Spiritualitas Ramadan di Era Digital: Antara Kesalehan dan Distraksi

Spiritualitas Ramadan di Era Digital: Antara Kesalehan dan Distraksi

Ramadan merupakan bulan suci yang penuh keberkahan, di mana umat Islam berusaha meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, di antaranya mempergunakan alat teknologi, kemajuan teknologi membawa banyak manfaat dalam kehidupan kita, termasuk dalam urusan ibadah. 

Kini, kita bisa dengan mudah mengakses kajian keislaman, membaca Al-Qur’an secara digital, hingga mendapatkan pengingat salat melalui aplikasi. Namun, di sisi lain, era digital  juga menghadirkan tantangan yang tidak ringan. Media sosial, hiburan daring, dan arus informasi yang tiada henti sering kali mengalihkan perhatian kita dari tujuan utama Ramadan.  

Betapa banyak waktu kita yang terbuang untuk sekadar menggulir layar ponsel, mengikuti tren di media sosial, atau menonton hiburan yang tidak bermanfaat. Padahal, bulan Ramadan adalah kesempatan bagi kita untuk menata kembali kehidupan spiritual kita, mengendalikan hawa nafsu, serta membiasakan diri dengan amalan-amalan yang mendekatkan  kita kepada Allah.  

Allah جل جلاله berfirman dalam Al-Qur’an:  

وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ࣙالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًاۗ 

“Adapun orang yang beriman dan beramal saleh mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.” (QS. Al-Kahfi: 88)  

Dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga bersabda:  

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi) 

Dari ayat dan hadis ini, kita dapat memahami bahwa menjaga kesalehan tidak hanya tentang memperbanyak ibadah, tetapi juga tentang menyaring aktivitas yang benar-benar bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat.  

Maka, bagaimana cara kita agar tetap fokus beribadah di bulan Ramadan tanpa teralihkan oleh distraksi digital?  

Pertama, kita perlu menetapkan batasan dalam penggunaan teknologi. Gunakan media sosial secara bijak, dan manfaatkan teknologi hanya untuk hal-hal yang mendukung ibadah, seperti membaca Al-Qur’an digital atau mengikuti kajian keislaman.  

Kedua, biasakan menghindari konten-konten yang tidak bermanfaat. Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajarkan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri  dari perkataan sia-sia dan perbuatan yang tidak mendekatkan diri kepada Allah. Dengan hadis Rasulullah  صلى الله عليه وسلم :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak  butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)  

Dari hadis ini, jelas bahwa keberhasilan puasa tidak hanya diukur dari aspek fisik, tetapi juga dari pengendalian diri terhadap hal-hal yang sia-sia, termasuk distraksi digital. Dengan memahami hakikat puasa sebagai bentuk tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), seorang Muslim diharapkan mampu mengendalikan godaan digital yang bisa mengurangi esensi ibadah Ramadan. 

Oleh karena itu, mari kita gunakan waktu di bulan Ramadan ini dengan lebih banyak membaca Al-Qur’an, berzikir, bersedekah, dan memperbanyak doa. Jangan sampai gadget kita  justru menjadi penghalang bagi kita untuk meraih pahala yang besar di bulan yang mulia ini.  

Ketiga, jadikan Ramadan sebagai momentum untuk membentuk kebiasaan baru yang lebih baik. Setelah bulan suci ini berlalu, kita harus tetap mempertahankan pola hidup yang  lebih islami, termasuk dalam cara kita menggunakan teknologi. Kurangi ketergantungan pada media sosial, perbanyak interaksi langsung dengan keluarga dan lingkungan, serta teruslah menjaga ibadah agar tetap istikamah.  

Era digital menghadirkan tantangan dan peluang bagi umat Islam dalam menjalani Ramadan. Sementara teknologi dapat menjadi alat yang memperkaya ibadah, ia juga bisa menjadi penghalang bagi kesalehan jika tidak dikelola dengan baik. 

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan strategi untuk tetap menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan  fokus ibadah. Dengan cara ini, Ramadan dapat menjadi bulan yang benar-benar membawa  peningkatan spiritual tanpa teralihkan oleh distraksi digital. 

Sebagai penutup, marilah kita jadikan Ramadan ini sebagai ajang refleksi dan  transformasi diri. Jangan biarkan teknologi menguasai waktu kita, tetapi gunakanlah ia sebagai alat untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, kita dapat menjalani  Ramadan dengan penuh keberkahan, tanpa kehilangan esensi spiritual yang seharusnya kita  raih di bulan yang mulia ini.  

Lebih dari itu, Ramadan bisa menjadi momentum bagi umat Islam untuk membentuk kebiasaan digital yang lebih sehat. Dengan mengendalikan konsumsi media sosial, menyaring informasi yang bermanfaat, serta menjadikan teknologi sebagai alat pendukung ibadah, umat Islam dapat menjadikan Ramadan sebagai bulan pembelajaran spiritual yang berdampak  jangka panjang dalam kehidupan sehari-hari. 

Semoga Allah جل جلاله memberikan kita kekuatan untuk menjalani ibadah dengan khusyuk  dan menjadikan Ramadan sebagai momentum perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.  

*Penulis adalah mahasiswa/i Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)