Situbondo (beritajatim.com) – Kios Dua Putra, toko yang menyediakan kebutuhan pertanian di lereng Gunung Argopuro, tepatnya di Desa Tlogosari, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo tengah lengang. Datang seorang petani mengendarai motor khas yang dia pakai setiap kali bekerja di ladang. Usai memarkir motor, petani itu mendekati etalase toko berbahan kayu sederhana yang pada bagian depan ditutup dengan anggitan kawat. Di dalamnya terpajang segala macam obat untuk tanaman.
Melihat petani tersebut, Umi Kulsum (52), pemilik toko yang akrab disapa Bu Da, segera menghampiri. Dia lalu bertanya apa keperluan petani tersebut. Lebih tepatnya, barang apa yang sedang dibutuhkan.
Si petani pun segera menanggapi bahwa dia sedang butuh pupuk. Setelah mengetahui maksud petani itu, Bu Da langsung mengambil ponsel, membuka aplikasi i-Pubers, dan menempatkan pada posisi kamera belakang menghadap ke petani. Lalu, Bu Da meminta si petani memandang ke arah kamera ponselnya.
Setelah menekan tombol capture, wajah petani itu sudah terekam di layar ponsel Bu Da. Proses pemindaian berjalan cepat. Lalu muncullah data si petani. Bu Da lalu meminta petani menunjukkan KTP asli. Difotonya KTP si petani untuk verifikasi data.
Di sudut lain, suaminya, Pak Fauzan, dengan cekatan membantu mengangkat dua karung pupuk subsidi jenis Urea seberat 50 Kilogram ke atas motor modif khas petani yang bisa menerjang curamnya jalur ke Tamankursi. Setelah semua proses selesai, si petani bisa pulang dengan senyum. Akhirnya, pupuk Urea yang petani butuhkan itu sudah didapat.
Potret di atas menjadi salah satu gambaran tentang bagaimana terjaminnya ketersediaan pupuk saat ini, yang cakupannya hingga daerah pelosok. Digitalisasi telah menghadirkan rasa lega bagi para petani lantaran mereka tak perlu lagi merasakan kecemasan akan ada tidaknya penyubur bagi komoditas yang mereka tanam.
Sementara di penjual, tidak ada lagi tumpukan buku manual yang rumit. Pelayanan kini sepenuhnya menggunakan sistem digitalisasi melalui aplikasi i-Pubers (Integrasi Pupuk Bersubsidi). Rasa lega pun terselip di benak para penjual pupuk.
Memutus Rantai Birokrasi Berbelit
Sistem pelayanan di Kios atau yang sekarang disebut sebagai Penerima Pada Titik Serah (PPTS) tidak lagi berjalan diselimuti ketidakpastian. Keandalan stok di gudang Bu Da dikawal secara berlapis dengan dua digitalisasi, yaitu i-Pubers di sisi pelayanan petani, dan aplikasi Rekan Kios untuk memastikan manajemen stok.
Aplikasi Rekan Kios memungkinkan PT Pupuk Indonesia memantau pergerakan stok secara real-time hingga ke level pengecer. Sebelum petani datang, sistem ini memastikan kuota pupuk tersedia di gudang.
Hal ini didukung oleh fakta bahwa stok di Kios Dua Putra pada tahun 2025 mencapai ratusan ton. Bahkan di Desember ini, Kios Dua Putra memiliki stok sebanyak 3,9 ton Urea N 46 persen dan 6,8 ton NPK Phonska. Angka itu mencerminkan kepercayaan besar pemerintah pada kapasitas kios sebagai garda terdepan.
Bagi Bu Da, aplikasi Rekan Kios menjadi “asisten” digital yang membuat manajemen gudangnya menjadi sangat rapi. Jika dulu ia harus membongkar tumpukan nota dan menghitung karung secara manual setiap malam, kini segalanya ada dalam genggaman ponsel.
