Sinergi Bersama Antisipasi Karhutla 2024

15 March 2024, 6:59

Menkopolhukam Hadi Tjahjanto didampingi Menteri LHK Siti Nurbaya dalam Rapat Koordinasi Khusus Antisipasi dan Penanggulangan Karhutla.(KLHK)

SINERGI berbagai pihak dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berhasil menekan secara signifikan luas area terbakar dari tahun ke tahun. Tahun lalu, dengan fenomena El Nino yang menimbulkan kekeringan, luas karhutla turun 29,95% atau berkurang sekitar 488.064,65 hektare dibandingkan 2019.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyampaikan, titik panas atau hotspot juga mengalami tren penurunan. Dari sekitar 70 ribu pada 2015 menjadi 29 ribu pada 2019, dan terakhir 14 ribu pada 2023 (Terra-Aqua NASA confident level high). Hasil perhitungan luas karhutla per Desember 2023 mencapai 1,16 juta hektare.
“Tetapi ternyata 370.000 hektare dari 1,16 juta hektare itu adalah padang rumput. Jadi habis terbakar dia hijau kembali seperti di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan juga Papua Selatan,” ungkap Siti dalam Rapat Koordinasi Khusus Antisipasi dan Penanggulangan Karhutla Tahun 2024, Kamis (14/3).
Baca juga : Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla Dimulai Februari 2024
Area karhutla di beberapa provinsi memang rawan masih cukup tinggi. Provinsi yang menempati lima teratas karhutla di Indonesia yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Papua Selatan, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat. Karhutla di daerah-daerah tersebut banyak yang terjadi di lahan terlantar atau tak bertuan.
Untuk itu, sejumlah tantangan menanti pada 2024 ini. Menteri LHK menjelaskan, bulan-bulan berat untuk penangan karhutla terjadi mulai Juli hingga November. Hingga 29 Februari, kebakaran hutan sudah mencapai 10.900 hektare.
‘’Yang di gambutnya masih 1.000-an hektare. Ini masih dijaga dengan baik oleh kawan-kawan di daerah. Kita mesti waspada di Kalimantan Timur dan sebagian di Riau juga masih harus diwaspadai dan di Aceh. Kalau lihat akumulasinya dari sisi hutan dan non-hutan, hutannya itu ternyata 11,82%, lainnya di areal-areal masyarakat. Itu juga tidak bertuan,” ungkap Menteri Siti. Baca juga : Jumlah Titik Panas September Tertinggi Sepanjang 2023
Menurut Siti, upaya pemadaman telah dilakukan dengan baik oleh pemangku kepentingan di daerah. Setelah kejadian karhutla besar pada 2019, lanjutnya, pemerintah tetap memakai pendekatan penanganan analisis iklim dan langkah monitoring wilayah modifikasi cuaca.
“Kemudian patroli, deteksi dini, pemadaman, juga penegakan hukum dan pengembangan partisipasi masyarakat. Kita di Indonesia partisipasi masyarakatnya ternyata sangat baik,” ujarnya.
Langkah penanganan dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca juga terus dilakukan. Menteri LHK juga mengapresiasi upaya Menteri Dalam Negeri bersama Kapolda dan Pangdam untuk memetakan desa-desa sasaran. Termasuk pemanfaatan Biaya Tidak Terduga APBD dan rencana Dana Desa dimanfaatkan untuk pengendalian karhutla di desa rawan bencana.“Ini sudah ada datanya, setiap waktu terus kita improve,” kata Siti. Baca juga : Menteri LHK Optimistis RI Bisa Kendalikan Kekeringan dan Karhutla Akibat El Nino
El Nino moderat
Sementara berdasarkan laporan BMKG, El Nino moderat masih bertahan pada Maret 2024. Indeks ENSO diprediksi turun secara gradual menuju netral pada April 2024.
“Sesuai dengan prediksi BMKG, El Nino masih terjadi pada 2024 ini. Prediksi pada bulan Mei, Juni, dan Juli, itu bisa netral, dan berakhir pada akhir 2024. Masih terjadi potensi kebakaran hutan dan lahan,” ujar Menko Polhukam Hadi Tjahjanto yang hadir memimpin Rakorsus Antisipasi dan Penanggulangan Karhutla 2024. Baca juga : Masuk Musim Kemarau, Sejumlah Wilayah Mulai Rawan Karhutla
Ia menyampaikan, karhutla pada April-Juni diprediksi tidak terlalu tinggi. Namun pada Mei mulai tinggi di wilayah Nusa Tenggara.
“Pada Juli, Agustus, September, itu makin meningkat di wilayah Riau, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah,” katanya. Namun untuk Jawa-Bali dan Nusa Tenggara diprediksi sudah terjadi kekeringan pada April.
Untuk antisipasi karhutla, Hadi meminta TNI, Polri, kepala daerah, stakeholder, masyarakat, untuk bahu-membahu dalam upaya mitigasi. Pemerintah juga sudah menyiapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilaksanakan mulai Maret sampai September.
“Kita sudah memiliki data termasuk sudah didukung oleh BMKG, BRIN, dan TNI untuk menyiapkan alutsista serta teknologi modifikasi cuaca di daerah-daerah yang kita antisipasi,” katanya
Hadi juga mengingatkan agar lahan gambut dijaga supaya tetap dalam kondisi basah. Koordinasi sudah dilakukan untuk tetap menjaga kondisi basah gambut tersebut dengan melihat tinggi muka air (TMA) di seluruh wilayah gambut.
“Dan ini akan kita terus pantau. Antisipasinya adalah setelah lebaran ini kita sudah harus di lapangan untuk mengantisipasi terjadinya karhutla. Saya yakin dengan sinergi dan kolaborasi dari kementerian/lembaga, dan di lapangan TNI/Polri, pemerintah daerah dan masyarakat saling bahu-membahu maka kejadian karhutla ini tahun 2024 bisa kita tekan atau eliminir,” pungkasnya. (S-1/Z-11)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi