Surabaya (beritajatim.com) – Perjalanan bangsa Indonesia pada 2026 memasuki usia 81 tahun. Sebagai sebuah negara-bangsa, Indonesia terus menghadapi dinamika, baik di dalam negeri maupun dalam percaturan global, yang menuntut perbaikan berkelanjutan agar sejalan dengan cita-cita para pendiri bangsa.
Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menyampaikan bahwa momentum pergantian tahun menjadi saat yang tepat bagi pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan muhasabah atas perjalanan bangsa. Pesan tersebut ia sampaikan dalam rangka menyambut pergantian tahun 2026.
Menurut KH Chriswanto, sebagai negara demokrasi dengan mayoritas penduduk muslim, Indonesia juga dihadapkan pada residu demokrasi berupa munculnya kelompok-kelompok kepentingan. Dalam praktik demokrasi, sangat mungkin sekelompok kecil orang menguasai sebagian besar masyarakat dan sumber daya melalui oligopoli, atau munculnya oligarki bermodal besar yang menopang penguasa lokal.
“Sebagai negara demokrasi kita tidak menafikkan hal-hal itu. Sebagai contoh Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Rusia maju karena tumbuh suburnya konglomerasi. Namun, pemerintah yang kuat dan mengedepankan keadilan sosial dan kesejahteraan umum mampu membawa negara menjadi superior, bukan mengalah kepada investor,” tegasnya.
Ia menilai pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah besar, terutama terkait persoalan lingkungan hidup yang rusak akibat investasi yang tidak terkelola secara bijak. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan RI tahun 2024, deforestasi Indonesia mencapai 175.000 hektare, sementara luas hutan yang tersisa sekitar 95,5 juta hektare. Ancaman terhadap lingkungan, menurutnya, tetap ada akibat ekspansi perkebunan sawit, pengelolaan tambang, hingga kebakaran hutan.
Karena itu, KH Chriswanto mengajak seluruh elemen bangsa untuk melakukan refleksi atas capaian Indonesia selama ini, agar tujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, dapat benar-benar terwujud.
Ia juga mengingatkan sejarah runtuhnya peradaban-peradaban besar dunia seperti Mesopotamia (Sumeria dan Babilonia), Mesir Kuno, Lembah Indus, Tiongkok Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno, hingga Persia. Menurutnya, kehancuran peradaban tersebut bukan semata karena keterbatasan teknologi.
“Peradaban besar itu memiliki teknologi canggih melampaui zamannya, yang tidak dipunyai bangsa-bangsa lain yang sezaman. Tapi persoalan kemerosotan moral menjadi pemicu kehancuran peradaban, dan saat ini hanya menyisakan bangunan-bangunan sebagai pengingat dan pelajaran,” tegasnya.
Berbagai persoalan kebangsaan tersebut, lanjut KH Chriswanto, akan menjadi bahan pembahasan dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) X LDII yang dijadwalkan berlangsung pada pertengahan 2026. Dalam forum tersebut, LDII akan menghimpun dan menggodok berbagai masukan untuk pemerintah.
“Kami akan menggodok berbagai masukan untuk pemerintah, terkait persoalan-persoalan kekinian, yang solusinya akan kami tuangkan dalam program kerja dan rekomendasi,” tuturnya.
Selain itu, LDII juga menaruh perhatian serius pada pembinaan generasi muda sebagai bagian dari upaya membangun peradaban yang bermoral. Pembelajaran dari sejarah tersebut, menurut KH Chriswanto, menjadi dasar penting untuk mendorong pembinaan generasi muda secara serius dan masif, agar mereka mampu menjadi bagian dari solusi menuju Indonesia Emas 2045.
Sejumlah langkah telah dilakukan LDII, salah satunya melalui pelaksanaan Pengajian Akhir Tahun yang telah berlangsung sejak pertengahan 1990-an atas inisiasi Dewan Penasihat DPP LDII dan para ulama. Kegiatan ini rutin digelar setiap akhir tahun di majelis taklim, musala, masjid, dan pesantren.
“LDII setiap akhir tahun mengadakan pengajian di majelis-majelis taklim, musholla, masjid dan pesantren. Para generasi muda diajak beraktifitas bersama dengan mengaji, berdiskusi, nasehat, menampilkan drama, pencak silat dan sejenisnya. Bahkan untuk tahun ini kami mengimbau agar para generus untuk juga menanam pohon di sekitar lokasi pengajian masing-masing,” ujar Chriswanto.
Melalui pengajian akhir tahun tersebut, LDII berharap generasi muda dapat terjaga dari aktivitas yang bersifat maksiat, hura-hura, konsumtif, dan hedonik. Kegiatan ini juga ditujukan untuk menjaga pergaulan remaja sekaligus memperkuat karakter generasi muda agar berbudi pekerti luhur, memiliki pemahaman agama yang baik, dan bersikap mandiri.
“Kami mengajak para ulama, pamong, guru, mubaligh-mubalighot dan orangtua untuk mendorong generasi muda melaksanakan kegiatan positif dan menghadiri pengajian akhir tahun. Sesungguhnya ini merupakan langkah memperkuat nilai-nilai moral generasi penerus bangsa, agar mereka dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT,” pungkasnya. [tok/beq]
