Data terbaru disebut kian memperkuat kekhawatiran terhadap inflasi, sekaligus mempertanyakan ketahanan pasar tenaga kerja AS, sehingga investor masih ragu terkait arah kebijakan The Fed ke depan.
Selain itu, tekanan politik tetap berlanjut yang dilakukan Trump dengan mendesak Gubernur Fed Lisa Cook untuk mengundurkan diri terkait dugaan penipuan hipotek, sekaligus terus mendorong penurunan suku bunga.
“Dengan masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026, Trump tengah mempertimbangkan calon pengganti, sementara Menteri Keuangan Scott Bessent baru-baru ini mendukung pemangkasan yang lebih agresif sebesar 50 bps pada September 2025,” kata Josua.
Di ranah domestik, sentimen berasal dari keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan 25 bps menjadi 5 persen untuk mendukung pertemuan ekonomi.
“Hari ini, BI akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk posisi kuartal II 2025, di mana kami memperkirakan defisit transaksi berjalan tetap terkendali di sekitar 1 persen dari PDB (produk domestik bruto), meskipun melebar dibandingkan posisi kuartal I 2025,” ucap dia.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3545719/original/087868100_1629425274-059440700_1560940276-20190619-Rupiah-Menguat-di-Level-Rp14.264-per-Dolar-AS1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)