“Lewat Rekan Kios, saya tidak perlu bingung lagi soal sisa stok. Setiap ada pupuk masuk dari distributor, langsung tercatat. Begitu ada petani menebus lewat i-Pubers, stok di aplikasi Rekan Kios otomatis berkurang. Saya bisa pantau kapan saja, bahkan saat stok menipis, sistem sudah memberi tanda. Ini sangat membantu kami yang sudah sepuh (lansia) supaya tidak ada kesalahan hitung,” jelas Bu Da.
Umi Kulsum (Bu Da) dan Pak Fauzan merasakan perbedaan drastis jika dibandingkan dengan dua dekade lalu. Dulu, pencatatan manual di buku tulis usang seringkali berbelit, melelahkan, dan rentan terjadi kesalahan.
“Tahun-tahun awal itu adalah ujian kesabaran. Sekarang, sistem i-Pubers jauh lebih memudahkan. Meski awalnya kami yang generasi tua ini harus beradaptasi dengan teknologi, manfaatnya nyata. Tidak ada lagi laporan manual yang melelahkan,” kenang Pak Fauzan yang mengaku untuk adaptasi teknologi dibantu oleh sang putri.
Kelebihan utama i-Pubers yang dirasakan oleh kios adalah sinkronisasi otomatis dengan data e-RDKK. Digitalisasi menuntut presisi tinggi, setiap penebusan wajib menggunakan KTP asli, foto wajah petani secara real-time, dan pelacakan posisi GPS. Hal ini memastikan setiap butir pupuk yang keluar dari kios memiliki jejak digital yang tidak bisa dimanipulasi.
“Bagi saya, sistem ini adalah pelindung. i-Pubers memastikan jatah petani aman, tidak ada lagi oknum yang bisa mencuri hak mereka. Dulu petani datang dengan wajah cemas karena takut pupuk habis atau jatahnya hilang, sekarang mereka pulang dengan senyum karena kepastian stok itu ada,” terang pria yang kini berusia 60 tahun itu.
Tahun 2025 menjadi angin segar bagi pemilik kios pupuk seperti Bu Da maupun petani. Kini wajah pertanian Indonesia lebih maju. Di tangan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan koordinasi ketat PT Pupuk Indonesia (Persero), sistem distribusi lama yang penuh celah kecurangan resmi ditinggalkan.
Aplikasi i-Pubers untuk penyediaan pupuk subsidi bagi petani. (Foto: Dani Alifian/beritajatim.com)
Senada dengan sang suami, bagi Bu Da, i-Pubers awalnya terasa seperti gunung yang lebih tinggi dari Argopuro, apalagi ia generasi yang sama sekali tak akrab dengan teknologi.
“Saya awalnya kesulitan, begitu juga petani di sini. Masalah terbesar di pelosok adalah kebiasaan. Banyak petani sepuh yang lupa membawa KTP, atau datanya belum sinkron di e-RDKK. Karena jalannya jauh dan susah, saya sering merasa iba kalau harus menyuruh mereka pulang lagi mengambil kartu,” cerita Bu Da.
Namun, ia sadar bahwa ketegasan adalah bentuk kasih sayang yang lebih besar. Ia mulai berperan sebagai edukator. Di sela melayani pembeli, ia menjelaskan bahwa sistem ini adalah pelindung petani. i-Pubers memastikan bahwa tidak ada lagi oknum yang bisa mencuri jatah pupuk mereka.
Transformasi digital ini memangkas jarak antara kebijakan di Jakarta dengan realitas di area lahan tanam. Tak ada lagi laporan manual yang melelahkan atau risiko manipulasi data. Segalanya menjadi transparan, adil, dan tepat sasaran.
Suara dari Ladang Tamankursi: Jaminan Pupuk untuk Masa Depan Anak
Kemudahan sistem i-Pubers dirasakan paling nyata oleh para petani di Desa Tamankursi, desa yang menjadi tanggungjawab kios Dua Putra dengan lokasi yang jauh lebih terpencil. Untuk mencapai desa ini, diperlukan waktu 30 menit berkendara ke arah selatan menyusuri jalanan curam dan berliku yang hanya bisa dilalui kendaraan pick-up.
