Lamongan (beritajatim.com) – Usianya boleh saja sudah menyentuh angka 80, tapi semangat hidup dan keyakinan Nenek Lasinah seakan tak pernah menua. Warga Desa Bogo Harjo, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan ini membuktikan bahwa impian besar bisa terwujud dengan kesabaran dan ketulusan.
Perjalanan Nenek Lasinah sampai mendapat kesempatan bernagkat haji tahun ini, begitu menginspirasi. Bukan hanya karena usianya yang sudah senja, tapi juga kerja keras, ketelatenan, kesabaran dan tekad yang kuat untuk mewujudkan impiannya menunaikan rukun Islam yang kelima.
Setiap hari, Nenek Lasinah jalan kaki berkeliling dari dusun ke dusun, menjajakan beragam jajanan tradisional dan bumbu dapur, untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Penghasilannya disisihkan sedikit demi sedikit untuk mewujudkan impiannya berangkat ke Tanah Suci.
Nenek Lasinah memulai aktivitasnya sejak pagi buta. Mulai membuat jajanan tradisional, lalu pergi ke pasar untuk kulakan bumbu dapur, kemudian dilanjutkan berkeliling untuk menjajakan dagangannya.
“Uangnya ya dari jualan. Menambung sendiri ndak minta anak. Takut malah anaknya kepikiran,” kata Nenek Lasinah.
Saking lamanya menabung, nenek yang telah dikaruniai tiga anak dan sembilan cucu ini sampai lupa berapa lama mengumpulkan uang untuk keperluan ibadah haji.
“Ndak tahu (berapa lama), ndak pasti,” ucapnya.
Nenek Lasinah mengaku sudah lama ingin menunaikan ibadah haji. Tekad untuk pergi ke Tanah Suci pun dibulatkan dan mendaftar bersama sang suami. Sayangnya, suami tercinta lebih dulu meninggal dunia.
Di mata tetangganya, nenek Lasinah adalah sosok yang baik dan murah hati. Meskipun mengumpulkan uang dengan susah payah, tapi tak pelit untuk meminjamkan uangnya kepada tetangga yang membutuhkan.
“Beliau itu setiap hari Jumat ikut ngaji, dan setiap Jumat Wage itu dia juga menyisihkan uangnya untuk disumbangkan ke masjid. Sebesar 500 ribu,” kata Abu Naim, salah satu tetangga nenek Lasinah asinah.
Nenek Lasinah juga dikenal sebagai sosok yang mandiri, tidak mau membebani anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Dia memilih tetap bekerja dengan berjualan keliling, untuk memenuhi kebutuhan dan tabungan haji.
“Masya Allah. Luar biasa semangat untuk bekerja, dia tidak mau istirahat. Katanya kalau berhenti tidak berjualan, badanya itu malah pegel-pegel, malah capek katanya. Beliau tidak bergantung dan tidak mau mengganggu anaknya sama sekali. Inilah mbah Lasinah. Luar biasa memang,” ucap Naim. [fak/aje]
