Jakarta –
Country Head Indonesia Rystad Energy Sofwan Hadi meminta Indonesia untuk meniru Jepang dalam mewujudkan swasembada energi. Pasalnya dengan keterbatasan sumber daya namun Jepang bisa mencapai swasembada energi.
Ia mengatakan bahwa Indonesia perlu membangun infrastruktur yang memadai untuk memanfaatkan sumber migas yang ada. Kemudian juga terkait dengan bagaimana mereka bijak dalam menggunakan energi.
“Contoh, Jepang, Korea nggak punya resource, tapi mereka swasembada, kenapa? karena mereka simpan, jadi ngebeli bukan cuma dipakai, simpan, jadi kalau saya ngeliat, kalau kita ngomongin soal swasembada, satu yang kita ubah itu, individu sebagai bangsa,” katanya dalam diskusi melanjutkan Upaya Mewujudkan Ketahanan Energi Untuk Capai Cita-Cita Indonesia Emas di Jakarta, Selasa (17/12/2024).
Sofwan menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia terlalu boros dalam menggunakan energi. Terlebih adanya subsidi yang diberikan pemerintah. Sehingga masyarakat mendapatkan energi dengan harga yang murah dan tidak bijak dalam penggunaan.
“Cara kita makai energi itu. Sekarang saya tanya bersedia tidak subsidi energi itu di cabut? Kalo subsidi itu dicabut kita akan lebih pintar memakainya. Kita jadi hati-hati memakainya. Cuma kan tidak mungkin sedrastis itu. Itu aja dulu pola pikir yang dipakai kalo kita mau swasembada energi. Artinya kita ngomongin yang kita pakai dan yang kita ambil,” katanya.
Ia mencontohkan bagaimana negara-negara maju dalam penggunaan energi. Misalnya di Singapura yang menerapkan teknologi otomatis di setiap rumah untuk mengurangi penggunaan energi.
“Misalnya simpel, kalo di rumah tidak dipakai lampu di matikan. Di Singapura itu otomatis semua, keluar dari wc itu mati. Karena mahal. Jadi harus pinter makainya,” katanya.
Sementara itu, Sofwan menjelaskan bahwa kita selalu berharap pada produksi migas yang banyak. Namun penggunaan energi tidak bijak. Maka dipastikan Indonesia akan tidak akan mencapai swasembada energi.
“Karena di kita murah. Jadi kita nggak pernah berfikir untuk mengurangi pemakaian kita. Gimana mau ngomongin swasembada. Akhirnya kita ngepush saja penuhi kebutuhan kita dengan produksi lebih,” katanya.
“Akhirnya ya itu solusinya impor. Karena kebutuhan kita yang terus meningkat,” tambahnya.
(rrd/rrd)