Liputan6.com, Jakarta Para ahli industri memperkirakan harga komoditas global sebagian besar akan turun pada tahun 2025 ini, karena prospek ekonomi global yang lesu dan dolar AS yang terus menguat.
“Komoditas secara umum akan mengalami tekanan secara menyeluruh pada tahun 2025,” kata kepala analisis komoditas perusahaan riset BMI, Sabrin Chowdhury, dikutip dari CNBC International, Selasa (7/1/2024).
Chowdhury mencatat, kekuatan dolar AS akan membatasi permintaan komoditas yang harganya dipatok dalam USD.
Diperkirakan, harga minyak dunia akan anjlok tahun ini.
Commonwealth Bank of Australia memperkirakan harga minyak Brent akan turun menjadi USD 70 per barel tahun ini. karena ekspektasi peningkatan pasokan minyak dari negara-negara non-OPEC+ yang akan melampaui kenaikan konsumsi minyak global.
Dalam catatannya, BMI mengatakan bahwa paruh pertama tahun 2025 minyak dunia akan melihat kelebihan pasokan karena produksi baru yang substansial dari AS, Kanada, Guyana, dan Brasil mulai beroperasi.
Selain itu, jika rencana OPEC+ untuk membatalkan pemotongan sukarela terwujud, kelebihan pasokan akan semakin menekan harga.
“Permintaan minyak dan gas global masih belum pasti, dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan permintaan bahan bakar yang meningkat diimbangi oleh dampak perang dagang, inflasi, dan permintaan yang menurun di pasar maju,” bebernya.
Patokan minyak mentah global Brent terakhir diperdagangkan pada USD 76,34 per barel, hampir sama dengan level tahun lalu pada awal Januari.
Harga Gas Diramal Naik di 2025
Sementara itu, harga gas alam dunia diperkirakan akan naik. Sejak pertengahan Desember 2024, harga gas alam telah meningkat didorong oleh cuaca dingin dan geopolitik, menurut catatan analis Citi.
Penghentian aliran gas Rusia baru-baru ini oleh Ukraina ke beberapa negara Eropa pada Hari Tahun Baru telah menimbulkan ketidakpastian yang lebih besar pada pasar gas dunia.
Selama penghentian tetap berlaku, harga gas kemungkinan akan tetap tinggi.
Cuaca yang lebih dingin selama sisa musim dingin di AS dan Asia juga dapat membuat harga gas alam dunia tetap tinggi, ungkap Citi.
BMI memperkirakan harga gas akan naik sekitar 40% pada tahun 2025 menjadi USD 3,4 per juta British thermal unit (MMbtu) dibandingkan dengan rata-rata USD 2,4 per MMbtu pada tahun 2024, didorong oleh meningkatnya permintaan dari sektor LNG dan ekspor pipa bersih yang lebih tinggi.
Harga gas alam Henry Hub AS, yang merupakan tolok ukur yang dirujuk BMI, saat ini diperdagangkan pada harga USD 2,95 per MMbtu.
“LNG akan terus mendorong konsumsi baru, didukung oleh meningkatnya kapasitas ekspor dan permintaan yang kuat di Eropa dan Asia,” tulis analis BMI.