Jakarta –
Qatar menangguhkan perannya sebagai mediator utama gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera. Penundaan dilakukan hingga Hamas dan Israel menunjukkan ‘keseriusan’.
Dikutip AFP, Minggu (10/11/2024), Qatar telah menjadi tuan rumah bagi kepemimpinan politik Hamas sejak 2012. dengan restu AS, Qatar telah terlibat dalam diplomasi berlarut-larut selama berbulan-bulan demi mengakhiri perang.
Namun, pembicaraan tersebut, yang juga dimediasi oleh Kairo dan Washington, telah berulang kali menemui masalah sejak gencatan senjata selama satu minggu pada November 2023 lalu. Masing-masing pihak saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut.
“Qatar memberi tahu para pihak 10 hari yang lalu, selama upaya terakhir untuk mencapai kesepakatan, bahwa mereka akan menghentikan upayanya untuk memediasi antara Hamas dan Israel jika kesepakatan tidak tercapai dalam putaran itu,” kata juru bicara kementerian luar negeri Doha, Majed Al Ansari, dalam sebuah pernyataan.
“Qatar akan melanjutkan upaya tersebut… ketika para pihak menunjukkan kemauan dan keseriusan mereka,” tambahnya.
Seorang sumber mengatakan kepada AFP sebelumnya bahwa “Qatar memberi tahu Israel dan Hamas bahwa selama ada penolakan untuk menegosiasikan kesepakatan dengan itikad baik, mereka tidak dapat terus melakukan mediasi.”
Dengan kebuntuan pembicaraan gencatan senjata Gaza, kantor politik Hamas di Doha “tidak lagi menjalankan fungsinya”, kata sumber diplomatik tersebut, yang berbicara secara anonim.
Seorang pejabat senior Hamas di Doha mengatakan kepada AFP: “Kami belum menerima permintaan apa pun untuk meninggalkan Qatar”.
Meskipun gencatan senjata November lalu, ketika sejumlah sandera yang ditawan Hamas dibebaskan, putaran perundingan berikutnya gagal mengakhiri perang.
Sumber diplomatik mengatakan Sabtu bahwa Qatar telah “menyimpulkan bahwa tidak ada kemauan yang cukup dari kedua belah pihak” untuk menjembatani kesenjangan dalam negosiasi.
Salah satu rintangan krusial adalah desakan Hamas agar Israel menarik diri sepenuhnya dari Gaza, sesuatu yang berulang kali ditolak oleh pejabat Israel.
(taa/taa)