Budayawan Palembang, Ali Goik, juga mengecam tindakan Willie Salim, yang sudah mencemarkan nama baik tanah kelahirannya. Menurut Ali, Willie Salim harus bertanggung jawab terhadap hinaan publik terhadap warga Palembang yang diakibatkan dari video rendang 200 kg tersebut.
“Dengan gegabah dia membuat video tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak terkait, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Palembang. Sebagai seorang konten kreator yang memiliki banyak pengikut, seharusnya Willie memahami terlebih dahulu karakteristik wong Palembang serta kekayaan kuliner khas mereka,” tuturnya.
Ali Goik melihat ada indikasi settingan dalam konten itu, karena tidak masuk akal jika sebuah kegiatan sebesar itu dibiarkan tanpa pengawasan ketat, mengingat proses memasak rendang memakan waktu hingga sepuluh jam.
Sebuah peristiwa yang harusnya dipersiapkan dengan matang, justru berujung pada hujatan terhadap wong Palembang di media sosial, yang kini dicap sebagai masyarakat rakus, tidak beradab, dan tidak tahu malu.
“Willie Salim harus bertanggung jawab. Ia harus segera mengklarifikasi dan meminta maaf secara terbuka kepada wong Palembang. Jika tidak, bukan tidak mungkin langkah hukum harus ditempuh untuk menuntut pertanggungjawaban atas kerugian nama baik masyarakat Palembang,” tegas Ali Goik.
Dari kejadian ini, lanjut Ali Goik, harus diambil pelajaran untuk seluruh warga Sumsel, termasuk di Kota Palembang, untuk memperkuat lembaga kurasi budaya, baik dalam bentuk penguatan fungsi lembaga adat, dewan kesenian, atau institusi baru.
Yang mana bisa memastikan setiap kegiatan kebudayaan yang melibatkan masyarakat luas tidak melanggar norma adat. Baik dalam kegiatan kuliner, seni, maupun budaya lainnya, martabat wong Palembang harus tetap dijaga dan dilindungi.