Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan dampak seruak udara dingin dari dataran Siberia yang akan terjadi di wilayah Indonesia. Menurut Dwikorita, skenario terburuk dampak dari seruak udara dingin Siberia bisa menyebabkan banjir Jabodetabek seperti 2020 lalu.
“Contoh yang sudah terjadi pada 2020 pada Januari, kondisi terparah adalah Jabodetabek banjir saat itu, itu akibat kami mendeteksi seruak udara dingin tadi,” ujar Dwikorita saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR di gedung DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Seruak udara dingin Siberia tersebut, kata Dwikorita, juga bisa berdampak ringan seperti pernah terjadi olengnya kapal yang telah bersandar di pelabuhan Merak.
“Tiba-tiba kapal yang sudah parkir ini oleng karena seruak angin ini kapalnya oleng sementara masih ada yang menyeberang. Jadi waktu itu satu truk masuk ke laut dan satu mobil masuk ke laut,” jelas dia.
Menurut Dwikorita, dampak seruak udara dingin Siberia tersebut terjadinya peningkatan kecepatan angin. Bahkan, bisa memicu gelombang tinggi.
“Perlu diwaspadai bisa tinggi kecepatan angin terutama untuk pelayaran kemudian juga gelombang tinggi,” tandas Dwikorita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seruak dimaknai sebagai kenaikan tekanan atmosfer yang lebih tinggi daripada kenaikan akibat gerakan lembangan atau antisiklon di sekitarnya. Dampak seruak udara dingin Siberia ini patut diwaspadai lantaran berdampak signifikan di wilayah barat Indonesia, termasuk Selat Sunda, Banten, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.