Sekuat Tenaga Bertahan di Lorong Gelap dan Sunyi Pasar Tanah Abang

Sekuat Tenaga Bertahan di Lorong Gelap dan Sunyi Pasar Tanah Abang

Pada masa awalnya, Blok G berdiri sebagai ruang baru bagi para pedagang di Tanah Abang. Bagi mereka relokasi merupakan langkah yang berani untuk menghadirkan pasar yang lebih bersih, aman, rapi, dan profesional, tanpa harus mematikan identitas ekonomi rakyat kecil yang selama puluhan tahun hidup melalui perdagangan informal.

“Bagus waktu awal-awal. Ramai, banyak pembeli, omzetnya sangat lumayan. Saya sendiri ngalamin. Bisa lima juta sehari,” kata J, matanya menerawang, seolah sedang menggenggam kembali keramaian yang kini mustahil.

Lantai satu Blok G menjadi salah satu area yang dianggap strategis karena berada dekat dengan akses utama pengunjung. Saat masa awal operasional, sebagian besar kios masih aktif berjualan dan lorong-lorong pasar terlihat ramai.

Aktivitas transaksi tidak hanya berlangsung antara penjual dan pembeli, tetapi juga disertai interaksi sosial yang umum terjadi di lingkungan pasar, mulai dari percakapan mengenai harga hingga obrolan ringan seputar kehidupan sehari-hari.

Perubahan kondisi saat ini tidak terjadi dengan hanya satu malam, melainkan berlangsung secara bertahap. Seiring berjalannya waktu, aktivitas perdagangan terus berkurang hingga suasana sepi menjadi kondisi yang berlangsung secara berkelanjutan.

Hidup dalam Gelap, Dagang dalam Ketakutan

Seiring dengan menurunnya aktivitas perdagangan, kondisi fasilitas di gedung Blok G juga ikut terdampak. Beberapa titik penerangan tidak lagi berfungsi, sejumlah area bahkan kini terlihat gelap karena minimnya pencahayaan dan listrik.

Banyak kios di lantai dua dan tiga di gedung Blok G yang sudah tidak ditempati dan terbengkalai, bahkan akses untuk menuju ke lantai-lantai tersebut pun ditutup.

Sementara di lantai satu masih terdapat pedagang yang terus berjualan meski jumlah pengunjung yang semakin hari semakin sedikit. Penurunan aktivitas ini disebut telah mulai terlihat sebelum pandemi Covid-19 dan semakin terasa pada periode 2020 ketika pandemi berlangsung.

“Ini sebelum Covid-19 dan pas Covid-19 makin banyak berkurang orang. Karena udah nggak ada perhatian dan sebagainya susah jadinya,” ungkap H, seraya menundukkan kepalanya.

“Sekarang susah. Boro-boro dapat penghasilan. Bisa buka toko aja udah syukur,” sambung H.

Menurutnya, menghentikan aktivitas berdagang bukan pilihan mudah karena lokasi tersebut sudah menjadi tempat usaha sejak lama.

Situasi berjualan di gedung Blok G pun semakin menantang setelah terdapat informasi mengenai keamanan pasar. Kondisi lorong yang gelap, kios kosong, dan kabar mengenai keberadaan preman membuat sebagian calon pembeli yang ingin mengunjungi toko-toko di Blok G enggan masuk.

“Ya kan sekarang nih orang ke pasar, dilihatnya dia pasarnya yang nyaman ya, bersih, rapi, enak tuh orang mau berkunjung Ya, ditambah lagi dengan rame banyak pedagang, gitu kan Kalau blok ini udah seperti ini, orang gimana, udah terbengkalai, orang mau belanja tuh takut,” ungkap J.

Dengan kondisi tersebut, pedagang menilai bahwa tantangan terbesar saat ini bukan hanya persaingan harga, melainkan kemampuan bertahan di tengah kondisi pasar yang tidak lagi ramai seperti sebelumnya.