Studi: Lebih dari 1 Miliar Orang di Seluruh Dunia Alami Obesitas, Ini Sebabnya

5 March 2024, 9:43

Ilustrasi pria mengalami obesitas. Foto: VladOrlov/ShuterstockDalam studi baru yang terbit di jurnal medis Lancet para peneliti menemukan bahwa lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia kini menderita obesitas dan jumlahnya empat kali lipat lebih banyak sejak tahun 1990.“Epidemi ini melanda negara-negara miskin dan angkanya meningkat lebih cepat di kalangan anak-anak dan remaja ketimbang orang dewasa,” papar studi tersebut yang penelitiannya dilakukan bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).Studi yang dirilis berdekatan dengan Hari Obesitas Sedunia pada 4 Maret 2024 ini menyebut, diperkirakan ada sekitar 226 juta orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang mengalami obesitas pada 1990. Angka ini meningkat menjadi 1 miliar orang pada 2022.Francesco Branca, direktur nutrisi di WHO, mengatakan kenaikan angka satu miliar orang mengalami obesitas ini terjadi jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, yang awalnya diprediksi bakal terjadi pada tahun 2030.Untuk mengetahui angka perkiraan ini, para peneliti menganalisis pengukuran berat dan tinggi badan lebih dari 220 juta orang di lebih dari 190 negara. Berdasarkan analisis, mereka memperkirakan ada 504 juta perempuan dewasa dan 374 juta laki-laki yang mengalami obesitas di tahun 2022.Ilustrasi anak obesitas Foto: ShutterstockStudi juga menyebut angka obesitas pada laki-laki meningkat hampir tiga kali lipat (14 persen) sejak 1990 dan lebih dari dua kali lipat pada perempuan (18,5 persen). Selain itu, sekitar 159 juta anak-anak dan remaja hidup dengan obesitas pada 2022, naik dari 31 juta pada tahun 1990.Obesitas ini telah meningkatkan orang terkena penyakit kronis dan kompleks, disertai dengan risiko kematian yang lebih tinggi akibat penyakit jantung, diabetes, dan kanker tertentu. Kelebihan berat badan juga meningkatkan risiko kematian selama pandemi virus corona.Negara-negara di Polinesia dan Mikronesia, Karibia, Timur Tengah, dan Afrika Utara adalah negara yang masyarakatnya paling banyak mengalami obesitas.“Negara-negara ini memiliki tingkat obesitas yang lebih tinggi dibandingkan banyak negara industri berpendapatan tinggi, khususnya di Eropa,” kata studi tersebut.“Dulu kita cenderung menganggap obesitas sebagai masalah orang kaya, sekarang menjadi masalah dunia,” kata Branca yang menyoroti perubahan gaya hidup di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.Ilustrasi junk food. Foto: ShutterOK/ShutterstockKualitas makanan buruk bikin obesitasTransformasi sistem pangan yang sangat cepat nyatanya tidak melulu memberi dampak positif. Majid Ezzati dari Imperial College London yang merupakan penulis utama studi mengatakan, ada tanda-tanda obesitas mulai menurun di beberapa negara Eropa selatan seperti Prancis dan Spanyol, terutama bagi perempuan.Namun, di sebagian besar negara, terdapat lebih banyak orang yang menderita obesitas ketimbang orang yang kekurangan berat badan. Pola makan buruk menjadi faktor utama terjadinya obesitas tersebut.“Studi ini menyoroti pentingnya mencegah dan mengelola obesitas sejak awal hingga dewasa, melalui pola makan, aktivitas fisik, dan perawatan yang memadai, sesuai kebutuhan,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.“Kembali ke jalur yang benar untuk memenuhi target global dalam mengurangi obesitas membutuhkan kerja sama dari sektor swasta yang harus bertanggung jawab atas dampak kesehatan dari produk mereka.”Saat ini, WHO mendukung agar minuman manis dikenakan harga dan pajak lebih tinggi, membatasi pemasaran makanan tidak sehat kepada anak-anak, dan meningkatkan subsidi makanan sehat.Ya bagaimanapun, satu-satunya cara menangani obesitas adalah membuat masyarakat hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan tinggi gizi dan rendah lemak, dan rajin berolahraga.

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi