “Kami tahu perang akan segera dimulai lagi,” ujarnya.

    Sementara itu, Mohammed Zaquot, direktur rumah sakit di Jalur Gaza, menyebut jumlah staf medis yang tersedia tidak cukup untuk menangani skala serangan ini, sehingga tim tambahan harus segera dipanggil.

    Protes Keluarga Sandera Israel

    Di Israel, keluarga sandera yang masih ditahan Hamas mengecam keputusan pemerintah untuk kembali melancarkan serangan ke Gaza.

    Kelompok yang mewakili keluarga sandera menuduh Netanyahu telah “menyerahkan sandera” dengan memilih opsi militer daripada negosiasi.

    Liran Berman, yang saudara kembarnya masih menjadi tawanan Hamas, mengatakan kepada BBC “jika Hamas mau, para sandera akan kembali. Mereka ada di tangan mereka.”

    Menurut data Israel, masih ada 59 sandera yang ditahan Hamas, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Arab Saudi Kutuk Keras Serangan Israel Tewaskan 400 Orang di Gaza

    Arab Saudi Kutuk Keras Serangan Israel Tewaskan 400 Orang di Gaza

    Riyadh

    Pemerintah Arab Saudi mengutuk keras serangan besar-besaran Israel yang kembali dilancarkan terhadap Jalur Gaza pada Selasa (18/3), yang sejauh ini dilaporkan menewaskan lebih dari 400 orang. Riyadh menyerukan penghentian segera pembunuhan dan kekerasan oleh Israel terhadap warga Palestina.

    Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (19/3/2025), mengecam “pengeboman langsung Israel terhadap area-area yang dihuni oleh warga sipil yang tidak berdaya, tanpa sedikit pun memperhatikan hukum kemanusiaan internasional”.

    Rentetan serangan udara Israel yang melanda beberapa wilayah Jalur Gaza pada Selasa (18/3) waktu setempat, menurut otoritas kesehatan Palestina, telah menewaskan lebih dari 400 orang. Serangan-serangan Tel Aviv dilancarkan saat upaya memperpanjang gencatan senjata Gaza dilanda kebuntuan.

    Saudi, dalam pernyataannya, menggarisbawahi pentingnya penghentian “segera” pembunuhan dan tindak kekerasan oleh Israel, serta perlunya melindungi warga Palestina.

    Riyadh juga berfokus pada perlunya komunitas internasional untuk memikul tanggung jawab dengan “segera melakukan intervensi untuk mengakhiri kejahatan ini dan mengakhiri penderitaan manusia yang berat yang dialami oleh saudara-saudara Palestina”.

    Sementara itu, merespons serangan terbaru Israel, Hamas menuduh Tel Aviv melanggar gencatan senjata Gaza dan membahayakan upaya mediator untuk mengamankan gencatan senjata permanen.

    Hamas juga menuduh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sama saja “menjatuhkan hukuman mati” terhadap 59 sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, yang kini nasibnya tidak jelas.

    Netanyahu, seperti dilansir Reuters, mengatakan dirinya telah memerintahkan militer untuk mengambil “tindakan keras” terhadap Hamas sebagai respons atas penolakan kelompok itu untuk membebaskan para sandera yang tersisa, dan karena penolakan mereka terhadap proposal gencatan senjata.

    Militer Israel menggambarkan serangan terbarunya itu sebagai “serangan pendahuluan” yang dimaksudkan untuk menggagalkan kemampuan Hamas melancarkan serangan terhadap Tel Aviv, dan mencegah kelompok itu membangun kembali serta mempersenjatai kembali pasukannya di Jalur Gaza.

    Diklaim oleh militer Israel bahwa serangannya menargetkan “komandan militer tingkat menengah, pejabat pimpinan dan infrastruktur teroris” milik Hamas.

    Namun menurut para saksi mata, serangan-serangan udara Israel juga menghantam rumah-rumah warga dan area perkemahan yang menampung warga sipil Palestina yang mengungsi. Tank-tank Israel bahkan dilaporkan melintasi garis perbatasan Gaza.

    Di antara mereka yang tewas dalam serangan Israel ini, terdapat sejumlah petinggi Hamas seperti Essam Addalees yang disebut sebagai kepala de-facto pemerintahan Hamas, kemudian Ahmed Al-Hetta yang menjabat Wakil Menteri Kehakiman Hamas dan Mahmoud Abu Watfa yang menjabat Wakil Menteri Dalam Negeri dan kepala Dinas Keamanan Hamas.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 5 Fakta di Balik Serangan Udara Besar-besaran Israel di Gaza: Gencatan Senjata Temui Jalan Buntu – Halaman all

    5 Fakta di Balik Serangan Udara Besar-besaran Israel di Gaza: Gencatan Senjata Temui Jalan Buntu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran ke Gaza, menargetkan berbagai wilayah dengan gelombang serangan udara dan tembakan artileri.

    Lebih dari 300 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya terluka, menurut otoritas Palestina.

