Sementara itu, dari sisi ekonomi global, Kongres Rakyat Nasional China telah menyetujui tambahan utang senilai 10 triliun yuan untuk mendukung pemerintah daerah.
Namun, para pelaku pasar menunjukkan ketidakpuasan atas langkah-langkah tersebut karena kurangnya dukungan untuk konsumsi pribadi dan pasar properti, khususnya di tengah meningkatnya tarif perdagangan di bawah Trump.
Meskipun demikian, analis JPMorgan memproyeksikan bahwa China akan meluncurkan lebih banyak kebijakan fiskal yang terarah dalam beberapa bulan mendatang untuk mengantisipasi dampak ekonomi dari kebijakan AS.
Dari sisi domestik, kinerja penjualan eceran Indonesia pada Oktober 2024 diperkirakan mengalami penurunan. Berdasarkan Indeks Penjualan Riil (IPR), penjualan diprakirakan mencapai 209,5, atau melambat sebesar satu persen secara tahunan (yoy).
IPR Oktober 2024 juga menunjukkan kontraksi 0,5 persen secara bulanan (mtm), lebih rendah dari IPR September yang tercatat pada 210,6.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa juga menunjukkan pelemahan, berada di level 15.771 per dolar AS dari sebelumnya 15.677 per dolar AS.
Pelemahan nilai tukar rupiah ini mencerminkan kombinasi faktor global dan domestik yang mempengaruhi sentimen investor terhadap aset-aset berisiko, di tengah ketidakpastian yang masih menguasai pasar global.