Silaturahim Adit dan Zaka: Merangkai Literasi dan Pertanian untuk Pemuda Desa

Silaturahim Adit dan Zaka: Merangkai Literasi dan Pertanian untuk Pemuda Desa

Gresik (beritajatim.com) – Pertemuan inspiratif terjadi di Desa Sambogunung, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jumat siang (30/5/2025). Founder Gemar Maos, Aditya Akbar Hakim, melakukan kunjungan silaturahim ke markas komunitas Bangga Petani Muda yang dikomandoi oleh Zaka bin Usman.

Pertemuan dua sosok muda dengan visi besar ini membuka perspektif baru tentang bagaimana literasi dan pertanian bisa menjadi jalan sejahtera bagi generasi muda.

Bangga Petani Muda telah dikenal luas di wilayah Gresik Pantura. Setahun terakhir, komunitas ini mencuri perhatian publik berkat inovasi dan kreativitas mereka di sektor pertanian, terutama melalui kanal YouTube yang dikelola secara profesional. Dengan pendekatan yang segar dan visioner, mereka mampu mengolah konten menarik sekaligus membangun bisnis berkelanjutan dari lahan pertanian.

Zaka bin Usman, pendiri komunitas tersebut, mengusung spirit: selama pangan tak tergantikan, maka bisnis pertanian akan selalu menjanjikan. Sebuah pandangan strategis yang tak hanya membuka lapangan kerja, tetapi juga menumbuhkan semangat kemandirian di tengah arus urbanisasi dan migrasi profesi anak muda ke sektor non-agraris.

“Saya datang ke Mas Zaka, dalam rangka pertama silaturahim. Kedua sinau tentang literasi kontekstual, bagaimana eksekusi terhadap literasi yang mensejahterakan. Dan ketiga, saya punya visi besar akhir tahun ini bisa mendirikan greenhouse di sebelah basecamp Gemar Maos,” ucap Adit, penulis buku sekaligus pengurus Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Jawa Timur.

Kehadiran Adit di markas Bangga Petani Muda mencerminkan sinergi dua bidang yang selama ini dipandang berbeda: literasi dan pertanian. Namun dalam praktiknya, keduanya memiliki titik temu yang kuat: sama-sama bertujuan menciptakan transformasi sosial dan ekonomi berbasis aksi nyata.

Zaka memulai kiprahnya sejak 2016. Ia tidak pernah membuat lamaran kerja seumur hidupnya. Sebaliknya, ia justru menjadi tujuan para pelamar kerja yang ingin bergabung dengan komunitasnya.

“Sekitar 2016 saya memulai, sampai detik ini saya sama sekali tidak pernah membuat lamaran kerja. Justru saya kerap didatangi para pelamar yang ingin ikut bergabung dengan Bangga Petani Muda,” tukas Zaka, alumni IPB yang kini menjadi role model petani muda.

Perjalanan Zaka dan komunitasnya memang bukan tanpa tantangan. Jalan panjang yang ia tempuh dipenuhi liku. Namun berkat konsistensi dan kecintaan terhadap profesi, ia mampu menjadikan pertanian sebagai panggung eksistensi sekaligus kontribusi nyata terhadap masyarakat.

Kini, kantor dan kebun greenhousenya hampir setiap hari dikunjungi banyak pihak, dari akademisi hingga pejabat pemerintahan.

Apa yang dikerjakan oleh Bangga Petani Muda merupakan aplikasi konkret dari konsep literasi kontekstual atau literasi berbasis inklusi sosial. Konsep ini tidak berhenti di tataran teori, tetapi telah dieksekusi dan dibuktikan dampaknya secara langsung.

Melalui pertanian, konten digital, dan semangat kolaborasi, mereka telah berhasil menaikkan taraf hidup dan memperluas pengaruh positif di kalangan pemuda desa.

Zaka telah membuktikan bahwa profesi petani bisa dijalani dengan kepala tegak, tanpa rasa gengsi. Ia menjadi teladan bagi generasi muda bahwa kemajuan tidak selalu berarti pindah ke kota, tapi bisa juga dengan menghidupkan desa. [suf]