    Serangan ini juga menargetkan sejumlah pejabat tinggi Hamas serta warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

    Rumah sakit di Gaza kini kewalahan menangani lonjakan korban.

    Lalu, mengapa serangan ini terjadi sekarang?

    Berikut adalah lima fakta di balik serangan terbaru Israel ke Gaza.

    1. Serangan Terjadi di Tengah Kebuntuan Gencatan Senjata

    Serangan ini terjadi setelah berakhirnya fase pertama dari kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada Januari lalu.

    Kesepakatan tersebut awalnya dirancang untuk menghentikan perang secara bertahap, mengarah pada penarikan total pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan semua sandera yang ditahan Hamas sejak 7 Oktober 2023.

    Namun, negosiasi mengalami kebuntuan.

    Dikutip dari The Guardian, Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan dengan menolak beralih ke fase kedua yang seharusnya mengarah pada gencatan senjata permanen.

    Sebaliknya, Israel justru mengusulkan perpanjangan fase pertama selama 30 hingga 60 hari, yang ditolak oleh Hamas.

    Israel berpendapat bahwa Hamas-lah yang melanggar kesepakatan dengan tidak membebaskan sandera tambahan.

    2. Israel Menargetkan Hamas dan Infrastruktur Militer

    Pemerintah Israel mengklaim serangan ini ditujukan untuk menghancurkan infrastruktur militer Hamas dan membebaskan sandera yang masih ditahan.

    Dalam beberapa minggu terakhir, kepemimpinan Hamas disebut-sebut mulai kembali mengendalikan Gaza.

    Pejabat Israel menilai bahwa melemahkan Hamas secara signifikan akan mempercepat pembebasan sandera, meskipun banyak keluarga sandera di Israel justru tidak setuju dengan pendekatan ini.

    3. Dukungan Logistik dan Militer Israel Sudah Pulih

    Salah satu alasan serangan ini baru dilakukan sekarang adalah kesiapan logistik dan militer Israel.

    Enam minggu lalu, Israel mengalami keterbatasan amunisi dan perlengkapan militer akibat perang yang berlangsung sejak Oktober 2023.

    Setelah menerima pasokan senjata dari Amerika Serikat dan memperbaiki peralatan militernya, Israel kini memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan skala besar.

    4. Faktor Politik Internal Israel Berperan dalam Serangan Ini

    Beberapa pengamat menilai bahwa serangan ini juga dipengaruhi oleh situasi politik dalam negeri Israel.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu saat ini menghadapi tekanan politik yang besar, termasuk dari sekutu sayap kanannya yang menentang gencatan senjata permanen.

    Netanyahu juga sedang berjuang mempertahankan kekuasaannya di parlemen Israel serta menghadapi persidangan atas tuduhan korupsi.

    Serangan ini dapat menjadi strategi politiknya untuk mengamankan dukungan dari kelompok sayap kanan dan mengalihkan perhatian dari isu domestik.

    5. Krisis Kemanusiaan di Gaza Memburuk

    Serangan baru ini semakin memperparah kondisi kemanusiaan di Gaza.

    Bantuan kemanusiaan yang sebelumnya mulai mengalir selama gencatan senjata kini kembali terhambat.

    Dua minggu lalu, Israel memberlakukan blokade total di Gaza, dengan alasan bahwa Hamas telah menyalahgunakan bantuan yang masuk.

    Akibatnya, menurut pejabat kemanusiaan, stok kebutuhan pokok di Gaza hanya cukup untuk bertahan sekitar tiga minggu ke depan.

    Dengan meningkatnya kekerasan, distribusi bantuan diperkirakan akan semakin sulit dilakukan.

    Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

    Israel menegaskan bahwa operasi militer ini akan terus berlanjut hingga Hamas membebaskan semua sandera yang tersisa.

    Lebih dari 48.700 warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023, tekanan internasional terhadap Israel semakin meningkat.

    Sementara itu, Hamas tetap menolak gencatan senjata jangka pendek dan menuntut penghentian total perang.

    Perundingan damai kemungkinan akan terus berlanjut, tetapi dalam waktu dekat, eskalasi kekerasan di Gaza tampaknya belum akan berakhir.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Netanyahu Janji Negaranya Tak Akan Diam hingga Hamas Hancur

    Netanyahu Janji Negaranya Tak Akan Diam hingga Hamas Hancur

    Anda sedang membaca Dunia Hari Ini, yang merangkum berita-berita utama yang terjadi dalam 24 jam terakhir.

    Rangkuman edisi Rabu, 19 Maret 2025, kita awali dari perkembangan serangan Israel ke Gaza.

    Sudah 400 warga Gaza tewas

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk menyerang Hamas hingga Israel mencapai tujuannya untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan semua warganya yang disandera.

    PM Netanyahu memerintahkan Gaza untuk diserang kembali, Selasa (18/03) kemarin, sambil mengatakan bahwa itu “baru permulaan.”

    Sementara Amerika Serikat sudah menyampaikan dukungannya untuk langkah Israel selanjutnya.

