Ramadan dan Para Pencari Tuhan di Era Modern

Ramadan dan Para Pencari Tuhan di Era Modern

Ramadan selalu menjadi waktu yang istimewa, terutama di era digital yang serbacepat seperti sekarang. Banyak orang menjadikannya sebagai momen yang tepat untuk lebih dekat dengan Tuhan. Namun, di sisi lain, dunia modern sering kali membuat kita lupa diri. Bagaimana tidak? Sehari-hari kita disibukkan oleh media sosial, pekerjaan, atau hal-hal lain yang menyita waktu hingga kita jarang merenung. Tetapi Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 183)

Meskipun dunia terus bergerak cepat, Ramadan tetap menjadi momen untuk kembali fokus mencari takwa kepada Tuhan.  Namun, teknologi juga memiliki sisi positif dalam membantu kita mendekatkan diri kepada-Nya. Kini, banyak aplikasi Al-Qur’an yang dapat diakses di ponsel, serta kajian online yang bisa diikuti kapan saja. Artinya, teknologi bisa dimanfaatkan untuk memperkuat ibadah kita. Allah juga mengingatkan dalam Al-Qur’an:

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya: “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan tegakkanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (aolat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain)”. (QS Al Ankabut: 45)  

Dengan teknologi, akses terhadap bacaan dan tafLisir Al-Qur’an menjadi lebih mudah. Walaupun begitu, pencarian Tuhan tetaplah soal hati. Di tengah kesibukan zaman ini, Ramadhan seharusnya menjadi momen untuk berhenti sejenak, introspeksi, dan mengingat kembali tujuan hidup kita.

Dulu, orang mungkin lebih mudah untuk fokus beribadah karena minimnya gangguan. Sekarang, banyak yang merasa kesulitan menjaga konsentrasi dalam ibadah karena terlalu banyak distraksi. Justru di bulan Ramadan ini, kita belajar menahan diri, bukan hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari segala hal yang dapat mengalihkan kita dari tujuan utama: takwa dan kedekatan dengan Allah.

Di era modern ini, banyak cara baru untuk beribadah. Tidak selalu harus mengikuti pola yang sudah ada, karena kini banyak orang yang memilih berdoa secara lebih personal dan intim, tanpa harus terikat pada seremonial umum. Ini sebenarnya hal yang baik, karena mengingatkan kita bahwa ibadah adalah perjalanan pribadi yang tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. Allah berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۭ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِي وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya: “Allah dekat dengan hamba-Nya dan mengabulkan permohonan orang yang berdoa”.(QS. Al-Baqarah: 186)

Namun, ada sisi lain dari pencarian Tuhan di era digital yang perlu diwaspadai. Kadang, orang lebih sibuk memamerkan ibadah mereka di media sosial daripada benar-benar menjalankannya dengan niat tulus. Misalnya, membagikan foto tarawih atau buka puasa bukan karena ingin berbagi keberkahan, tetapi lebih kepada mencari pengakuan. Memang ada konsep dakwah digital yang bisa memberikan inspirasi kebaikan, tetapi niat tetaplah hal utama. Jangan sampai kita terjebak dalam pencitraan sehingga melupakan esensi ibadah yang sebenarnya.

Di bulan Ramadan ini, penting bagi kita untuk kembali mengingat tujuan ibadah. Bukan sekadar menjalankan kewajiban, tetapi juga memperdalam spiritualitas. Ramadhan harus menjadi momen refleksi diri dan pencarian makna hidup yang lebih dalam. Dengan begitu, meskipun dunia modern terus berubah, kita tetap bisa menemukan kedamaian dan ketenangan sejati. Ramadan akan selalu menjadi waktu yang istimewa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.