Mahendra menyampaikan, data pertumbuhan ekonomi global pada kuartal I-2025 menunjukkan adanya pelemahan yang disertai penurunan inflasi, mencerminkan berkurangnya permintaan global. Merespons hal ini, kebijakan moneter global mulai lebih akomodatif. Beberapa bank sentral menurunkan suku bunga, menyuntikkan likuiditas ke pasar, dan melonggarkan persyaratan cadangan.
Sementara kebijakan fiskal global juga cenderung ekspansif, meski di tengah keterbatasan ruang fiskal. Di Amerika Serikat, The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mengindikasikan akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama sambil menanti kepastian dampak kebijakan tarif terhadap perekonomian.
Hal ini membuat pasar merevisi ekspektasi penurunan Fed Fund Rate menjadi dua kali pada 2025, dari sebelumnya 3–4 kali, dengan penurunan pertama diperkirakan mundur ke September.
“Pasar juga terus mencermati rencana penerbitan undang-undang ‘One Big Beautiful Bill’ istilah yang digunakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang diperkriakan akan meningkatkan defisit fiskal Amerika Serikat, sehingga Woodys lembaga pemeringkat untuk utang negara menurunkan rating Amerika Serikat,” ujarnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5239768/original/024634500_1748852227-Screenshot_20250602_143739_YouTube__1_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)