Bagi petani di sini, pupuk bukan sekadar input pertanian, melainkan penentu apakah dapur tetap mengepul dan anak-anak bisa lanjut sekolah.
Mohammad Sutep, Ketua Kelompok Tani Melati, menceritakan betapa kontrasnya kondisi sekarang dibandingkan masa lalu.
“Dulu itu susah sekali, kami sering was-was. Apakah musim tanam kali ini ada pupuk? Kalau pupuk terlambat atau langka, seluruh rencana hidup kami berantakan. Sekarang dengan i-Pubers, ketersediaan jauh lebih terjamin. Kami merasa lebih aman karena setiap transaksi ada fotonya, ada buktinya, jadi tidak bisa dimainkan oknum,” ujar Sutep.
Bagi Sutep dan rekan-rekannya di Kelompok Tani Mawar dan Edelweis, kepastian stok juga penurunan harga sebesar 20 persen di tahun 2025 adalah anugerah besar. Mereka menggarap lahan miring di lereng Argopuro dengan komoditas utama padi untuk makan sehari-hari, serta jagung, kopi, dan tembakau untuk penghasilan.
“Padi kami makan sendiri untuk bertahan hidup. Tapi jagung, kopi, dan tembakau itu untuk masa depan anak. Kalau pupuk mahal atau langka, impian anak-anak kami untuk kuliah bisa kandas,” kata Sutep dengan yang lirih sekaligus haru.
Sutep mengapresiasi peran Kios Dua Putra yang tidak hanya sekadar melayani transaksi digital, tapi juga memberi pendampingan bagi petani sepuh yang kesulitan birokrasi.
“Kios Dua Putra sangat kasihan pada petani. Kalau ada KTP yang bermasalah atau data e-RDKK belum sinkron, putrinya Bu Da yang paling sibuk membantu mengurus ke dinas. Mator ksoon se rajeh (terima kasih yang sebesar-besarnya), ketersediaan pupuk sekarang benar mengawal produktivitas kami,” tutup Sutep.
Foto petani penerima pupuk subsidi usai proses pemindaian di aplikasi i-Pubers. (Foto: Dani Alifian/beritajatim.com)
Hal serupa disampaikan Yayan, Ketua Kelompok Tani Mawar, dan Ripin, Ketua Kelompok Tani Edelweis. Keduanya telah menjadi saksi hidup perubahan besar. Ia mengenang betapa peliknya mendapatkan pupuk di masa lalu, di mana akses jalan yang sulit seringkali diperparah dengan ketidakpastian stok.
“Dulu itu sangat susah, kami sering was-was setiap masuk musim tanam. Pertanyaannya selalu sama: Apakah pupuknya ada? Kalau pupuk langka, rencana kami untuk panen jagung, kopi, dan tembakau bisa berantakan. Padahal hasil itulah yang kami pakai untuk menyekolahkan anak,” ungkap Yayan dengan nada serius.
Kini, melalui i-Pubers, kekhawatiran itu sirna. Yayan menilai sistem baru ini memberikan jaminan ketersediaan yang jauh lebih kuat karena setiap transaksi terpantau langsung oleh pusat. Dampaknya sangat nyata bagi petani, mereka tidak lagi takut jatah pupuknya diselewengkan karena setiap penebusan harus melalui verifikasi foto dan KTP asli.
“Sekarang kami lebih tenang. Dengan i-Pubers, ketersediaan pupuk lebih terjamin dan transparan. Kami merasa aman karena setiap transaksi ada fotonya, ada buktinya. Tidak ada lagi jatah yang dimainkan oknum,” tambahnya.
Sentimen serupa juga datang dari Ripin. Ia merasa sistem digital ini adalah bentuk perlindungan pemerintah agar petani di pelosok gunung tetap bisa berproduksi secara maksimal.
“Intinya sekarang pelayanan lebih kuat. Kalau pupuk datang tepat waktu dan jumlahnya pas sesuai jatah di aplikasi, kami bisa fokus bekerja di ladang. Produktivitas terjaga, dan masa depan anak-anak kami lebih terjamin,” jelas Ripin.
