Stem Cell hingga Eksosom, Terobosan Baru di Kedokteran Regeneratif

Stem Cell hingga Eksosom, Terobosan Baru di Kedokteran Regeneratif

JAKARTA – Seiring bertambahnya usia penduduk Indonesia, kebutuhan akan perawatan kesehatan yang lebih personal dan berkelanjutan semakin meningkat. Menurut laporan Asia-Pacific Population Report 2024, sekitar 11,1 persen penduduk Indonesia kini berusia di atas 60 tahun, sementara 7,3 persen di antaranya sudah memasuki kelompok lansia 65 tahun ke atas.

Kondisi ini memunculkan tantangan baru dalam menjaga kualitas hidup, terutama terkait penuaan, penyakit kronis, dan penurunan fungsi tubuh. Salah satu inovasi yang mulai berkembang adalah terapi berbasis sel. Terapi ini mencakup pemanfaatan sel punca (stem cell), sel natural killer (NK), hingga eksosom, yang dirancang untuk membantu proses regenerasi jaringan, memperbaiki kerusakan sel, hingga mendukung sistem kekebalan tubuh.

Konsep ini sekaligus membuka jalan menuju personalized medicine atau pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi unik setiap pasien.

Di Indonesia sendiri, sejumlah fasilitas medis telah memperoleh standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM untuk memproduksi terapi sel dengan kualitas terjamin.

Sertifikasi ini menjadi satu hal penting karena memastikan keamanan sekaligus membuka akses yang lebih luas bagi pasien yang membutuhkan pilihan di luar terapi standar.

“Selain menjadi tonggak pencapaian suatu bisnis, sertifikasi CPOB ini juga menjadi bukti standarisasi dan keamanan proses produksi terapi sel kami. Sertifikasi ini memungkinkan kami menyediakan layanan terapi sel yang lebih aman dan dapat diandalkan bagi pasien di Indonesia, dan kami akan terus memperluas solusi personalisasi ke depannya,” ungkap Baik In Hyun, Head of Business Unit Daewoong Pharmaceutical Indonesia (DPI) dalam keterangannya. 

Kehadiran terapi sel tidak hanya terkait dunia medis, tetapi juga mulai menyentuh ranah gaya hidup modern, seperti perawatan anti-penuaan, kesehatan mental, hingga wisata medis.

Beberapa klinik di Indonesia, termasuk di Bali, bahkan menawarkan paket perawatan berbasis sel punca yang dipadukan dengan pengalaman wellness ala K-Beauty.

Fenomena ini menunjukkan kesehatan kini dipandang bukan sekadar bebas dari penyakit, tetapi juga bagaimana menjaga vitalitas, penampilan, dan kualitas hidup di usia lanjut.

Meski demikian, para ahli menekankan pentingnya edukasi dan regulasi agar masyarakat tidak terjebak pada klaim berlebihan terkait efektivitas dari terapi stem cell.

Sejak mendirikan kantor perwakilan di Jakarta pada tahun 2005, Daewoong telah menjalankan pertumbuhan berkelanjutan melalui lokalisasi dan alih teknologi selama lebih dari 20 tahun.

Pada 2012, perusahaan membangun pabrik biofarmasi pertama di Indonesia, Daewoong Infion, yang memproduksi EPO (Erythropoietin) dan EGF (Epidermal Growth Factor) bersertifikat halal. Penambahan fasilitas produksi sel punca terbaru ini semakin memperkuat infrastruktur kedokteran regeneratif di Indonesia.

“Melalui kolaborasi erat dengan rumah sakit dan tenaga kesehatan nasional, harapannya ke depan masyarakat bisa mendapatkan akses lebih luas ke terapi inovatif, baik untuk kebutuhan medis maupun peningkatan kualitas hidup,” pungkas Baik In Hyun.