Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan rencana pemerintah untuk menarik sebagian ekspor Crude Palm Oil (CPO) guna memperkuat produksi biofuel domestik.
Menurutnya, langkah ini diyakini akan memperkuat kemandirian energi nasional, menekan impor solar, serta meningkatkan nilai ekonomi kelapa sawit di pasar global.
Dalam keterangan pers usai menghadiri rapat terbatas (ratas) soal Swasembada Pangan dan Energi bersama Presiden Prabowo Subianto di Kantor Presiden, Kamis (9/10/2025), Amran menjelaskan bahwa produksi CPO nasional mencapai 46 juta ton per tahun, dengan 20 juta ton diolah di dalam negeri dan 26 juta ton diekspor.
“B50 membutuhkan CPO sebesar 5,3 juta ton. Ekspor ini nantinya akan kita tarik sebesar itu untuk dijadikan biofuel sebagai pengganti solar,” kata Amran.
Amran menegaskan, konversi sebagian ekspor CPO menjadi bahan bakar nabati (biofuel) akan memberikan efek ganda bagi perekonomian nasional.
Selain menghemat devisa dari penghentian impor solar, kebijakan ini juga akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pengendali harga CPO dunia.
“Dengan menghentikan impor solar sebesar 5,3 juta ton, kita bisa menghemat devisa negara secara signifikan. Ini bagian dari transisi menuju green energy,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan, langkah tersebut juga berpotensi mendongkrak harga CPO global karena berkurangnya pasokan ekspor dari Indonesia.
“Kalau ekspor kita yang dulunya 26 juta ton tiba-tiba berkurang jadi 20 juta ton, harga pasti naik. Pernah ada pengalaman, naik sampai 100%,” tutur Amran.
Amran menekankan bahwa dengan porsi 58–60 persen produksi CPO dunia berasal dari Indonesia, sudah seharusnya Indonesia berperan sebagai penentu harga global.
“Produsen terbesar dunia adalah Indonesia. Kita yang harus mengendalikan harga CPO dunia, bukan negara lain,” ujarnya tegas.
Dia menjelaskan bahwa kebijakan biofuel ini bersifat dinamis. Pemerintah akan menyesuaikan tingkat campuran biodiesel — seperti B50 atau B40 — tergantung pada kondisi harga dan kepentingan nasional.
“Kalau harga CPO dunia naik, kita bisa turunkan B50 ke B40. Tapi begitu harga turun, kita tarik kembali menjadi biofuel. Semua tergantung pada apa yang paling menguntungkan rakyat Indonesia,” jelas Amran.
Nilai Ekonomi Bisa Capai Rp1.000 Triliun
Saat ini, Amran melanjutkan bahwa nilai ekonomi CPO nasional diperkirakan mencapai Rp450 triliun. Namun Amran menilai potensi tersebut dapat meningkat drastis jika harga global naik akibat berkurangnya pasokan ekspor.
“Kalau naik dua kali lipat atau lebih, itu bisa mencapai Rp1.000 triliun atau Rp800 triliun, meski kuantumnya berkurang,” ungkapnya.
Amran menegaskan, kebijakan pengelolaan CPO ini bukan semata untuk keuntungan ekonomi, melainkan bagian dari strategi besar menuju kemandirian energi dan ketahanan ekonomi nasional.
“Ini semua untuk kepentingan rakyat. Kita ingin Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan pemimpin di pasar dunia,” pungkasnya.