    Serangan besar-besaran sudah menewaskan lebih dari 400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas.

    Tapi pemimpin dari sejumlah negara, termasuk di kawasan Eropa dan Timur Tengah, sudah menyampaikan kekhawatiran mereka dengan serangan Israel yang dilakukan di bulan Ramadan.

    Astronot kembali ke Bumi

    Astronot Suni Williams dan Butch Wilmore sudah kembali di Bumi setelah menempuh perjalanan selama 17 jam dalam Kapsul SpaceX Dragon yang dapat menampung empat orang.

    Sebelumnya, keduanya terjebak selama sembilan bulan di luar angkasa, tepatnya di International Space Station, setelah kapsul Starliner milik Boeing gagal memperpanjang misi awal mereka yang tadinya sudah berlangsung selama seminggu.

    Kapsul SpaceX Dragon yang membawa Suni dan Butch, bersama dengan rekan mereka Aleksandr Gorbunov dan Nick Hague, mendarat sesuai rencana di lepas pantai Florida pagi ini, waktu Australia.

    Keempat astronot sudah dikeluarkan dari kapsul dengan selamat.

    ‘Power bank’ penyebab kebakaran pesawat Air Busan

    Kebakaran yang menghancurkan pesawat Air Busan pada bulan Januari memicu agar ada pemeriksaan lebih soal keamanan baterai lithium-ion.

    Hasil investigasi sementara yang dirilis oleh kementerian transportasi Korea Selatan menemukan bahwa ‘Power bank’ yang rusak kemungkinan menjadi penyebab kebakaran yang melanda pesawat tersebut di Bandara Internasional Gimhae Korea Selatan itu.

    Kebakaran bermula di kompartemen bagasi pesawat Air Busan A321 hingga membuat semua 176 penumpang di dalamnya mengungsi.

    Api membakar setengah dari badan utama pesawat dan melukai tujuh orang.

    Rusia sepakat tidak serang sumber energi Ukraina

    Presiden Vladimir Putin menolak usulan gencatan senjata penuh dan segera selama 30 hari di Ukraina, setelah menelepon Presiden Donald Trump.

    Tapi Presiden Putin memerintahkan militernya untuk dengan segera berhenti menyerang infrastruktur energi Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Ukraina akan mendukung usulan tersebut, dan ia pun berharap untuk segera berbicara dengan Presiden Trump.

    “Saya pikir akan tepat jika kita akan berbicara dengan Presiden Trump dan kita akan mengetahui secara rinci apa yang ditawarkan Rusia kepada Amerika Serikat atau apa yang ditawarkan Amerika Serikat kepada Rusia,” kata Presiden Zelenskyy, menurut penerjemah kantor berita Reuters.

    Lihat juga Video: Alasan Netanyahu Kembali Gempur Gaza, Tuding Hamas Ogah Bebaskan Sandera

  • Serangan Israel di Gaza Tewaskan 400 Orang, Netanyahu: Ini Baru Permulaan

    Serangan Israel di Gaza Tewaskan 400 Orang, Netanyahu: Ini Baru Permulaan

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa rentetan serangan mematikan di Gaza pada Selasa (18/3) “hanyalah permulaan” dari tindakan Israel terbaru di wilayah Palestina tersebut.

    “Hamas telah merasakan kekuatan tangan kita dalam 24 jam terakhir. Dan saya ingin berjanji kepada Anda — dan mereka — ini hanyalah permulaan,” kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi, dilansir kantor berita AFP, Rabu (19/3/2025).

    “Mulai sekarang, negosiasi hanya akan berlangsung di bawah serangan,” kata Netanyahu, seraya menambahkan: “Tekanan militer sangat penting untuk pembebasan sandera tambahan”.

    Serangan udara Israel pada hari Selasa tersebut, yang terbesar sejak gencatan senjata di Gaza berlaku pada bulan Januari, menewaskan lebih dari 400 orang di seluruh Jalur Gaza. Demikian menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai kelompok Hamas tersebut.

    Israel berjanji untuk terus bertempur hingga semua sandera yang ditawan oleh Hamas dipulangkan.

    Dari 251 sandera yang ditawan selama serangan Hamas ke Israel pada Oktober tahun lalu, 58 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 34 sandera yang menurut militer Israel telah tewas.

    Keluarga sandera menuduh Netanyahu “mengorbankan” nyawa kerabat mereka dengan memerintahkan serangan besar-besaran di Gaza pada Selasa (18/3).

    “Tekanan militer tidak akan menyelamatkan para sandera – kami tahu ini dari pengalaman kami sendiri”, kata mantan sandera Yair Horn dalam sebuah pernyataan kepada pers di Tel Aviv, bersama dengan para bekas sandera dan kerabat lainnya.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara di seluruh dunia mengutuk serangan Israel tersebut. Adapun para keluarga sandera Israel memohon kepada Netanyahu untuk menghentikan kekerasan, karena khawatir akan nasib orang-orang yang mereka cintai.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini