Jakarta, CNBC Indonesia – Sekitar satu dekade yang lalu industri ojek online (ojol) di Indonesia kedatangan banyak pemain, baik lokal maupun internasional.
Salah satu pemain yang sempat memeriahkan pasar transportasi online di Indonesia adalah Uber. Sayangnya, raja aplikasi ride-hailing asal Amerika Serikat (AS) tersebut akhirnya tak mampu bertahan dan melepas seluruh bisnisnya di kawasan Asia Tenggara pada 2018 silam.
Uber memilih menyerahkan operasionalnya kepada Grab, salah satu perusahaan ojek online (ojol) terbesar di Asia Tenggara. Sebelumnya, Uber juga sudah menjual bisnisnya di China kepada Didi Chuxing.
Sejak saat itu, Uber yang wilayah operasinya makin kecil lebih fokus untuk berinvestasi pada pengembangan produk. Beberapa saat lalu, Uber bermitra dengan beberapa produsen taksi otomatis (robotaxi) untuk menyediakan kendaraan tanpa awak bagi penggunanya.
Terbaru, Uber dikabarkan sedang berdiskusi untuk mengakuisisi perusahaan pemesanan perjalanan (travel booking) Expedia, dikutip dari CNBC International, Rabu (20/11/2024).
Diskusi itu dikabarkan masih dalam tahap awal. Jika kedua pihak sepakat, maka Uber bisa memperluas pasarnya, tak hanya sebagai penyedia transportasi online dan pengiriman makanan.
CEO Uber Dara Khosrowshahi sebelumnya pernah menjabat CEO Expedia dari 2005 hingga 2017. Saat ini, Khosrowshahi masih merupakan anggota non-ekskeutif di jejeran direksi Expedia.
Kapitalisasi pasar Uber saat ini sekitar US$ 168 miliar setelah kinerja bisnis moncer pada tahun lalu yang mendongkrak sahamnya ke rekor tertinggi pada bulan ini.
Expedia sendiri bernilai sekitar US$ 20 miliar. Harga sahamnya terbilang rendah dibandingkan rekam jejak tertingginya pada 2022 silam. Pasalnya, Expedia menghadapi persaingan ketat dengan Booking, Airbnb, serta Google.
Minat Uber untuk mencaplok Expedia pertama kali dikabarkan Financial Times. Saham Expedia naik 5% pasca kabar ini mengemuka.
Uber dan Expedia tak segera merespons permintaan konfirmasi CNBC International.
(fab/fab)