Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

RI Tawarkan 12 Proyek Panas Bumi di COP 29, Nilainya Rp 34 T

RI Tawarkan 12 Proyek Panas Bumi di COP 29, Nilainya Rp 34 T

Baku – Kementerian ESDM menawarkan sekitar 12 proyek panas bumi di ajang COP 29. Tawaran investasi ke energi bersih ini dipaparkan langsung oleh Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Eniya Listiani.

Dalam sesi diskusi di Paviliun Indonesia yang dibuka di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Eniya memaparkan saat ini ada potensi sumber daya panas bumi yang bisa dioptimalkan sebanyak 23,5 gigawatt di seluruh Indonesia. Namun yang baru digunakan hanya sebesar 2,59 gigawatt saja.

“Kita punya total sumber daya panas bumi sebesar 23,5 gigawatt dan sekarang kapasitas pemasangannya seperti ini, jadi kita bisa membuat lebih banyak lagi untuk pengembangan panas bumi,” ungkap Eniya dalam sesi diskusi yang dihelat di Paviliun Indonesia pada Rabu (13/11/2024).

Kemudian dia melanjutkan ada sekitar 12 proyek panas bumi yang mau ditawarkan pemerintah Indonesia, termasuk di dalamnya ada 3 proyek cogeneration geothermal. Dari 12 proyek itu bila dihitung kebutuhan investasinya jumlahnya mencapai US$ 2,16 miliar atau sekitar Rp 34 triliun (kurs Rp 15.765).

Dia memaparkan investasi ini bukan cuma ditawarkan di COP 29 saja namun sudah diumumkan juga di forum Just Energy Transition Project (JETP) hingga Asia Zero Emission Community (AZEC).

“Mohon investasinya lebih banyak di Indonesia. Dan ini daftar proyek geothermal yang kami buka di mana saja. Ini juga sudah kami sampaikan ke JETP. Kami juga sudah sampaikan ke AZEC. Sekarang saya sudah sampaikan di COP 29, jadi kita akan undang lebih banyak investasi,” ujar Eniya.

Dalam paparan yang sama Eniya menyebutkan investasi panas bumi di Indonesia terkesan stagnan. Hal itu terjadi karena regulasi yang butuh waktu panjang dan berbelit-belit. Dia mengatakan pemerintah akan mempersingkat dan mempermudah perizinan, mulai dari yang mencapai 5 tahun lebih menjadi hanya 3 tahun untuk menarikan investor.

“Jadi lihatlah investasi di Indonesia. Tidak ada investasi besar yang tumbuh, tetapi stagnan dan belum terlalu tinggi. Kemudian kita membuat terobosan tahun ini. Kita ada deregulasi, seperti pada periode pengeboran permukaan dan perizinan reguler,” papar Eniya.

“Biasanya lima tahun plus dua. Tapi sekarang kita akan perpendek menjadi tiga tahun, tiga tahun,” lanjutnya.

Dalam bahan paparan Eniya di Paviliun Indonesia pada COP 29, berikut ini daftar proyek panas bumi yang mau ditawarkan Indonesia:

1. Lahendong Fase 7 dan 8 di Sulawesi Utara, kapasitas 2×20 megawatt. Dikembangkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy.
2. Sarulla Fase 2 di Sumatera Utara, kapasitas 50 megawatt. Dikembangkan oleh Medco, Ormat, Kyushu, dan Itochu.
3. Ijen Fase 2 di Jawa Timur, kapasitas 30 megawatt. Dikembangkan oleh Medco dan Ormat.
4. Salak Fase 7 di Jawa Barat, kapasitas 55 megawatt. Dikembangkan oleh Star Energy Geotermal Salak.
5. Ulumbu di Nusa Tenggara Timur, kapasitas 30 megawatt. Dikembangkan oleh PT PLN.
6. Candradimuka di Jawa Tengah, kapasitas 40 megawatt. Dikembangkan oleh PT Geodipa Energy.
7. Bukit Daun di Bengkulu, kapasitas 30 megawatt. Dikembangkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy.
8. Klabat Wineru di Sulawesi Utara, kapasitas 40 megawatt. PT Ormat Geothermal Indonesia.
9. Hu’u Daha di Nusa Tenggara Barat, kapasitas 60 megawatt. Dikembangkan oleh Vale dan Antam.
10. Cogeneration Project Lahendong Bottoming Unit 1 di Sulawesi Utara, kapasitas 15 megawatt. Dikembangkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy.
11. Cogeneration Project Ulubelu Small Scale di Lampung, kapasitas 30 megawatt. Dikembangkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy.
12. Cogeneration Project Lumut Balai Bottoming Unit 1 dan 2 di Sumatera Selatan, kapasitas 20 megawatt. Dikembangkan oleh PT Pertamina Geothermal Energy.

(hal/rrd)