Magetan (beritajatim.com) – Sosok ikonik Gunung Lawu. Mbok Yem, atau yang memiliki nama asli Wakiyem, sosok legendaris yang dikenal sebagai pemilik warung tertinggi di Hargo Dumilah, Jalur Pendakian Gunung Lawu, meninggal dunia pada Selasa (23/4/2025) siang di usia 81 tahun. Mbok Yem menghembuskan napas terakhir di kediamannya yang berada di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan.
Mbok Yem dikenal sebagai figur ikonik bagi para pendaki Gunung Lawu. Setiap pendaki yang tiba di puncak hampir pasti mengenal warung kecilnya yang menjadi tempat istirahat dan penghangat suasana di tengah dinginnya ketinggian gunung. Sosoknya yang bersahaja dan ramah menjadikannya ibu bagi banyak pendaki dari berbagai daerah.
“Kondisi Mbok Yem sudah drop tidak mau makan minum sudah tiga hari. Hanya minum susu sedikit. Rencananya Jumat (25/4/2025) Mbok Yem harus kontrol kedua,” kata Saiful Bachri, cucu Mbok Yem.
Menurut Saiful, sebelum meninggal dunia, Mbok Yem masih menunjukkan sedikit semangat hidup. “Kemarin (Selasa) masih minta mandi, lalu tidur sampai meninggal ini,” ungkapnya.
Kepala Dusun Dagung, Sugeng Sucipto, mengonfirmasi bahwa Mbok Yem wafat sekitar pukul 14.00 WIB. Ia menyebutkan bahwa kondisi kesehatan Mbok Yem sudah cukup parah akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Sebelumnya, almarhumah sempat menjalani perawatan intensif di RS Siti Aisyiyah Ponorogo selama 19 hari. Menjelang Lebaran, beliau dipulangkan untuk dirawat di rumah.
“Kondisinya di rumah sebenarnya sudah membaik, namun akhir-akhir ini kondisinya melemah kemudian pukul 14.00 ini Mbok Yem menghembuskan nafas yang terakhir,” katanya.
Sugeng menambahkan, “Kondisinya sudah sangat lemah sekali. Hampir satu bulan Mbok Yem dirawat di rumah dan akhirnya meninggal dunia.”
Tak hanya dikenal di kalangan pendaki, Mbok Yem juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan masyarakat sekitar. Ia digambarkan sebagai pribadi yang dermawan dan suka menolong tetangga meskipun lebih sering tinggal di Gunung Lawu dan hanya turun ke rumah setahun sekali saat Lebaran.
“Mbok Yem dimakamkan pada Kamis malam, karena masih menunggu anaknya tiba. Dimakamkan satu lokasi dengan suaminya (Kamsir) di lingkungan setempat yang berjarak 1 kilometer dari rumahnya,” pungkasnya.
Kepergian Mbok Yem meninggalkan kesedihan mendalam, tidak hanya bagi keluarganya, tetapi juga komunitas pendaki dan masyarakat sekitar yang mengenalnya sebagai sosok penuh kasih dan keteguhan hidup di tengah alam pegunungan. [fiq/kun]
