RS Bhayangkara Terima Dua Jenazah Korban Ponpes Al-Khoziny

RS Bhayangkara Terima Dua Jenazah Korban Ponpes Al-Khoziny

Surabaya (beritajatim.com) – Rumah Sakit Bhayangkara menerima dua jenazah korban ambruknya mushola Ponpes Al-Khozany, Jumat (3/10/2025) pagi.

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokkes) Polda Jatim, Kombes Pol M. Kusnan Marzuki mengatakan, setelah dilakukan pemeriksaan Postmortem (pemeriksaan setelah kematian) kemudian akan dicocokkan dengan Antemortem (data tentang individu semasa hidupnya, yang dikumpulkan untuk tujuan identifikasi atau evaluasi kondisi kesehatan, seperti foto, data diri, atau pemeriksaan kesehatan).

Terkait berapa lama waktu yang diperlukan pihak RS Bhayangkara untuk mengidentifikasi satu korban, Kabid Dokkes mengatakan, pihaknya memerlukan bantuan keluarga korban untuk segera menyampaikan data anak yang belum ditemukan.

“Jadi kami mengimbau pada keluarga korban, yang merasa kehilangan anaknya maka harap segera menyampaikan data-datanya ke kami,” ujarnya.

Kabid Dokkes menjelaskan bahwa kepolisian telah mempersiapkan fasilitas khusus, termasuk kontainer freezer (lemari pendingin) berkapasitas lebih dari 100 jenazah.

Proses identifikasi korban pasca-kejadian di pondok pesantren Al Khoziny mulai pagi ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara. Adapun penyediaan ratusan lemari pendingin tersebut untuk mengantisipasi kondisi jenazah yang mungkin mengalami pembusukan akibat faktor waktu.

“Kami fokuskan di sini karena sudah lebih dari tiga hari. Kontainer freezer ini penting untuk menjaga kondisi jenazah,” jelas Kombes Kusnan.

Selain itu, tim forensik yang terdiri dari berbagai ahli juga disiagakan di lokasi. Kabiddokkes menambahkan, untuk setiap tim identifikasi, disiapkan minimal empat personel. Langkah ini diambil untuk mencegah kelelahan mengingat intensitas pekerjaan yang mungkin tinggi.

“Begitu ditemukan, jenazah akan langsung dibawa ke sini,” imbuhnya.

Terkait data korban, Kombes Kusnan menyebutkan bahwa data awal menunjukkan perkiraan sekitar 58 korban dari pondok pesantren. Namun, angka ini bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai perkembangan di lapangan. Hingga saat ini, tim telah menerima data dari 56 keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarganya.

Polda Jatim mengimbau kepada keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarganya untuk segera memberikan data-data yang relevan, seperti data gigi, ijazah, atau sidik jari, guna mempercepat proses identifikasi. Data primer seperti sidik jari sangat membantu dalam proses identifikasi. Jika tidak ada, data sekunder seperti foto atau tanda lahir juga dapat digunakan.

Sementara, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Polda Jatim bersinergi mempersiapkan proses identifikasi korban pasca-kejadian di pondok pesantren. Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD-KPTI., FINASIM., MARS., menyatakan bahwa Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim telah disiapkan sebagai lokasi utama identifikasi post-mortem.

“Kami berusaha menyiapkan tempat terbaik untuk identifikasi. Rumah Sakit Bhayangkara adalah yang paling siap, dengan harapan proses identifikasi berjalan lancar, keluarga korban merasa nyaman, dan situasi tetap kondusif,” ujar Erwin.

Sebanyak 150 tenaga kesehatan disiagakan untuk membantu proses identifikasi, dengan perkiraan puncak kegiatan pada hari Sabtu atau Minggu, menyesuaikan progres evakuasi dari lokasi kejadian. Proses evakuasi saat ini difokuskan pada area bangunan beton yang memerlukan waktu khusus. [uci/beq]