Kios Sebagai Instrumen Kedaulatan Pangan
Transformasi digital di lereng Argopuro ini tidak luput dari perhatian akademisi. Dr. Sujarwo, S.P., M.P., Pakar Ketahanan Pangan dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), menilai bahwa peran kios saat ini telah bergeser menjadi instrumen strategis negara. Menurutnya, kios bukan lagi sekadar tempat transaksi dagang biasa, melainkan buffer (penyangga) ekonomi desa yang vital.
“Kios seperti milik Bu Da adalah ujung tombak penguatan supply chain distribusi pupuk di sisi hilir yang bersentuhan langsung dengan petani,” urai Sujarwo.
Ia menekankan bahwa integrasi sistem Rekan Kios dan i-Pubers memberikan tiga dampak fundamental bagi ketahanan pangan nasional. Pertama, transparansi informasi, menghilangkan faktor ketidakpastian bagi petani mengenai ketersediaan dan harga.
Kedua, kepercayaan sosial, interaksi ekonomi yang transparan mencegah rasa dicurangi dan membangun ketenangan sosial di pedesaan. Ketiga, transfer teknologi, kios berfungsi sebagai pusat transfer pengetahuan digital bagi masyarakat desa yang selama ini tidak akrab dengan teknologi.
Sujarwo menjelaskan bahwa dengan data yang tersentral hingga ke pemerintah pusat, prinsip 6T (Tepat Jenis, Mutu, Jumlah, Waktu, Harga, dan Sasaran) dapat tercapai.
“Jika fungsi ini berjalan baik, kendala pupuk teratasi dan petani lebih baik dalam memitigasi perubahan iklim hingga serangan hama. Dengan majunya pertanian, secara tidak langsung kemiskinan ekstrem di perdesaan akan terreduksi,” tambah pakar yang memiliki konsen pada dunia pertanian itu.
Salah satu lahan yang digarap oleh petani Tamankursi di lereng gunung Argopuro (Foto: Dani Alifian/beritajatim.com)
Meski demikian, Sujarwo memberi catatan strategis bahwa sistem i-Pubers harus tetap fleksibel dan didukung oleh peran penyuluh lapangan serta kelompok tani. Tujuannya agar transformasi digital ini tidak sekadar menjadi alat kontrol birokrasi, tetapi menjadi lembaga lokal yang memberdayakan petani secara berkelanjutan.
Sinergi dari Balik Layar
Kelancaran distribusi yang dirasakan petani di Desa Tamankursi merupakan hasil sinkronisasi tanpa henti dalam jalinan sinergitas. Di Situbondo, sinergi ini dipimpin oleh kolaborasi antara PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pertanian.
Bayu pengawas lapangan pupuk Indonesia di Situbondo, menjadi sosok di balik layar yang memastikan pasokan tidak terputus meski secara geografis wilayah Sumbermalang sangat menantang.
“Kami menyadari tantangan geografis lereng Argopuro sangat ekstrem. Maka, strategi kami adalah penguatan pelayanan melalui pendistribusian stok lebih awal. Kami pastikan stok di kios selalu tersedia sebelum puncak musim tanam tiba agar tidak ada kekosongan saat petani sangat membutuhkan,” jelas Bayu kepada beritajatim.com.
Sinkronisasi ini melibatkan manajemen logistik yang ketat. Koordinasi dilakukan mulai dari asisten distributor untuk mengatur jadwal truk pengangkut pupuk hingga mitigasi cuaca.
“Jika ada kendala jalan longsor atau hujan badai yang sering terjadi di wilayah Kecamatan Sumbermalang, tim segera mencari jalan keluar agar distribusi tetap berjalan,” kata Rian, perwakilan pihak distributor pupuk Indonesia yang beroperasi di wilayah kecamatan Sumbermalang.
Pemerintah Kabupaten Situbondo turut memastikan bahwa kelancaran distribusi ini dibarengi dengan kepatuhan harga. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Situbondo, Dadang Aries Bintoro, mengungkapkan bahwa serapan pupuk di wilayahnya merupakan salah satu yang terbaik di Jawa Timur.
