TRIBUNNEWS.COM – Pada Kamis (26/12/2024), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap target militer kelompok Houthi di Yaman, Middle East Eye melaporkan.
Tel Aviv mengklaim operasi tersebut sebagai balasan atas serangan-serangan yang dilakukan oleh kelompok tersebut terhadap Israel.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, mengonfirmasi bahwa serangan ini merupakan tanggapan terhadap serangan Houthi yang berkelanjutan sejak 7 Oktober 2023, termasuk peluncuran rudal dan pesawat nirawak ke Israel.
Saar menambahkan bahwa Israel tidak akan menoleransi agresi tersebut, meskipun dilakukan oleh kelompok yang beroperasi sejauh 2.000 kilometer dari Israel, lapor Tass.
Ia juga menyebut Houthi sebagai “inti dari poros kejahatan Iran.”
Dalam serangan Kamis ini, IDF menyerang beberapa lokasi di Yaman, termasuk Bandara Internasional Sanaa, tiga pelabuhan, dan dua pembangkit listrik di Hodeidah.
Media yang berafiliasi dengan Houthi, Almasirah, melaporkan bahwa serangan ini menewaskan sedikitnya tiga orang dan menyebabkan 11 orang lainnya terluka.
Di antara lokasi yang diserang oleh IDF adalah pembangkit listrik Hezyaz dan Ras Kanatib, serta infrastruktur militer di pelabuhan Hodeidah, Salif, dan Ras Kanatib.
Jurnalis Yaman, Hussain al-Bukhaiti, melaporkan kepada Al Jazeera bahwa serangan di Bandara Sanaa menargetkan salah satu menara kontrol bandara, yang mengakibatkan gangguan pada operasi bandara tersebut.
Ia juga menyebut bahwa semua serangan Israel, baik terhadap Yaman maupun Gaza, dianggap sebagai eskalasi oleh pasukan Yaman, dan ada kemungkinan tentara Yaman akan membalas dengan serangan besar terhadap Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya mengatakan bahwa serangan terhadap Houthi baru saja dimulai dan akan terus berlanjut sampai “pekerjaan selesai.”
Dikutip dari Al Jazeera, Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel bertekad untuk memotong kelompok yang terkait dengan Iran.
Ia menyatakan bahwa Israel lebih memilih untuk “berbuat lebih banyak dan berbicara lebih sedikit” dalam merespons serangan-serangan ini.
Serangan-serangan Houthi terhadap Israel telah berlangsung sejak Oktober 2023.
Eskalasi meletus setelah serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel 7 Oktober 2023.
Sejak itu, kelompok Houthi mengklaim bahwa serangan mereka merupakan bentuk solidaritas terhadap Palestina.
Sebelumnya, kelompok Houthi juga menargetkan kapal-kapal yang berhubungan dengan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden.
Selain serangan pada Kamis ini, Israel juga telah meluncurkan serangan udara terhadap Sanaa dan Hodeidah pada minggu sebelumnya.
Operasi pekan lalu dilaporkan menewaskan sembilan orang dan merusak beberapa infrastruktur penting.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, telah memperingatkan bahwa Yaman akan “membayar harga” atas serangan-serangan yang dilakukan oleh Houthi terhadap Israel.
Serangan terbaru ini terjadi setelah serangan rudal Houthi pada hari Rabu (25/12/2024), yang menyebabkan cedera pada 16 orang di Tel Aviv, yang semakin memperburuk ketegangan antara Israel dan Houthi.
Israel menganggap serangan Houthi ini sebagai ancaman serius terhadap stabilitas dan keamanan regional, serta terhadap jalur pelayaran internasional yang dilalui oleh kapal-kapal dari berbagai negara.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)