Bulan Ramadan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Pada bulan ini, kaum muslimin diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Ibadah puasa dilaksanakan dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Aktivitas puasa ini membuat bulan Ramadan pun menjadi bulan dengan nuansa yang sangat berbeda. Bulan Ramadan merupakan bulan ibadah. Dalam keyakinan seorang muslim, ibadah pada bulan Ramadan menjanjikan banyak pahala dari Allah Swt, (Syam, 2017; Zaprulkhan, 2007).
Bulan Ramadan menjadi semakin istimewa, karena di dalamnya terdapat peristiwa turunnya Al-Qur’an dan malam lailatulqadar. Dalam ajaran Islam, malam lailatulqadar adalah malam di mana rahmat dan ampunan Allah melimpah ruah yang mampu membersihkan dosa-dosa yang telah lalu.
Kaum muslimin pun sangat menanti-nanti kehadiran bulan Ramadan. Saat waktunya tiba, dengan gegap gempita semboyan “Marhaban Ya Ramadan” menyebar dalam kesehariannya. Poster-poster dengan semboyan tersebut bertebaran, baik di jalan, di media massa, bahkan hingga di media sosial.
Bulan Ramadan menawarkan hal-hal positif di dalamnya. Adanya hal-hal positif yang menyenangkan dapat membuat seseorang merasakan kegembiraan.
Nuansa gembira menyambut bulan Ramadan pun tertuang dalam salah satu hadis. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”
Dalam tradisi ulama-ulama salaf terdahulu, terkenal ucapan doa yakni, “Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadan, selamatkan Ramadan untukku, dan selamatkanlah aku hingga selesai Ramadan.”
Dalil maupun doa yang disebutkan, secara langsung menegaskan bahwa bagi seorang muslim rasa bahagia ketika bulan Ramadan datang adalah sebuah keniscayaan. Rasa bahagia ini pun diekspresikan dengan amalan-amalan khusus.
Dalam tradisi Islam, setidaknya ada tiga amalan saat menyambut bulan Ramadan, yakni: (1) amalan hati berupa keikhlasan dan rasa gembira, (2) berziarah ke makam orang tua yang telah mendahului, dan (3) saling memaafkan antar sesama, (Hadrawy, 2012; Syam, 2017).
Nuansa kebahagiaan pada bulan Ramadan pun terkait dengan ibadah puasa. Aktivitas puasa ini diawali dengan makan sahur dan diakhiri dengan makan berbuka puasa. Pada banyak keluarga muslim, aktivitas ini sering kali menjadi ajang makan bersama-sama dengan keluarga, kerabat, rekan kerja, hingga kawan lama, (Hidayat, 2016; Khozin, 2017), sehingga momen ini menjadi salah satu momen istimewa.
Berbagai kemudahan diterima untuk memudahkan jalannya peristiwa makan bersama ini. Misalnya, jam kerja selama Ramadan disesuaikan, biasanya kantor-kantor memberikan kebijakan jam kerja yang lebih pendek. Jam masuk kerja menjadi lebih lambat, sementara jam pulang kerja menjadi lebih cepat. Hal ini memudahkan seorang muslim menjalani aktivitas makan bersama, baik pada saat sahur maupun berbuka puasa (Khozin, 2017).
Selain puasa, Ramadan diisi dengan beragam aktivitas ibadah rutin mulai dari tadarus Al-Qur’an, pengajian-pengajian, salat tarawih berjemaah, hingga iktikaf pada minggu terakhir bulan Ramadan. Aktivitas ibadah ini tidak sekedar dilaksanakan sendiri, tetapi dilaksanakan secara berjemaah.
Tidak jarang, aktivitas ibadah pun menjadi ajang bertatap muka dengan tetangga atau orang lainnya. Nuansa positif dapat terasa, dengan adanya pengalaman bertegur sapa atau sekedar melepas rindu orang-orang yang sudah lama tidak bertemu, (Zaprulkhan, 2007).
