JAKARTA – Di balik rekor konser Lady Gaga di Pantai Copacabana, Rio De Janeiro, Brasil yang mencatatkan rekor penonton – sekitar 2,5 juta orang hadir – terdapat kejadian lain mengenai keberhasilan kepolisian setempat dalam menggagalkan teror pengeboman.
Pertunjukan yang dilangsungkan pada Sabtu, 3 Mei itu berakhir dengan euforia, hingga pada keesokan harinya, kepolisian mengungkap keberhasilan menangkap pelaku yang diduga merencanakan serangan terkoordinasi menggunakan bahan peledak rakitan dan bom molotov.
Menanggapi klaim pihak kepolisian yang menangkap dua orang terkait dugaan rencana pengeboman konser gratisnya di Brasil, tim Lady Gaga mengaku bahwa pelantun “Poker Face” itu justru mengetahuinya dari pemberitaan.
“Kami mengetahui dugaan ancaman ini melalui laporan media pagi ini,” kata juru bicara Gaga, mengutip The Hollywood Reporter, Selasa, 6 Mei.
Tim Lady Gaga menyatakan bahwa tidak ada masalah terkait keamanan selama pertunjukan. Mereka juga tidak mendapat pemberitahuan apapun dari pihak berwenang.
“Sebelum dan selama pertunjukan, tidak ada masalah keamanan yang diketahui, maupun komunikasi dari polisi atau pihak berwenang kepada Lady Gaga mengenai potensi risiko apapun,” katanya.
“Tim bekerja sama erat dengan penegak hukum selama perencanaan dan pelaksanaan konser, dan semua pihak yakin dengan langkah-langkah keamanan yang diterapkan.”
Adapun, setelah konser terbesar Lady Gaga sepanjang kariernya, polisi di Brasil mengatakan telah bekerjasama dengan Kementerian Kehakiman untuk menghentikan dugaan serangan yang direncanakan oleh kelompok yang menyebarkan ujaran kebencian terhadap komunitas LGBTQ.
Menurut pihak berwenang, kelompok tersebut berusaha untuk meradikalisasi dan merekrut remaja untuk melakukan serangan menggunakan bom molotov dan bahan peledak rakitan.
“Rencana tersebut diperlakukan sebagai ‘tantangan kolektif’ dengan tujuan untuk mendapatkan ketenaran di media sosial,” kata pihak kepolisian.
Setelah menggerebek lokasi 15 tersangka di beberapa negara bagian dan menyita ponsel serta perangkat elektronik lainnya, polisi menangkap pemimpin kelompok yang diduga ditangkap atas tuduhan kepemilikan senjata ilegal, serta seorang remaja atas tuduhan pornografi anak.
