Surabaya (beritajatim.com) – Praktik prostitusi terselubung disinyalir kembali marak di kawasan Eks Lokalisasi Dolly, Surabaya, tepatnya di deretan rumah kos yang menjamur di Jalan Kupang Gunung Timur, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan. Aktivitas mencurigakan yang terjadi di sejumlah rumah kos ini memicu keresahan warga karena dianggap semakin terbuka dan sulit dikendalikan.
Ketua RT005 RW012 Putat Jaya, M. Ridwan Tanro, mengungkapkan bahwa hampir 90 persen rumah kos di wilayahnya terindikasi membuka praktik prostitusi tersembunyi. Dari 25 sampai 30 rumah kos yang berada di gang tersebut, banyak di antaranya menyediakan jasa menginap singkat dengan keberadaan Pekerja Seks Komersial (PSK) yang tinggal sebagai penghuni.
“Hampir semua, satu deret gang ini (terindikasi prostitusi terselubung),” ujar Ridwan saat ditemui pada Selasa (25/11/2025).
Ridwan menuturkan sudah berkali-kali memberikan peringatan kepada tamu maupun pemilik kos agar tidak melakukan praktik semacam itu. Ia bahkan mengaku telah melaporkan temuan tersebut kepada lurah dan camat setempat, tetapi tidak ada langkah penanganan yang diambil pemerintah.
“Semua saya lapori, ke Pak Lurah, Pak Camat. Saya lapori semua tapi tidak ada tindakan,” jelasnya.
Ridwan sendiri telah menjabat sebagai ketua RT dua periode, yakni pada 2014 dan kembali terpilih pada 2021. Menurut ceritanya, fenomena prostitusi terselubung di kawasan Eks Dolly mulai kembali terlihat sejak 2018.
Setelah penutupan lokalisasi Dolly pada 2014—yang saat itu dikenal dengan sebutan “akuarium”—beberapa mantan germo diduga kembali dan membuka usaha rumah kos sebagai kedok bisnis baru.
“Ya memang bukanya diem-diem. Memang jadi kayak yang germo-germo dulu yang punya (lokalisasi) dia kembali lagi. Lewat usaha rumah-rumah kos-kosan,” ungkap Ridwan.
Merasa pemerintah tutup mata terhadap kondisi tersebut, Ridwan memilih melakukan aksi protes dengan memasang spanduk di sudut gang Dolly. Namun spanduk itu sering hilang, diduga diambil oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan sikapnya.
Ia mengaku jengah melihat kondisi yang menurutnya semakin meresahkan, terlebih karena muncul dugaan adanya keterlibatan anak di bawah umur.
“Paling miris, mereka itu ada yang pelajar dan anak kecil–anak kecil begitu. Mereka memfasilitasi yang di bawah umur, dan entah saya kurang tahu aktivitasnya di dalam seperti apa, uang pasti ketika dia sudah masuk kamar situ, ya sudah pastinya ya gitu,” tutup Ridwan. [rma/beq]
