Jakarta, Beritasatu.com – Kasus dokter cabul yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap pasiennya belakangan tengah banyak mendapat sorotan publik.
Sosiolog Andreas Budi Widyanta memandang kasus ini sebagai bagian dari persoalan yang jauh lebih luas dan belum sepenuhnya terungkap. Ia menyebut peristiwa ini sebagai fenomena gunung es.
“Perspektif sosiologis, kita bisa melihat bahwa memang kasus-kasus seperti ini yang muncul ke permukaan itu seperti halnya fenomena gunung es. Itu yang nampak,” kata Andreas kepada Beritasatu.com, Minggu (20/4/2025).
Andreas menjelaskan bahwa masih ada banyak kasus serupa yang belum terlihat atau tidak terangkat ke ranah publik.
Menurutnya, hal ini terjadi karena berbagai faktor kompleks yang menyelimuti kasus dokter cabul dan kasus-kasus sejenis, sehingga luput dari perhatian dan belum menjadi isu sosial yang mendapat sorotan luas.
“Ada problem laten yang itu tersembunyi dan belum mencuat sebagai persoalan publik yang diketahui oleh publik. Secara sosiologis sebetulnya ada banyak faktor kompleksitas itu. Yang pertama adalah sebetulnya tentu saja kita perlu melihat yang aspek psikologis dari si pelaku,” ucapnya.
Ia menilai penting untuk mencermati pembentukan kepribadian seseorang sejak usia dini hingga dewasa.
Dalam proses itu, kemungkinan terdapat berbagai pengalaman traumatis atau gangguan psikologis yang memengaruhi perilaku individu di masa mendatang.
“Dan seringkali ini juga menimbulkan persoalan psikososial, menjadi patologi sosial yang juga berbahaya bagi orang lain. Maka, ini sering kita sebut sebagai kelainan seksual atau apapun sepertinya,” tutur Andreas, menegaskan bahwa kasus dokter cabul semacam ini tidak bisa dipandang sebagai insiden tunggal, melainkan bagian dari persoalan sosial yang lebih dalam.
