Sepatu BATA Fokus Alih Bisnis dari Produsen jadi Pedagang, Ini Penjelasannya

Sepatu BATA Fokus Alih Bisnis dari Produsen jadi Pedagang, Ini Penjelasannya

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten merek alas kaki PT Sepatu Bata Tbk (BATA) menerangkan strategi bisnis yang menjadi fokus perusahaan saat ini yaitu mengalihkan bisnis sepenuhnya ke ritel, setelah menutup pabrik sepatunya pada 4 Mei 2024 lalu. 

Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko mengatakan saat ini pihaknya telah berhasil melakukan transisi produksi kepada pemasok lokal di Indonesia. 

“Langkah strategis ini telah meningkatkan fleksibilitas rantai pasok Perseroan serta berkontribusi positif terhadap efisiensi biaya,” kata Hatta dalam keterbukaan informasi, Selasa (14/10/2025). 

Baru-baru ini dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) terdapat informasi bahwa pemegang saham BATA menyetujui untuk menghapus kegiatan usaha industri alas kaki untuk kebutuhan sehari-hari. 

Untuk itu, mengingat tidak adanya rencana untuk melanjutkan kembali kegiatan produksi, direksi BATA memandang perlu untuk menyesuaikan Anggaran Dasar Perseroan dengan model operasional yang berlaku saat ini. 

“Sehubungan dengan hal tersebut, Perseroan telah menghapus kode KBLI No. 15201, yang berkaitan dengan industri alas kaki untuk keperluan sehari-hari,” tuturnya. 

Namun, manajemen BATA menyebut akan meninjau dan menyesuaikan strategi usahanya agar tetap selaras dengan dinamika pasar yang terus berkembang serta kebutuhan konsumen dengan mempertahankan pendekatan pengelolaan yang cermat dan penuh pertimbangan. 

Adapun, hingga saat ini terdapat strategi perusahaan seperti optimalisasi ritel. Hatta menyebut, alih-alih melakukan ekspansi gerai secara agresif, pihaknya menerapkan strategi jaringan ritel berbasis kinerja. 

“Fokus utama diarahkan pada renovasi toko guna meningkatkan pengalaman pelanggan dan menarik lebih banyak pengunjung di seluruh lokasi,” tambahnya.  

Kedua, BATA juga akan fokus meningkatkan margin profitabilitas melalui pengembangan dan penjualan koleksi produk eksklusif yang bernilai tambah.

Ketiga, efisiensi operasional lewat penyederhanaan kegiatan operasional dengan menerapkan langkah-langkah efisiensi biaya di seluruh lini bisnis.

Keempat, pertumbuhan digital yaitu dengan memperkuat bisnis daring yang efisien namun menguntungkan, terutama melalui kemitraan strategis dengan platform e-commerce pihak ketiga.

Kelima, monetisasi aset lewat peningkatan pemanfaatan aset dengan melepas properti yang tidak digunakan atau tidak beroperasi untuk mendukung fleksibilitas keuangan.

“Tujuan Perseroan adalah untuk meningkatkan penjualan pada toko yang sama (same-store sales) serta menjaga  stabilitas arus kas hingga akhir tahun 2027,” jelasnya. 

Lebih lanjut, pihaknya meyakini bahwa strategi yang dijalankan akan mampu memulihkan profitabilitas serta mencapai pertumbuhan dalam jangka panjang yang berkelanjutan.