“Hingga pertengahan 2025, serapan Urea sudah mencapai 14.331 ton dari alokasi 29.950 ton. Ini bukti bahwa sistem distribusi di tingkat kios berjalan efektif dan petani kita sangat produktif,” papar Dadang.
Senada dengan kebijakan pusat, Muhammad Zaini, Kabid Penyuluhan, menegaskan bahwa melalui Kepmentan Nomor 117 Tahun 2025, harga pupuk subsidi telah dipangkas sebesar 20 persen. Dinas Pertanian melakukan pengawasan ketat agar Harga Eceran Tertinggi (HET) terbaru Rp1.800/kg untuk Urea dan Rp 1.840/kg untuk NPK dipatuhi tanpa pengecualian.
“Kami melakukan pengawasan hingga ke pelosok. Jika ada kios yang berani bermain harga di atas HET, sanksinya tegas berupa pencabutan izin usaha. Namun, kami juga memahami kondisi geografis, jika ada kesepakatan jasa angkut dari kios ke puncak gunung karena medan yang sulit, itu adalah hal lumrah untuk logistik, bukan kenaikan harga pupuknya,” jelas Zaini.
Menutup Celah Kecurangan dengan Digitalisasi
Sistem i-Pubers dan Rekan Kios sengaja dibangun untuk menutup rapat celah kecurangan. Dengan fitur verifikasi wajah secara real-time dan pelacakan posisi GPS, praktik penyimpangan seperti pupuk palsu atau penjualan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) kini mustahil dilakukan tanpa meninggalkan jejak digital.
Langkah ini sejalan dengan komitmen tegas Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Baginya, melindungi 160 juta petani Indonesia adalah harga mati. Melalui kanal pengaduan WhatsApp Lapor Pak Amran, pemerintah memberikan perlindungan langsung bagi petani dan pengecer jujur.
”Identitas pelapor kami jaga. Bila ada penyimpangan, kami akan tindak tegas. Kita harus lindungi petani kita. Yang melapor adalah pahlawan pangan,” tegas Mentan Amran. Komitmen ini bukan gertakan sambal, terbukti dengan pencabutan izin 190 kios dan distributor yang secara terang benderang melanggar di seluruh Indonesia.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menambahkan bahwa inovasi digital yang dilakukan Pupuk Indonesia ini tidak hanya menghadirkan transparansi, tetapi juga efisiensi finansial yang signifikan bagi negara. Mencapai ratusan miliar rupiah. Namun, poin utamanya tetap pada kesejahteraan petani.
”Inovasi ini memastikan petani tidak lagi mengeluh soal ketersediaan pupuk. Digitalisasi yang dimulai dari pinggiran, dari lereng gunung seperti Argopuro, adalah langkah nyata kita menuju kedaulatan pangan nasional,” pungkas pria yang akrab disapa Mas Dar tersebut.
Dengan stok nasional yang melimpah dan sistem pengawasan yang presisi, perjalanan sebutir pupuk dari pabrik hingga ke lereng Argopuro adalah narasi panjang tentang pengabdian, teknologi, dan wujud nyata cinta pada Tanah Air. Di tangan orang seperti Umi Kulsum, kedaulatan pangan bukan lagi sekadar jargon politik di layar televisi, melainkan sebuah kerja nyata yang dilakukan dengan hati, di setiap butir urea dan NPK yang ditebar di atas tanah Pertiwi.
Tahun 2025 ini penuh dengan lembaran baru. Dengan target serapan yang diprediksi mencapai 100 persen, ia yakin panen tahun depan akan melimpah.
“Harapan saya cuma satu,” tutup Bu Da dari Kios Dua Putra, sembari tersenyum tulus. “Semoga sistem yang sudah baik ini terus dipertahankan. Biarlah kami di garda depan ini yang bekerja keras, asalkan petani tidak lagi merasa susah. Karena kalau petani sejahtera, bangsa ini pun akan kuat.” [dan/beq]
