PIKIRAN RAKYAT – Dunia sepak bola Indonesia kembali dikejutkan dengan sebuah insiden yang mencoreng integritas kompetisi.
Sebuah video yang viral di media sosial pada Jumat, 11 April 2025 memperlihatkan proses pengundian (drawing) Liga 4 yang diduga sarat akan kejanggalan.
Sorotan utama tertuju pada seorang pria berkacamata yang melakukan pengundian di bawah meja, sebuah tindakan yang memicu kecurigaan dan kemarahan dari berbagai pihak, termasuk Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir.
Rekaman singkat yang beredar luas tersebut memperlihatkan seorang pria mengenakan jersey Timnas Indonesia tengah membuka bola undian.
Namun, yang menjadi perhatian publik adalah caranya melakukan hal tersebut, yakni di bawah permukaan meja sehingga tidak ada visibilitas yang jelas mengenai proses pengambilan kertas undian di dalamnya.
Sontak, tindakan ini menimbulkan spekulasi liar di kalangan penggemar sepak bola dan pengamat, dengan banyak yang menduga adanya praktik tidak fair atau potensi manipulasi hasil undian.
Kekhawatiran utama adalah kemungkinan adanya pertukaran kertas undian saat berada di bawah meja, yang dapat menguntungkan pihak tertentu dan merugikan tim lainnya.
Profil Dessy Arfianto
Setelah video tersebut menjadi buah bibir dan memicu berbagai spekulasi, identitas pria yang melakukan drawing di bawah meja akhirnya terungkap.
Sosok tersebut adalah Dessy Arfianto, Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk periode 2023-2027.
Dilansir dari berbagai sumber, ia terpilih sebagai Ketua Asprov PSSI DIY dalam Kongres Biasa Asprov PSSI DIY yang diselenggarakan di Hotel Ros In, Yogyakarta, pada Sabtu, 6 Mei 2023.
Dalam pemilihan tersebut, ia berhasil meraih 17 suara, mengungguli dua kandidat lainnya, Nurmandi dan Endro Sulastomo, yang masing-masing mendapatkan lima suara. Satu calon lainnya, Sismantoro, memilih untuk mengundurkan diri dari bursa pemilihan.
Rekam Jejak di Dunia Sepak Bola
Dilansir dari akun LinkedIn-nya, Dessy Arfianto ternyata bukan sosok baru di kancah persepakbolaan nasional.
Selain menjabat sebagai Ketua Asprov PSSI DIY, Dessy ternyata juga menduduki posisi penting di tingkat pusat, yakni sebagai Deputi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI sejak tahun 2020.
Jabatan ini menunjukkan kedekatan dan kepercayaan yang diberikan oleh PSSI terhadap dirinya dalam pengelolaan organisasi sepak bola.
Pengalaman Dessy di dunia sepak bola juga terbilang mentereng. Berdasarkan informasi yang dihimpun, ia pernah mengemban tugas sebagai Match Commissioner Liga 1 dan Liga 2, sebuah peran penting dalam memastikan kelancaran dan integritas pertandingan.
Selain itu, Dessy juga terlibat dalam ajang olahraga internasional dan nasional, di antaranya sebagai Venue Manager Asian Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang, serta menjadi Technical Delegate Sepak Bola Putra pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Jayapura, Papua.
Dalam profil tersebut, tercantum juga riwayat pendidikannya di Universitas Islam Indonesia (UII) pada periode 1993-2000.
Selain berkiprah di organisasi sepak bola, Dessy Arfianto juga diketahui memiliki keterlibatan langsung dalam pembinaan sepak bola akar rumput sebagai Presiden klub Mataram Utama Manggala FC.
Dikritik Erick Thohir
Insiden drawing Liga 4 yang kontroversial ini tak pelak menuai reaksi keras dari PSSI. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, secara tegas menyampaikan keprihatinannya atas jalannya proses pengundian yang dinilai tidak profesional dan tidak transparan tersebut.
Melalui pernyataan resminya di Jakarta pada Jumat, 11 April 2025, Erick Thohir menekankan betapa pentingnya integritas dalam setiap kompetisi sepak bola di semua tingkatan.
“Kami menyesalkan pelaksanaan drawing Liga 4 yang berlangsung secara tidak profesional dan tidak transparan. Jangan pernah main-main dengan kompetisi Liga,” ujar Erick Thohir dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.
PSSI menilai bahwa kejadian ini telah menciderai semangat fair play yang seharusnya dijunjung tinggi dalam setiap pertandingan dan kompetisi.
Lebih jauh lagi, tindakan tersebut dianggap merusak kepercayaan publik terhadap sistem kompetisi sepak bola nasional yang sedang berusaha dibangun dan diperbaiki.
Sebagai bentuk respons tegas terhadap insiden ini, Erick Thohir secara eksplisit meminta agar drawing ulang segera dilakukan.
Ia menekankan bahwa proses drawing ulang harus dilaksanakan dengan prosedur yang jelas, adil, dan melibatkan seluruh pihak terkait agar tidak ada lagi celah untuk praktik-praktik yang mencurigakan.
“Kami mendesak agar dilakukan drawing ulang dengan prosedur yang jelas, adil, dan melibatkan semua pihak terkait,” tegas Erick Thohir.
Permintaan drawing ulang ini menunjukkan komitmen PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir untuk menjaga integritas dan kredibilitas setiap kompetisi sepak bola di Indonesia, termasuk Liga 4 yang merupakan salah satu fondasi penting dalam pembinaan pemain muda dan pengembangan sepak bola di tingkat daerah.
Dengan adanya permintaan drawing ulang dari PSSI, diharapkan proses pengundian Liga 4 akan dilaksanakan kembali dengan prosedur yang lebih transparan dan melibatkan perwakilan dari seluruh tim peserta.
Langkah ini penting untuk mengembalikan kepercayaan dan memastikan bahwa kompetisi berjalan dengan adil dan tanpa adanya keraguan.
Kejadian ini juga menjadi momentum bagi PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional prosedur (SOP) dalam setiap tahapan penyelenggaraan kompetisi, termasuk proses drawing.
Penggunaan teknologi, seperti live streaming dengan sudut pandang kamera yang jelas, dapat menjadi solusi untuk meningkatkan transparansi di masa depan.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News