Bulan Ramadan merupakan bulan yang di mana segala amal perbuatan baik dilipatgandakan, maka dari itu umat muslim biasanya memanfaatkan waktu untuk memperbanyak amal ibadah. Bisa menggunakan waktu dengan baik merupakan hal yang sangat baik dan beruntung dimiliki oleh seseorang. Namun hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang paham betapa pentingnya waktu sehingga mampu menggunakan, memanfaatkan serta mengontrol waktu secara optimal dalam kehidupannya.
Waktu mempunyai peran penting dalam kehidupan, sebab waktu mampu memberikan keuntungan, juga kerugian serta pengalaman yang berharga bagi kehidupan. Waktu mempunyai karakteristik yang tidak bisa diubah, berhenti, ditabung karena pada dasarkan waktu terus berjalan, berputar sesuai dengan ketentuan sehingga dikatakanlah waktu itu cepat berlalu sehingga tidak bisa diputar kembali, waktu itu mustahil kembali, dan waktu harta termahal yang tidak ada bandingannya dengan emas, permata, takhta dan segala jenis harta apa pun.
Waktu cepat berlalu, dan jika berlalu ia tak mungkin kembali, maka berarti waktu adalah harta termahal bagi manusia. Rahasia mahalnya waktu itu karena ia merupakan sarana untuk setiap aktivitas, kreativitas dan produktivitas manusia. Waktu adalah modal pokok bagi manusia, baik secara individu maupun masyarakat. Waktu bukanlah emas seperti yang sering dikatakan peribahasa selama ini, tapi waktu itu lebih mahal daripada emas, Permata, intan, berlian, ataupun batu mulia.
Menurut Hasan Al Banna, “Waktu adalah kehidupan.” Kehidupan manusia tidak lain adalah waktu yang ia lewati dari saat ia dilahirkan sampai meninggal. Hasan Al Bashri mengatakan, “Hai anak Adam, sesungguhnya (kehidupan) kamu adalah himpunan hari-hari. Setiap hari milikmu itu pergi, berarti pergilah sebagian darimu”.
Sebab itu, orang yang tidak menghargai nilai waktu, kelak hidupnya akan menyesal. Suatu saat ia akan menyadari betapa bernilai dan mahalnya waktu bagi amal dan kehidupan manusia.
Waktu sama halnya dengan umur manusia. Bila waktunya habis di dunia ini maka manusia itu mati. Maka waktu merupakan salah satu nikmat yang sangat berharga bagi manusia yang diberikan oleh Allah. Semua hal yang berjalan di dunia ini mengikuti waktu, baik itu matahari berputar sesuai dengan porosnya yaitu terbit di pagi hari dan terbenam di sore hari, begitu juga bulan yang akan muncul bila malam tiba.
Hal itu juga dilakukan oleh setiap ciptaan Allah lainnya. Semuanya akan melakukan aktivitas masing-masing bila waktunya telah tiba. Begitu juga dengan manusia.
Manusia melakukan aktivitas dan perjalanan hidupnya melalui waktu. Untuk melakukan aktivitas yang menuai hasil seperti yang diharapkan maka perlu mengatur waktu. Mengatur waktu dalam hidup adalah satu hal yang sangat penting. Menargetkan selesainya sebuah perbuatan dengan menentukan waktu sebagai batasan adalah satu hal yang dianjurkan. Waktu mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam kehidupan.
Manusia diciptakan Allah dengan sebaik-baik wujud serta dikaruniakan akal pikiran supaya mampu digunakan dengan baik. Sehingga mampu membedakan yang baik dan benar, mampu menggunakan nikmat dengan sebaik- baiknya dan memanfaatkan kesempatan dengan optimal. Hidup adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk dijadikan sebagai tempat untuk mengumpulkan berbagai amal kebajikan guna sebagai bekal dan penolong di akhirat.
Mati merupakan akhir dari perjalanan manusia yang akan diperhitungan setiap pekerjaan di hari akhir nanti. Rasulullah memberi nasihat kepada seseorang supaya memanfaatkan hari-hari selama hidupnya sebelum matinya. Hidup merupakan nikmat yang besar yang dikarunia oleh Allah, maka sebaik-baik manusia adalah yang mempergunakan kehidupannya dijalan yang diridai oleh Allah.
*Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)