Liputan6.com, Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Muhammad Qadari mengatakan, pihaknya akan mengkaji skema impor bahan bakar minyak (BBM) satu pintu lewat Pertamina. Ia menegaskan, kajian ini membutuhkan waktu tetapi diharapjan dapat menjadi masukan.
“Mohon waktu, karena ini masih transisi dan ini juga isu relatif baru muncul di media, kita mau kaji yang mudah-mudahan nanti kajian-kajian dari KSP ini bisa menjadi masukan, bila perlu pembanding,” ujar Qodari di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, (18/9/2025), seperti dikutip dari Antara.
Qodari menuturkan, setiap kebijakan lahir dari niat baik, namun karena isu impor BBM berkaitan dengan masalah sosial yang kompleks dan melibatkan banyak pihak, sering kali muncul implikasi yang tidak diinginkan.
Dia menilai, kondisi tersebut bisa diibaratkan sebagai titik buta atau blind spot dalam mengemudi.
Qodari menegaskan, pentingnya membangun mekanisme agar potensi blind spot tersebut dapat diidentifikasi sejak awal.
Dengan demikian, kata dia, kebijakan yang dijalankan diharapkan tidak menimbulkan pro dan kontra, kontroversi, ataupun kerugian di kemudian hari.
“Mudah-mudahan kita akan membangun suatu mekanisme di mana blind spot-blind spot itu bisa di identifikasi dari awal begitu, sehingga tidak menjadi pro kontra, kontroversi atau kerugian di kemudian hari mudah-mudahan,” ujar dia.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2724885/original/043387900_1549782641-20190210-Pertamina-Turunkan-Harga-BBM-Angga1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)