Sebab Kematian Mendadak Menurut Dokter Spesialis Jantung – Halaman all

Sebab Kematian Mendadak Menurut Dokter Spesialis Jantung – Halaman all

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Belakangan, muncul di pemberitaan tentang tokoh yang mengalami kematian mendadak. 

Kematian mendadak ini dialami oleh dua tokoh partai politik dari PDIP dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Keduanya diketahui meninggal saat menghadiri kegiatan serupa, yakni halal bihalal bersama masyarakat.

Kematian mendadak sering kali terjadi tanpa tanda-tanda yang jelas. 

Bahkan, kondisi ini bisa dialami oleh seseorang yang terlihat sehat, baik di usia muda maupun tua. 

Lantas, kenapa kematian mendadak bisa terjadi? 

Terkait hal ini, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr. Makhyan Jibril Al-Farabi, Sp.JP, pun menjelaskan alasannya secara medis. 

Menurutnya, kematian mendadak jika dipahami dalam dunia medis, didefinisikan sebagai suatu serangan. 

Serangan yang menyebabkan hilangnya nyawa dalam waktu kurang dari setengah sampai satu jam.

Penyebabnya sendiri bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. 

“Jadi memang meninggal mendadak ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor. Baik itu dari faktor internal maupun faktor eksternal. Kalau faktor eksternal seperti yang kita tahu kecelakaan atau bunuh diri dan sebagainya,” ungkapnya pada talkshow Radio Kesehatan Kemenkes RI, Senin (5/5/2024).

Sedangkan pada faktor internal, ada beberapa macam. 

Hanya saja, kata dr Jibril, yang paling sering mengakibatkan kematian mendadak biasanya karena ada permasalahan di bidang jantung. 

“Kenapa? Karena ketika jantung ini berhenti, hidup berhentinya. Karena ada sumbatan yang aktif atau mungkin karena listriknya bermasalah,” imbuhnya. 

Ketika jantung berhenti berdetak, makanan dan oksigen di dalam darah pun tidak dapat mengalir ke seluruh tubuh.  

“Nggak bisa keliling ke otak, ginjal, nggak bisa keliling ke semua sehingga makanannya habis.  Otak kita tidak dapat makan tiga menit sudah mulai hipoksia, sudah mulai fungsinya turun,”jelasnya. 

Lebih dari lima menit tidak mendapatkan aliran darah, otak tidak lagi berfungsi, atau yang sering disebut sebagai kematian batang otak. 

Jika sudah terjadi selama tujuh menit, otak sudah tidak bisa bekerja lagi, sehingga bisa menyebabkan kematian mendadak. 

“Dan itu sebenarnya idealnya memang harus kita deteksi sejak dini dan kita cegah. Dan kalau misalnya terjadi, harus bisa ditangani lebih awal,” tegasnya. 

*Faktor risiko gangguan jantung yang bisa sebabkan kematian mendadak*

Lebih lanjut dr Jibril menjelaskan apa saja yang menjadi faktor risiko terjadinya gangguan jantung sehingga sebabkan kematian mendadak. 

Pertama, adanya penyakit lain seperti diabetes dan hipertensi yang semakin meningkat.

“Penyakit semakin banyak. Diabetes, hipertensi semakin banyak. Jumlah perokoknya sampai 78 persen. Faktor risikonya menumpuk.  Ketika faktor risiko itu numpuk, akhirnya terjadi kemungkinan kasus yang kemarin (kematian mendadak),” jelasnya. 

Penyakit di atas menjadi salah satu faktor risiko terjadinya sumbatan pada pembuluh darah jantung.

Terutama jika penyakit di atas tidak terkontrol dengan baik. 

Kemudian diikuti dengan melakukan aktivitas dengan intensitas sedang hingga berat. Maka risiko terjadinya henti jantung menjadi besar. 

“Terus ada sumbatan mungkin sekitar 80 persen-an. Nah kalau darahnya sudah tersumbat 80 persen terus menyempit lagi kan nutup, bisa jadi 100 persen. Akhirnya pembuluh darah koronernya tersebut nggak bisa ngasih makan ke jantung, ya akhirnya terjadi serangan jantung,” jelas dr Jibril. 

Faktor risiko lain adalah Gangguan irama jantung (aritmia) Kondisi seperti Brugada syndrome atau Long QT syndrome, 

Gangguan irama jantung ini biasanya bersifat genetik dan dapat menyebabkan irama jantung tidak stabil.

Kondisi ini dapat memicu kematian mendadak, terutama pada usia muda. 

“Penyakit-penyakit genetik ini sering tidak terdeteksi karena tidak ada keluhan sebelumnya. Namun, bisa menyebabkan jantung berhenti tiba-tiba,” jelas Jibril.

Selanjut riwayat keluarga. Jika ada anggota keluarga yang meninggal mendadak di usia muda, risiko seseorang mengalami hal serupa juga meningkat. 

Terakhir, tekanan psikis dan kelelahan berat, termasuk stres emosional yang intens, dapat memicu gangguan irama jantung. 

Walau keduanya terdengar sepele, faktor  ini pun ternyata tidak boleh dianggap remeh.