JAKARTA – Serangan siber Rusia terhadap sistem Kementerian Kehakiman Ukraina menyebabkan penutupan layanan online untuk pernikahan dan urusan lainnya. Pemerintah Ukraina menyebut tidak ada data yang bocor atau dicuri.
“Rusia membutuhkan waktu beberapa bulan untuk mempersiapkan serangan siber tersebut,” kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Olha Stefanishyna, yang juga menteri kehakiman, kepada wartawan dilansir Reuters, Jumat, 20 desember.
Layanan online untuk pendaftaran pernikahan, mobil, kelahiran atau perubahan tempat tinggal di Ukraina ditangguhkan.
“Serangan itu bertujuan untuk menimbulkan kepanikan di antara warga Ukraina dan orang-orang di luar negeri,” kata Stefanishyna.
Departemen siber dinas keamanan Ukraina mengatakan penyelidikan utama pihaknya adalah kelompok peretas yang berafiliasi dengan intelijen militer Rusia (GRU) berada di balik serangan tersebut. Belum ada komentar dari Rusia.
“Kebocoran data belum terkonfirmasi hingga saat ini. Pada tahap ini, semua registrasi ditangguhkan demi alasan keamanan,” ujar Stefanishyna.
Diperlukan waktu hingga dua minggu untuk memulihkan layanan dasar.
Hingga Jumat sore, situs web kementerian menyatakan sistem layanan sedang dalam pemeliharaan teknis.
Baik Rusia dan Ukraina telah dilanda serangan siber terhadap infrastruktur mereka selama perang yang berlangsung selama 33 bulan. Operator jaringan seluler terbesar di Ukraina juga pernah diserang.